Thursday, May 2, 2013

St. Valentine's Day (Hari Kakatua)

Oleh: Helmi Djunaidi


Perayaan ini sebenarnya sudah bermula semenjak lama sekali. Pada zaman Romawi kuno ada festival Lupercalia yang dirayakan pada tanggal yang hampir sama, yaitu 15 February. Festival ini diadakan untuk menghormati dewa Faunus, dewa ternak dan kesuburan, baik itu kesuburan ladang maupun wanita. Dewa Faunus ini punya istri juga yang bernama Dewi Fauna. Dalam mitologi Yunani, Faunus ini disebut Pan. Dewa yang badannya berupa setengah manusia setengah kambing dan digambarkan ke mana-mana selalu membawa panpipe, alat musik tiup yang terbuat dari reed, semacam bambu kecil. Reed dari zaman antik ini hingga sekarang masih tetap dipakai oleh para pemain musik tiup seperti saxophon, klarinet dan oboe.

Pada saat festival Lupercalia itu berlangsung, ada salah satu ritualnya yang diperuntukkan bagi wanita yang ingin rahimnya subur. Dengan bertelanjang bulat, dua tim pemuda berlomba lari mengelilingi bukit Palatin sambil membawa cambuk yang terbuat dari kulit kambing dan mereka mencambuk setiap wanita yang ada di dekatnya. Para wanita yang ingin subur atau ingin cepat punya anak berjejer di sepanjang rute tersebut karena mereka percaya bahwa bila berhasil mendapatkan lecutan cambuk dari para pemuda itu mereka akan bisa subur dan mudah saat melahiran.

Tetapi, kalau saya pikir-pikir, agaknya bukan cambukannya itu yang bisa bikin subur, tapi karena para wanita itu melihat serombongan pemuda cakep yang berlomba lari sambil telanjang bulat. Opo ora gemes? Nah, gara-gara melihat barang pating gumandul itulah maka sesampai di rumah mereka bisa subur. Atau bagi wanita masa kini, cobalah bayangkan sendiri seandainya saja Roberto Baggio, del Pierro bersama rekan-rekannya berlari-lari main sepak bola sambil telanjang bulat. Mestilah kaum wanita yang menontonnya kontan akan histeris dan jadi subur. Hahaha…. :D

Sekedar tambahan info, lomba olimpiade pada zaman klasik di Yunani dulu pesertanya juga hanya para pemuda dan mereka tak mengenakan sehelai benang pun. Lihatlah misalnya patung pelempar cakram yang terkenal itu. Bagaimana kalau olympiade yang sekarang dibikin demikian juga? Hmm… mestilah para penonton akan mengusulkan agar olimpiade diadakan setiap hari saja.



Semasa orang Romawi berkuasa di Britania, tradisi dan budaya mereka banyak mempengaruhi rakyat Briton. Tradisi Romawi tentang kesuburan itu lalu dikaitkan orang Inggris dengan kisah burung kakatua kasmaran. Orang Inggris dulu percaya bahwa burung lovebird (semacam burung kakaktua/bethet, lihat gambar), memulai musim kawinnya pada tanggal 14 February. Perkawinan, kesuburan, dan kisah burung kasmaran kaitannya memang erat sekali, bukan? Kemudian, seiring dengan perubahan zaman, pada masa sekarang ini tradisinya berubah menjadi saling tukar menukar kartu dan berbagai macam hadiah lainnya dengan orang-orang yang dicintai, teman-teman dekat dan juga para anggota keluarga.

Perayaan musim kawin burung kakatua itu sekarang disebut St. Valentine's Day. Karena kemudian disesuaikan dengan tanggal martirnya St. Valentine's yang dipercaya sebagian orang dihukum mati Romawi pada abad ke–3 M di Roma. Agaknya sejarah Hari Valentine ini sama dengan Hari Natal atau All Saint Day (hari setelah malam Halloween), yaitu karena ada perayaan yang sangat populer di kalangan orang pagan dan sukar sekali dihapus, maka oleh Gereja kemudian diganti dengan yang ada kaitannya dengan agama Kristen.

Menurut kisahnya ada dua orang martir yang dihukum mati pada hari tersebut, tetapi sebenarnya kisah ini masih tak begitu jelas dan simpang siur. Paling tidak ada dua versi yang berbeda. Salah satu versi yang beredar luas selama ini adalah sekitar tahun tahun 269 M keduanya dipenggal karena melanggar larangan kaisar untuk menikahkan para pemuda yang usianya layak masuk dinas militer.

Entah benar atau tidak kisah di atas, ini bila mengingat budaya Romawi yang cukup permisif sehingga  pemuda Romawi saat itu tak perlu repot-repot menikah untuk bisa bercinta dengan kekasihnya. Boleh dikatakan mereka bahkan lebih permisif ketimbang masyarakat Barat zaman modern sekarang ini, sebab mereka menganggap lumrah saja untuk berhubungan secara bebas dengan lain jenis (heterosexual) maupun dengan sesama jenis (homosexual).

Julius Caesar dan juga banyak orang Romawi lainnya sudah biasa bila punya kekasih di mana-mana. Cleopatra adalah salah satu kekasih Caesar. Pada masa mudanya Caesar juga pernah dimabuk asmara dengan ibunya Brutus. Karena Brutus lahir pada masa Caesar sedang asyik-asyiknya bermain asmara dengan Servilia, ibunya Brutus, maka Caesar menganggap Brutus sebagai anaknya. (Plutarch, Parallel Lives, Marcus Brutus). Karena itu Caesar sangat menyayangi Brutus dan hanya mau menyerah setelah mengetahui Brutus termasuk dalam komplotan kaum republikan yang menikamnya. Tapi, dalam hal ini mungkin Caesar salah anggap sebab wajah Brutus lebih mirip dengan seorang bangsawan Romawi lainnya yang kemudian dianggap sebagai bapak sahnya. Pada saat main asmara dengan Caesar, ibu Brutus agaknya bercinta dengan pria lain juga. Budaya yang sangat permisif, bukan? Kisah lengkapnya lihat di bawah setelah alinea terakhir artikel ini, petikan dari karya Plutarch.

Selain dengan kaum wanita, Caesar juga kadang bercinta dengan sesama pria, misalnya dengan Raja Bythinia. Dan hal itu dianggap lumrah saja oleh masyarakat Romawi. Budaya serupa juga terdapat pada masyarakat Yunani kuno. Para pelacur Yunani yang disebut hetaerae malah dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi dan terpandang di dalam masyarakat, tidak dianggap sebagai sampah masyarakat seperti sekarang ini. Budaya mereka memang sangat liberal, walau tentu bukan karena ajaran JIL. :D Sedangkan di kalangan pria Yunani, juga sudah lumrah untuk berhomosexual dengan siapa saja. Bahkan masyarakat Yunani pada masa itu menganggap hubungan sesama pria yang dijalin dengan saling setia adalah sesuatu hal yang ideal dan dijunjung tinggi, malah  lebih tinggi derajatnya ketimbang hubungan saling setia dengan wanita. Ini karena tradisi militer mereka yang menganggap hubungan cinta antar anggota pasukan (yang pria semua tentunya) akan mempererat kesetiakawanan sehingga bisa menunjang keunggulan di medan perang. Bahkan filsuf besar semacam Socrates juga punya kekasih pria. Dia kan pernah ikut maju bertempur juga.

Demikian bila kita mau membahas sekilas tentang budaya yang sangat permisif di kalangan masyarakat Romawi maupun Yunani. Jadi, bila kemudian ada pemuda Romawi yang mau repot-repot berkorban nyawa hanya demi untuk bercinta dengan kekasihnya memang kisah yang agak meragukan juga.

Karena simpang siurnya kisah yang ada, semenjak tahun 1969 Hari Valentine telah dihapus dari daftar hari libur resmi di kalender Gereja karena mereka ingin menghapus hari libur yang tak jelas kebenarannya. Walau sudah dihapus secara resmi oleh Gereja, ternyata banyak orang yang masih tetap suka merayakannya dan rela menghabiskan milyaran dolar untuk membeli coklat, kartu ucapan selamat dan berbagai hadiah Valentine lainnya. Bisnis perayaan terbesar kedua setelah Hari Natal. Dan tahukah Anda jenis kelamin mana yang terbanyak menghabiskan uangnya untuk membeli hadiah Valentine? 85 persen adalah kaum wanita. Agaknya kaum wanita memang lebih cepat terpengaruh iklan komersial ketimbang pria. Kalau kaum pria biasanya hanya sekedar iseng-iseng membalas kiriman dari pacarnya saja. Malah kalau pria di Jepang seringkali balas mengirim baju tidur yang remang-remang buat cewek mereka. Sekedar memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.

Bila kemudian ada orang di Indonesia yang turut merayakan kisah burung kakatua kasmaran ini ya terserah saja. Buat apa saya melarang-larang orang segala. Saya kan cuma menerangkan asal usul sejarahnya saja. Saran saya cuma satu, yaitu supaya sesuai dengan kisahnya, maka sewaktu merayakannya nyanyikanlah lagu Burung Kakatua. Burung kakatua hinggap di jendela, nenek sudah tua giginya tinggal dua… :D J

Malang, 20 Februari 2006



Plutarch, Parallel Lives, Marcus Brutus

It is said that Cæsar had so great a regard for him that he ordered his commanders by no means to kill Brutus in the battle, but to spare him, if possible, and bring him safe to him, if he would willingly surrender himself; but if he made any resistance, to suffer him to escape rather than do him any violence. And this he is believed to have done out of a tenderness to Servilia, the mother of Brutus; for Cæsar had, it seems, in his youth been very intimate with her, and she passionately in love with him; and, considering that Brutus was born about that time in which their loves were at the highest, Cæsar had a belief that he was his own child. The story is told that, when the great question of the conspiracy of Catiline, which had like to have been the destruction of the commonwealth, was debated in the senate, Cato and Cæsar were both standing up, contending together on the decision to be come to; at which time a little note was delivered to Cæsar from without, which he took and read silently to himself. Upon this, Cato cried out aloud, and accused Cæsar of holding correspondence with and receiving letters from the enemies of the commonwealth; and when many other senators exclaimed against it, Cæsar delivered the note as he had received it to Cato, who reading it found it to be a love-letter from his own sister Servilia, and threw it back again to Cæsar with the words, "Keep it, you drunkard," and returned to the subject of the debate. So public and notorious was Servilia's love to Cæsar.

After the great overthrow at Pharsalia [battle in 48 bc where Caesar defeated Pompey], Pompey himself having made his escape to the sea, and Cæsar's army storming the camp, Brutus stole privately out by one of the gates leading to marshy ground full of water and covered with reeds, and, travelling through the night, got safe to Larissa. From Larissa he wrote to Cæsar who expressed a great deal of joy to hear that he was safe, and, bidding him come, not only forgave him freely, but honoured and esteemed him among his chiefest friends.…