Thursday, March 14, 2013

Kisah Mohammad Atta, Pembom WTC Yang Hobi Menonton Striptease dan Minum Vodka




Oleh: Helmi Junaidi


(Baca juga:  Paijo Nemu Duit Satu Miliar)



Daftar Isi:

1.Berita-berita dari Mainstream Media

1.1.  Mohamad Atta dan Marwan Al-Shehhi Senang Bersantai di Bar dan Minum Vodka

1.2.  Mohamad Atta Sering Berkunjung ke Klub Striptease dan Hidup Bersama dengan Seorang Penari Striptease

1.3. Mohamad Atta Gemar Makan Daging Babi dan Tak Pernah Pergi Ke Masjid

2. Berita-berita dari Media Alternatif

2.1. Kesaksian Amanda Keller

2.2. Kesaksian Mrs. Stephanie Frederickson, tetangga Atta dan Amanda

2.3. Kesaksian Charlie Grapentine, Pemilik Sandpiper Apartment

3. Welcome to the Island of Lost Witnesses

4. Gambar Capture Siaran Live

5. Kutipan-kutipan aslinya yang Bahasa Inggris


  • The great masses of the people at the very bottom of their hearts tend to be corrupted rather than consciously evil. The primitive simplicity of their minds renders them more easily fall a victim to a big lie than to a little one, since they themselves lie in little things, but would be ashamed of lies that were too big. (Adolf Hitler)

  • All of this psychopatic behaviour at the top of the social hierarchy is simply too shameful for ordinary people too see, so they avert their gaze, just as wives of husbands who are sexually abusing their children sometimes refuse to see what is happening in plain view. If deep, deep denial were a river in Egypt, American citizen’s willful blindness would be more like the Marianas Trench. (Kevin Barret)

  • CIA melakukan ribuan operasi selama bertahun-tahun bahkan hingga saat ini... ada sekitar 3.000 operasi rahasia yang besar dan lebih dari 10.000 operasi kecil—semuanya ilegal, dan semuanya ditujukan untuk mengacau, mendestabilisasi, atau mengubah aktivitas negara-negara lain. (John Stockwel, mantan perwira CIA)

  • Mengapa CIA mesti mengadakan 10.000 operasi rahasia yang brutal tersebut? Mengapa kita mendestabilisasi sepertiga dari negara-negara di dunia pada saat sudah cukup banyak terdapat instabilitas dan penderitaan? Mengapa para pemimpin kita sekarang membawa kita ke peperangan yang lain lagi? Mengapa kita secara sistematis selalu diajari untuk membenci dan memerangi orang lain? (John Stockwell, mantan perwira CIA)

  • Apa yang disebut sebagai war on terrorism ini bukan hanya perang kepada rakyat tak bersalah di negara-negara lain, tetapi juga perang kepada rakyat Amerika: perang kepada kemerdekaan kita, perang kepada standar hidup kita. Kekayaan negara kita dicuri dari rakyat dan diserahkan kepada kalangan superkaya. Nyawa pemuda-pemuda kita juga dicuri. Dan para pencurinya ada di Gedung Putih. (Howard Zinn)

  • But all in all, ini adalah tahun yang luar biasa menyenangkan bagi Laura dan aku (George W. Bush, 21 Des 2001)


Tulisan kali ini memang sengaja saya awali dengan agak banyak kutipan dari beberapa tokoh untuk bahan renungan bagi kita semuanya sebelum melanjutkan membahas topik utamanya. Saya kira masih cukup berkaitan dengan isi tulisan ini dan memang cukup penting juga sehingga kita nanti bisa lebih memahami tentang apa yang akan kita bahas di bawah nanti. Kalimat asli Bush tadi adalah “But all in all, it's been a fabulous year for Laura and me.” Kalimat itu diucapkan pada saat asap di gedung WTC masih mengepul dan puing-puing masih berserakan, tapi bagi Bush sekeluarga itu malah fabulous year.

Mohamed Atta dan Marwan Al Shehhi, yang namanya akan banyak disebut pada berita-berita di bawah nanti adalah mereka yang selama ini dianggap sebagai pemimpin pembajakan pesawat yang meledakkan WTC. Saya selama ini pun menyangka bahwa mereka, dengan didalangi oleh Osama, adalah pelaku pemboman tersebut. Saya kadang juga mendapat kabar selentingan sekilas bahwa itu bukan ulah Osama, tetapi hasil konspirasi Yahudi atau semacamnya. Tetapi, kabar-kabar tersebut biasanya saya abaikan begitu saja. Pikir saya: Ah, ada-ada saja, paling-paling itu cerita karya pendukung Osama, atau karya anggota Jamaah Islamiyah atau orang-orang semacam itulah. Oleh karena itu, saya dulu sama sekali tak pernah berpikir untuk meneliti atau pun sekedar iseng-iseng browsing artikel yang mengulasnya.

Akan tetapi, baru-baru ini saat saya browsing internet, salah satu artikel yang secara sembarangan saya pencet membawa saya ke sebuah artikel yang sangat mengejutkan. (Artikel ini saya tulis tahun 2008, ketika sedang ramai berita pemilu Amerika Obama vs John McCain). Saat itu saya sebetulnya sedang mencari berita seru tentang perang sengit antara pendukung cawapres Sarah Palin dan aktor Matt Damon, juga tentang kabar heboh sekitar ambruknya Wallstreet dan voting bailout oleh Senat. Tanpa sengaja, saat sibuk klak-klik sana-sini, secara kebetulan saja saya mencet sebuah artikel yang mengulas tentang Mohamed Atta. Artikel tersebut benar-benar membuat saya terkejut. Setelah itu saya pun mulai menelitinya lebih lanjut. Berita-berita yang membuat saya terkejut itu bisa Anda baca di bawah nanti. Sebagian besar saya kutip dari mainstream media supaya saya tak dituduh sebagai pengarang teori konspirasi pula. Dan saya memang tak mengarang apa-apa, cuma sekedar getok tular menyampaikan berita itu kepada Anda semuanya. Setelah menyampaikan berita, barulah saya kemudian mengulasnya. Katakanlah, ini hanya sekedar ulasan berita. Berita-berita itu pun terutama dari mainstream media. Karena dari mainstream media, tentunya telah disetujui secara resmi baik oleh pemerintah di Washington, Tel Aviv, London dan semua pemerintah di dunia. Mereka semua akur dengan berita tersebut, lha wong memang mereka sendiri kok yang menyiarkannya. Official news begitulah. Dan tentu saja sudah dibaca oleh ratusan juta orang di seluruh dunia. Tapi, berita-berita tersebut lalu jadi terabaikan dan dilupakan sebagian besar orang karena kemudian tenggelam ditelan gemuruh berita perang yang menyusulinya.

Saya yakin Anda nanti akan langsung terkejut ketika membacanya. Setelah membaca lebih lanjut, ternyata banyak sekali artikel-artikel di internet yang membahas beragam kejanggalan seputar peristiwa 11 September tersebut atau yang di Amerika lebih populer dengan sebutan 9/11. Ternyata pula, penulisnya mayoritas adalah non-muslim, sebagian besar karya orang Amerika sendiri, walau tentu saja ada yang karya orang Eropa atau lainnya. Oleh karena itu, saya kemudian ingin turut menyampaikan kabar tersebut, kasus teror yang selama ini dijadikan alasan utama imperialisme Amerika dan sekutunya pasca usainya perang dingin.  

Oke, berikut ini berita-berita yang membuat saya tercengang tersebut. Semua sumber dikutip dengan tepat dan akurat, bisa dicek sendiri di internet. Tinggal ketikan saja kata kunciAtta Keller vodka”, maka akan segera bermunculan ribuan website yang membahasnya.

1.Berita-berita dari Mainstream Media

1.1. Mohamad Atta dan Marwan Al-Shehhi Senang Bersantai di Bar dan Minum Vodka

8 July 2001. Mereka malam itu pergi ke Diana Cazadora, hotel bintang tiga sekitar 500 meter—lima menit berkendara mobil—dari Barajas airport Madrid, di Jl. Barcelona. Atta dan Al-Shehhi makan malam bersama dan kemudian minum vodka selama beberapa lamanya di bar hotel. (BBC, 1 Februari 2002, radio Inggris).

7 September 2001. Pada Jumat sore, Amos mengatakan bahwa Atta dan temannya datang ke Shuckums. Keduanya sudah beberapa kali ke restoran ini sebelumnya, kata Amos. Kali ini  mereka di sana mulai sekitar pukul 4:30 pm sampai 7 pm Bartender bilang, “Orang-orang ini menyulitkanku," Kata Amos kemarin. Kupikir, “Okay, ayo kita urus.” Aku bertanya kepada pria besar itu, yang sedang berjalan kian kemari. Kutanya, “Apakah ada masalah keuangan? Apakah kau punya cukup uang untuk membayar?” Pria itu dengan arogan menjawab, "Aku pilot maskapai penerbangan. Tentu saja aku punya uang.” (www.sptimes.com, 9 Januari 2002, koran lokal Florida).

Jumat malam lalu Atta, Al-Shehhi dan seorang pria ketiga minum selama berjam-jam". (www.washingtonpost.com, 15 September 2001, koran terbitan Washington D.C., ibukota Amerika, penerbit majalah Newsweek juga).

Durasi mereka minum itu "hampir empat jam." (Spiegel, 3 Desember 2001, koran Jerman)

Jumat malam sebelum serangan itu, Atta dan dua orang lagi—salah satunya tersangka pembajak Marwan Al-Shehhi—minum-minum selama 3 1/2 jam di sports bar bernama “Shuckums” di Hollywood, Florida. (www.washingtonpost.com, 21 September 2001).

Tony Amos, manager Shuckums Oyster Bar and Restaurant di Hollywood, tepat di Utara Miami, ditanyai oleh FBI. Dia, pegawai barnya dan waitress semuanya mengenal Atta dan sepupunya sebagai peminum berat yang mampir di bar Jumat lalu. Tagihan Atta untuk selama tiga jam minum vodka itu adalah $48 (£33). (www.telegraph.co.uk, 14 September 2001, koran Inggris).

Atta menyendiri saja, minum cranberry juice dan bermain video game. Selama tiga jam, dua temannya itu menghabiskan Russian Vodka dan orange juice, mereka sangat ribut. (NBC, 24 September 2001, TV Amerika, edisi online-nya bersama Microsoft adalah MSNBC).

Pada 7 September, sekitar jam 3 pm, Atta dan Al Shehhi pergi bersama satu orang lainnya ke Shuckums bar di Hollywood, Florida. Orang itu bermain video game, sementara Atta dan Al Shehhi mulai memesan minuman pertama dari total lima kali pesanan Stolichnaya vodka dengan orange juice (untuk Atta) dan Captain Morgan dengan Coke (untuk Al Shehhi). Setelah 90 menit, mereka hendak pergi, tetapi sempat berdebat tentang tagihan sebanyak $48." (Daily Mail, 16 September 2001, koran Inggris)

"Kami semua mengenal kedua pria itu," kata Amos. “Mereka mengunjungi restoran mulai sekitar pukul 4 sampai 5:30 p.m. Jumat, dan mereka nampak mabuk dan liar.” (Sun-Sentinel, 13 September 2001, koran  lokal Florida)

Ketika Lizsa Lehman melihat foto 19 dari tersangka 9/11 terroris yang dipasang menyolok di suratkabar, dia seakan merasa dua wajah yang selama ini sangat akrab dengannya menatapnya kembali saat itu --Marwan al-Shehhi dan Mohamed Atta. Dia mengenal keduanya karena mereka suka mampir ke barnya “Outlook” di Venice setelah mereka selesai latihan terbang. Mereka berpakaian bagus, bicaranya sopan. Dan Marwan al-Shehhi, adalah salah satu langganan favorit dari Lizsa Lehman. Lehman berkata bahwa al-Shehhi yang selalu memulai percakapan. Dia ingat bahwa al-Shehhi sering tertawa-tawa. "Marwan akan mengajakmu ngobrol; dia senang berada di bar," katanya. "dia suka berteman." (Sarasota Herald-Tribune, 10 September 2006, koran lokal Florida).

1.2. Mohamad Atta Sering Berkunjung ke Klub Striptease dan Hidup Bersama dengan Seorang Penari Striptease

Di Jacksonville, Florida, FBI terus mengecek beberapa orang yang mungkin pernah bertemu Atta dan tersangka pembajak lainnya, Ziad Samir Jarrah, di area hotel dan klub striptease yang sering dikunjungi Atta, demikian tertulis di internal FBI memorandum. (Los Angeles Times, 3 Oktober 2002, oplah koran ini 1,1 juta per hari)

Dan ini sedikit tambahan dari alternatif media untuk apa yang sudah dijelaskan di FBI memorandum tersebut: Di Venice Florida, Mohamed Atta hidup bersama selama dua bulan dengan seorang penari striptease/lingerie model bernama Amanda Keller. Mohamed Atta adalah fans berat Beastie Boys. Atta sering mendengarkannya non-stop. "Suatu ketika aku sangat marah karena dia merusakkan salah satu aksesorisku, lalu kupatahkan CD-nya jadi dua," kata Amanda Keller, bekas pacar Atta yang warga asli Amerika. "Kupatahkan semua CD-nya, karena itu membuatku gila, dia memutar Beastie Boys nonstop."

"Atta dan teman-temannya selalu berlimpah dengan sangat.. sangat banyak uang," kata Stephanie Frederickson, seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun yang tinggal bersama suaminya di samping apartemen Atta. "Mereka itu benar-benar binatang pesta." Selama keduanya tinggal bersama, Amanda dan Atta keluar malam hampir setiap hari, katanya, dan mereka sangat akrab dengan klub-klub malam seperti Margarita Maggie's di Sarasota. (www.BreakForNews.com).

1.3. Mohamad Atta Gemar Makan Daging Babi dan Tak Pernah Pergi Ke Masjid

Mohamed Atta suka makan daging babi, kata bekas pacarnya yang bernama Amanda Keller. Dan itu memang adalah salah satu hobi Atta yang paling menonjol.

Atta dan beberapa temannya juga rajin mengunjungi 44th Aero Squadron bar. Mereka minum Bud Light, mengobrol dengan santai dan tenang. Pemilik bar, Ken Schortzmann, mengatakan bahwa Atta selalu membawa tas pinggang yang berisi uang sangat banyak. Saat dia dengan rajinnya berkunjung ke berbagai bar selama masa itu, Atta tidak pernah mengunjungi satu pun dari tiga masjid yang ada di Florida, dan dia menghindari kontak dengan umat Islam setempat. [Newsweek, 9/24/2001; Sarasota Herald-Tribune, 9/28/2001]

Demikianlah saudara-saudara beberapa kutipan berita yang tentu saja langsung membuat saya terkejut. Gile Bener. Sebenarnya, saat baru membaca berita-berita yang masih menyangkut masalah teknis seperti yang berkaitan dengan soal autentik tidaknya suatu foto atau video, ketersangkutan dengan mafia dll semacamnya saya masih skeptis. Hal-hal yang memang agak susah pembuktian benar tidaknya. Akan tetapi, ketika kemudian saya membaca berita-berita yang menyebut bahwa Atta dan rekan-rekannya itu suka minum-minum di bar dan makan babi, maka langsung saja pendirian saya mulai berubah. Apalagi, seperti yang Anda baca pada kutipan-kutipan berita di atas, bukan hanya satu bar yang dia kunjungi tapi banyak. Karena Atta cs hampir setiap malam bergelut dengan dunia malam, maka tentu saja para pegawai bar, waitress, bartender di sana sangat familiar dengan wajahnya. Ringkasnya, banyak saksi mata yang bisa menyaksikan dia suka berkunjung ke bar-bar dan klub striptease. Memorandum internal FBI pun menyebutkan hal itu. Lihat kutipan berita dari Los Angeles Times tadi. Bahkan, karena saking akrabnya dengan dunia malam, sampai-sampai Atta berpacaran dan hidup bersama dengan seorang penari striptease yang bernama Amanda Keller. Ada pepatah, trisno jalaran soko kulino. Jadi, Atta ini memang benar-benar “binatang malam”. Tetangga Atta, yakni Mrs. Frederickson menyebut dia sebagai “party animal”.

Begitulah, orang yang disebut-sebut sebagai anak buah Osama ini ternyata tidak pernah pergi ke masjid dan menghindari kontak dengan orang-orang muslim di Florida. Sebaliknya, dia malah suka minum minuman keras di bar, nonton striptease, bahkan hidup bersama dengan seorang penari striptease. Apa pendapat Anda? Akal sehat kita langsung akan mengatakan bahwa dia 100% bukan anak buah Osama. Bila lantas ada orang yang tetap ngeyel mengatakan bahwa Atta yang suka mabuk itu adalah seorang muslim radikal ya berarti otaknya 100% memble. Anda tahu FPI? Seperti itulah muslim radikal yang betulan. Dan Anda tentu sudah tahu apa kerjanya FPI, bukan? Kerjanya mereka malah menghancurkan bar.

Memang jangankan muslim yang radikal seperti anak buah Osama atau FPI, seorang muslim konservatif yang moderat pun—katakanlah seperti rata-rata kaum santri di Indonesia--tidak akan pernah berkunjung ke bar. Sekali lagi, seorang muslim konservatif yang moderat sekali pun tidak akan pernah mengunjungi bar walaupun ia ke sana hanya sekedar bermaksud untuk minum jus buah atau main video game, apalagi minum vodka seperti yang dilakukan Atta dkk. Mustahil. Mendengar kata bar saja sudah langsung menimbulkan kesan buruk di benak mereka, apalagi sampai mengunjunginya. Kalau Anda ingin lebih jelas lagi, bertanyalah kepada orang-orang Islam liberal di Indonesia, anggota JIL misalnya, apakah mereka pernah mengunjungi bar. Saya kira mayoritas mereka tidak pernah juga karena mayoritas mereka sedari kecil dididik di lingkungan santri. Secara di bawah sadar, kata bar akan tetap menimbulkan kesan buruk di benak orang-orang Islam liberal sekali pun. Jadi, jelas Atta dkk itu bukan anak buah Osama. Kita semua tentu sudah tahu apa kerjanya anak buah Osama, bukan? Jangankan minum alkohol dan main video game, bahkan bermain layang-layang pun dilarang oleh Taliban.

Tiap-tiap agama punya perintah dan larangan tersendiri yang berbeda-beda dari satu agama ke agama yang lainnya. Seperti misalnya larangan makan sapi bagi orang Hindu, larangan menyalakan api pada saat Nyepi, larangan menikah bagi pastur dan pendeta Budha, larangan bekerja pada hari Sabbath bagi orang Yahudi, larangan mencukur jenggot bagi umat Sikh dan lain lain. Orang-orang radikal biasanya memegang ajaran-ajaran tersebut dengan sangat keras dan ketat. Mustahil orang-orang radikal dari agama-agama tersebut akan melanggar larangan yang telah diajarkan. Bahkan, secara umum mereka yang dari kalangan moderat pun biasanya mematuhi larangan-larangan tersebut. Satu contoh misalnya, apakah ada orang Bali--yang moderat--akan berani menyalakan api pada saat Nyepi?

Kalau bukan anak buah Osama lantas siapa sebenarnya Atta itu, yakni Atta yang pemabuk dan pernah hidup bersama dengan Amanda Keller? Atta yang populer di kehidupan malam kota Venice dan juga pernah hendak meminjam uang ke Johnelle Bryant pegawai USDA. Banyak pendapat tentang hal ini. Bisa Anda cari sendiri di internet karena saya untuk sementara ini tak mau terlibat beragam spekulasi. Saya hanya ingin membicarakan fakta dulu. Faktanya adalah: Atta yang pemabuk itu jelas-jelas Atta palsu karena Atta yang asli adalah seorang muslim yang taat dan  berasal dari keluarga muslim yang taat pula sehingga mustahil dia suka makan babi, pergi ke bar dan semacamnya. Sewaktu masih hidup di Jerman dia rajin pergi ke masjid dan aktif mengikuti kegiatan masjid di sana. Mustahil dia lantas bisa berubah tabiat 180 derajat hanya dalam waktu satu dua bulan saja. Banyak bukti yang membenarkan bahwa memang ada double Atta. Bisa Anda cari sendiri di internet. Bagaimana kemudian nasib Atta yang asli tersebut beserta semua rekan-rekannya? Lihat di bawah nanti kisah tentang “Island of Lost Witnesses”.

Selanjutnya, bila kita ingin tahu lebih lanjut tentang fakta yang lainnya, yakni siapa pelaku pemboman yang sebenarnya, maka bisa kita lihat nanti apa yang dilakukan FBI pasca terjadinya pemboman tersebut.

Pertama-tama, untuk mengungkap pelaku pemboman yang sebenarnya tersebut, saya terlebih dahulu ingin bertanya kepada Anda semuanya. Ini pertanyaan yang sangat sangat penting dan bisa menjadi kunci  pembuka dari segala dusta yang ada selama ini. Jadi perhatikan pertanyaan ini baik-baik: Apa yang akan dilakukan polisi seandainya saja ada teman kos Anda yang disangka terlibat terorisme? Ini baru disangka lho, belum tentu dia benar-benar teroris. Walaupun masih dalam taraf tersangka, maka tentu yang akan dilakukan polisi adalah sebagai berikut. Polisi akan menginterogasi bapak kos Anda, semua penghuni kos-kosan yang kenal dengan tersangka akan turut diinterogasi juga, ditanyai beragam pertanyaan. Persis seperti yang barusan Anda tonton di televisi saat kasus Ryan kemarin. Semua orang yang kenal dengan tersangka akan diboyong ke kantor polisi untuk diperiksa. Setelah itu kos-kosan akan diendus di setiap sudut. Eh, siapa tahu ada bom, peluru, senapan, granat, sidik jari dll barang bukti yang mungkin tertinggal di kos-kosan. Benar demikian, bukan? Seluruh sudut rumah akan dibongkar dan digeledah.

Itu adalah prosedur standar, lumrah dilakukan oleh jajaran kepolisian di seluruh dunia. The problem is: prosedur standar itu tidak pernah dilakukan polisi/FBI di “kos-kosan” Mohamad Atta. Polisi/FBI tidak pernah menginterogasi saksi-saksi, tidak pernah ada penggeledahan di apartemen Mohamad Atta, bahkan sekedar untuk mencari sidik jari. Padahal, mencari sidik jari pelaku adalah suatu  prosedur yang sangat lumrah dilakukan bahkan untuk perkara kriminal biasa. Akan tetapi, itu pun tidak pernah dilakukan oleh FBI. Padahal, kita tahu bahwa pemboman WTC itu bukanlah terorisme biasa, tetapi sangat menggemparkan dan menghebohkan dunia sampai bertahun-tahun. Kenapa FBI tidak pernah melakukan penyidikan tentang peristiwa yang sangat gempar tersebut. Why? Sangat mengherankan bukan? Ada peristiwa teror besar-besaran dan FBI kerjanya malah tidur-tiduran. Tanda tanya besar. Nah, sehabis tidur-tiduran itu, tanpa melakukan penyelidikan apa pun, tiba-tiba saja pemerintah Amerika langsung mendakwa Osama sebagai pelakunya. Lho? Bagaimana mereka bisa tahu pelakunya kalau menyelidiki saja tidak? Sangat janggal, bukan?

Satu hal lagi, pada saat itu berita-berita di mainstream media telah secara resmi menyiarkan bahwa Atta itu senang bersantai di bar dan minum vodka sampai mabuk. Tetapi, entah kenapa, pemerintahan di Washington tetap nekad menyatakan bahwa Atta adalah seorang muslim radikal anak buah Osama. Aneh, kan? Berarti penghuni Washington itu otaknya memang 100% benar-benar memble. Berdusta terang-terangan, salah satu ciri-ciri utama psikopat. Itu sama saja misalnya ada berita yang menyatakan bahwa pelaku teror di Irlandia itu terdaftar resmi menikah di gereja dan punya beberapa anak, tetapi tiba-tiba saja pemerintah London mengatakan bahwa dia itu seorang pastur radikal. Atau misalnya ada berita bahwa pelaku pemboman di India itu gemar makan sapi, tapi tiba-tiba saja New Delhi mengumumkan bahwa dia penganut Hindu radikal. Benar-benar memble, to? Anda masih ingat penyebab pemberontakan Sepoy, bukan?

Kemudian yang turut menimbulkan tanda tanya besar juga adalah tentang Amanda Keller. Kita semua sudah tahu tradisi Amerika bukan? Apalagi tradisi kaum wartawan dan paparazzi di sana. Seorang penari striptease berpacaran dengan teroris paling tersohor di dunia. Astaga! Berita apa pula ini? Benar-benar hoooott!!  Berita yang paling hot sepanjang masa. Super hot pokoknya.  Dalam kondisi normal, Amanda Keller langsung akan diburu dan dikerubuti oleh wartawan dan paparazzi. Foto-foto hot Keller akan langsung beredar di setiap tabloid yang terbit di seluruh penjuru Eropa dan Amerika. Dia akan diburu oleh majalah Playboy pula, fotonya terpampang di cover majalah. Dia akan langsung jadi selebriti kagetan paling top di dunia. Dan tentu saja Amanda Keller akan dengan penuh riang gembira melayani para wartawan dan paparazzi itu. Bagaimana tidak? Jutaan dollar akan mengalir deras ke kantongnya. Berhentilah nasib dia sebagai penari kelas kambing di klub malam remang-remang. Dan jangan lupa tuan-tuan, ini adalah Amerika, di mana uang adalah dewa, di mana berjuta-juta gadis Amerika bermimpi jadi selebriti dan mandi uang jutaan dollar. Bagaimana bisa Amanda Keller akan menolak durian runtuh yang tiba-tiba saja nimpuk di kepalanya? Dalam kondisi normal, takkan pernah ada orang Amerika yang sanggup menolak rezeki nomplok semacam itu.



Tentu saja, selain muncul di beragam tabloid wajah Amanda akan  ditayangkan di semua  saluran TV di Amerika dan Eropa, baik BBC, CNN, FOX dan sebagainya hingga berbulan-bulan. Dia kan memang saksi yang sangat penting dan sangat newsworthy. Ajaibnya, Amanda tak pernah tayang sekali pun di TV mana saja. Sangat janggal, bukan? Padahal, seharusnya dia sering tayang dan diwawancarai di TV mana sana. Nah, kenapa hal tersebut tidak pernah terjadi? Sebaliknya, malah dianggap tiada dan diabaikan begitu saja oleh semua stasiun TV.  Apalagi untuk negara yang sangat gemar gosip seperti Amerika, maka ini adalah hal yang luar biasa anehnya.


Bagaimana kemudian bila ternyata Amanda Keller berdusta dan ternyata dia tak pernah berpacaran dengan Atta? Oh, tetap saja saudara. Dia akan tetap diburu oleh wartawan dan paparazzi. Rumor sepanas itu, entah benar atau tidak, yakni kisah asmara seorang penari striptease dan teroris top, akan tetap jadi berita yang sangat hot. Tetap akan laris dijual. Perkara rumor itu salah atau benar kan nanti bisa diurus belakangan, yang penting tabloid laku keras. Oplah bisa melonjak berlipat-lipat. Tabloid-tabloid di Amerika dan Eropa takkan membiarkan kisah sepanas ini akan berlalu begitu saja. Anda masih ingat kisah Paula Jones dan Monica Lewinsky yang mengaku pernah ada affair Clinton? Ya, itu pun masih berupa rumor juga, bisa benar bisa tidak, tetapi wartawan dan paparazzi toh tetap memburu keduanya juga.

Akan tetapi, kemungkinan rumor itu salah sangatlah kecil karena banyak saksi mata yang membenarkan bahwa Amanda memang berpacaran dengan Atta. Saat ditunjukkan foto Atta mereka langsung mengenalnya. Apalagi, kota Venice di Florida itu hanyalah sekedar kota kecil saja. Katakanlah hanya sekedar kota kecamatan. Penduduknya cuma sekitar 21.000 ribu jiwa. Tampang orang yang lalu lalang akan gampang diingat karena setiap hari ya cuma ketemu tampang yang itu-itu juga. Apalagi, Venice adalah kota pensiunan. Usia median penduduk Venice adalah 68.8 tahun, sedangkan usia median penduduk negara bagian Florida adalah 38.7. Ini data tahun 2007. Orang muda jumlahnya sedikit di Venice sehingga mereka akan lebih mudah lagi dikenali. Bila rumor itu salah, lantas apakah penduduk Venice itu mengidap amnesia semuanya?

Sekarang satu pertanyaan yang penting lagi saudara-saudara: Kenapa Amanda Keller malah memilih mengasingkan diri? Kenapa pula kaum paparazzi tak ada yang berebut memburunya? Di negara di mana uang adalah dewa, Amanda Keller malah memilih mengasingkan diri dan ogah dengan uang jutaan dolar. Pertanyaan besar lagi.

Oke, supaya tanda tanyanya bisa agak berkurang dan kerutan di kening Anda bisa berkurang juga, mari kita ikuti berita yang selanjutnya. Berita selanjutnya ini agak susah kita temukan di  mainstream media. Oleh karena itu, kita akan melihatnya di media-media alternatif.

2. Berita-berita dari Media Alternatif

2.1. Kesaksian Amanda Keller

Mohamed Atta punya pacar warga asli Amerika dan dia tinggal bersamanya selama dua bulan di Venice, FL., dia seorang model pakaian malam bernama Amanda Keller. Anda tak pernah mendengar cerita ini sebelumnya karena dia diintimidasi FBI supaya tetap diam.

“Ketika aku melihat Charlie berbicara kepada surat kabar aku tahu bahwa mereka semua akan segera menghajarnya," katanya. "Kupikir, ‘Charlie, jangan. Tak bisakah kau menunggu dulu saja?’”

Dia menderita bullying harassment yang sama dari FBI, dan hal serupa juga mesti dialami para saksi mata lainnya yang tinggal di Sandpiper Apartments.

Bahkan setelah dia meninggalkan Venice, para agen FBI tetap menelponnya tiap hari selama berbulan-bulan setelah peristiwa 11 September itu terjadi. Dan bukan hanya itu saja...

“Ada mobil polisi yang terus-menerus mengawasi rumahku,” katanya kepada kami.

Kami menanyainya, pada pertemuan pertama kami: Kenapa dia menarik kembali keterangannya yang pertama dulu?

“Karena intimidasi oleh FBI,” jawabnya. “Mereka menyuruhku untuk tak bilang kepada siapa pun, untuk selalu tetap diam.

2.2. Kesaksian Mrs. Stephanie Frederickson, tetangga Atta dan Amanda

Apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Stephanie—dan hal ini memang benar-benar ingin dikatakan baik olehnya maupun oleh Charlie Grapentine—adalah bahwa dia telah diganggu dan diintimidasi oleh agen-agen FBI.

"Pertama-tama, tepat setelah terjadinya serangan, mereka mengatakan kepadaku bahwa aku mesti telah salah mengidentifikasi," katanya. "Atau mereka menuduhku bahwa aku berdusta. Pada akhirnya mereka berhenti berusaha untuk membuatku mengubah ceritaku, dan mereka hanya berhenti di depan apartemenku supaya yakin bahwa aku tak berbicara kepada siapa pun.”

Sekurangnya selama enam bulan setelah serangan 11 September, Ny. Frederickson setiap minggu menerima kunjungan dari para agen FBI yang berkantor di Sarasota. "Pertanyaan mereka selalu sama," katanya.

"Kau tak mengatakan apa pun kepada siapa pun, kan?"

Dia cuma mengangkat bahu. “Siapa yang akan kuberi tahu? Semua orang di sini sudah tahu, kok."

2.3. Kesaksian Charlie Grapentine, Pemilik Sandpiper Apartment

Dan para agent FBI terutama sangat marah karena tindakannya memberi keterangan kepada para wartawan...

"Mereka menuduhku sebagai pembohong dan menyuruhku supaya tetap diam," kata mantan marinir itu dengan masam. "Tak seorang pun suka mendengarnya: yakni mereka disuruh bilang tidak pernah melihat sesuatu yang benar-benar telah mereka lihat sendiri."

Kisah Grapentine tentang keberadaan Atta di apartemen tersebut juga dikonfirmasi oleh pasangan yang tinggal tepat disamping Atta, yang juga menerima peringatan dari FBI, tentang perlunya menjaga sikap low profil kepada media massa.

Setahun setelah peristiwa 11 September, baik keluarga Frederickson maupun Grapentine masih marah karena integritas personal diserang oleh para agen FBI, yang lebih sibuk mengintimidasi mereka ketimbang berusaha untuk menangkap para teroris.

Demikian sebabnya kenapa Amanda Keller dan para saksi lainnya tak mau diwawancarai. Kenapa mereka ogah bicara kepada pers. Demikian pula bila ada wartawan yang ngeyel hendak mewawancarai Amanda, FBI pun dengan segera turun tangan menangani wartawan bandel tersebut, yang lalu membuatnya mundur teratur. Dan jangan lupa, para pemilik koran dan tabloid yang didominasi orang Yahudi, juga rata-rata akur dengan sikap FBI.

Berita-berita media alternatif di atas bisa Anda lihat di www.madcowprod.com yang diasuh oleh Daniel Hopsicker, penulis buku Welcome to Terrorland yang juga menerbitkan DVD Mohamed Atta & the Venice Flying Circus. Ia sempat mewawancarai Amanda sesaat sebelum dia kemudian lenyap. Lihat juga www.mujca.com yang diasuh oleh Kevin Barret dkk. Selain itu, masih banyak lagi website yang membahasnya.

Jadi, yang dilakukan polisi/FBI bukanlah mencari keterangan dan bukti tentang Mohamad Atta, tetapi malah sibuk mengintimidasi saksi-saksi supaya tidak bicara ke mana-mana. Bukannya menginterogasi para saksi untuk buka mulut, sebaliknya malah menyuruh mereka untuk tutup mulut. Cara penyidikan yang sangat aneh, bukan? Setiap penyidikan tentunya seharusnya ditujukan untuk membuka mulut para saksi, nah penyidikan kasus pemboman WTC itu kok malah ditujukan untuk menutup mulut para saksi. Aneh. Dan setelah itu, kok bisa-bisanya mereka lantas tahu kalau pelakunya adalah anak buah Osama. Mereka mendengar hal itu dari siapa? Para saksi toh sudah diintimidasi supaya tak mengatakan apa pun kepada siapa pun. Para agen FBI juga tak pernah mendengar apa pun dari para saksi, karena mereka memang tidak pernah menginterogasi para saksi. Satu-satunya pertanyaan yang sering diajukan agen-agen FBI kepada para saksi adalah: "You aren’t saying anything to anybody, are you?". Kau tak mengatakan apa pun kepada siapa pun, kan?

Jadi, dalam kasus WTC ini jelaslah sudah jawabannya, yakni pelaku pemboman WTC itu adalah ya orang-orang yang berusaha menutup mulut para saksi. Dan itulah alasannya kenapa FBI tidak pernah melakukan penggeledahan di apartemen Amanda dan Atta, bahkan untuk sekedar melakukan prosedur yang lumrah seperti mencari sidik jari.

Ilustrasi gampangnya adalah sebagai berikut. Misalnya ada pembunuh yang melakukan aksinya di sebuah perkebunan yang sepi. Eh, kebetulan kok masih ada juga orang yang memergoki. Apa kira-kira yang akan dilakukan pembunuh itu terhadap saksi tersebut? Berusaha mencegahnya supaya saksi tidak berbicara kepada siapa pun. Bisa dengan bujukan, dan bila itu tidak mempan saksi akan di dor dengan senapan. Jadi, mereka yang berusaha membungkam para saksi dia itulah pelakunya. Sangat jelas, bukan?

Nampaknya pemboman WTC itu kasusnya adalah seperti pemboman rel di wilayah Manchuria yang dikuasai Jepang tahun 1931. Jepang membutuhkan alasan untuk menyerbu Cina. Maka agen-agen Jepang membom sendiri jalur rel di Manchuria dan setelah itu menyalahkan Cina supaya ada alasan untuk menyerbu ke negara tersebut. Sedangkan pemboman WTC tahun 2001 itu dilakukan supaya ada alasan untuk menyerbu Iraq dan Afghanistan dengan mendapat dukungan penuh dari rakyat Amerika dan dunia. Serta bisa mengintimidasi negara-negara lain yang dianggap berbahaya.

Sebelumnya, penipuan serupa juga pernah terjadi pada tahun 1964 pada masa pemerintahan Lyndon Johnson, yakni mengarang insiden Teluk Tonkin. Tujuannya adalah untuk mendapatkan dukungan dari rakyat dan Kongres bagi keterlibatan militer Amerika di Vietnam. Dukungan itu diperoleh pemerintah Amerika dengan tipu daya, menipu rakyatnya sendiri. Akibat penipuan tersebut 58.000 tentara Amerika mati sia-sia, 20.000 mati bunuh diri karena tekanan psikologis setelah pulang perang, ditambah lagi 300.000 yang luka-luka, separuh diantaranya luka parah. Dan itu semua terjadi karena para politisi paranoid di Washington pada saat itu sangat yakin dengan teori domino, sebuah teori yang ternyata meleset 100 persen dari kenyataan.

Penipuan tadi kemudian diungkapkan oleh Daniel Ellsberg, pegawai Pentagon yang kecewa dengan segala dusta tersebut dalam apa yang terkenal dengan nama Pentagon Papers.

Dokumen itu mengungkapkan bahwa Resolusi Teluk Tonkin—yang dijadikan landasan untuk peningkatan keterlibatan militer Amerika di Vietnam—telah dibuat beberapa bulan sebelum terjadinya insiden tersebut. (Pentagon Papers, Microsoft Encarta Multimedia Encyclopedia 2002).

Setelah tersiarnya Pentagon Papers pada tahun 1971, maka Nixon mengerahkan tim pencuri untuk menyatroni kantor Ellsberg. Khawatir apabila Ellsberg masih menyimpan banyak dokumen lagi. Tim pencuri yang sama pula yang kemudian tertangkap dalam apa yang kemudian terkenal sebagai skandal Watergate.

Jadi, resolusi untuk menyerbu Vietnam itu sudah disusun berbulan-bulan sebelum insiden Teluk Tonkin terjadi. Dan ternyata pula, rencana untuk menyerbu Iraq dan Afghanistan itu malah sudah disusun bertahun-tahun sebelum insiden di Twin Tower. Fool me twice, and.. rakyat Amerika itu memang benar-benar fool. Shame on you. Kukira rakyat Amerika sekarang membutuhkan bantuan “another Ellsberg”. Bagaimana kalau diadakan sayembara berhadiah 1 juta dolar atau lebih bagi “another Ellsberg”?

Semenjak tahun 1996, koalisi politisi Yahudi radikal dan Kristen fundamentalis di Amerika, yang disebut sebagai neocon (neo-conservative), memang sudah mulai bersekongkol membuat rencana menyerbu Iraq dan negara-negara lain yang dianggap bermusuhan. Dan mereka baru dapat merealisasikannya pada saat Bush berkuasa. Rencana itu bahkan sudah dituangkan di dalam suatu buku putih.

Lama sebelum President George W. Bush berkuasa pada tahun 2001, elemen-elemen yang ada di dalam atau dekat dengan Partai Republik telah berulang kali mengusulkan langkah yang lebih keras terhadap Iraq, termasuk berperang bila perlu, untuk memaksakan perubahan rezim di sana. Pada tahun 1996, salah satu group itu menyusun buku putih yang berjudul A Clean Break: A New Strategy for Securing the Realm, yang kemudian dikirimkan kepada PM Benyamin Netanyahu, pemimpin Partai Likud di Israel. Buku itu mendukung perang terhadap Iraq sebagai cara untuk melemahkan Syria dan membuat moderat kaum Syiah Hizbullah di Libanon Selatan. Mereka berpendapat bahwa langkah itu akan bisa membuka jalan bagi perdamaian dan stabilitas di wilayah yang terkenal tidak stabil tersebut. Buku itu menjadi bahan diskusi di antara para pengamat politik LN Amerika seperti Richard Perle, Douglas Feith, Robert Loewenberg, David Wurmser dan Meyrav Wurmser, banyak di antara mereka yang kemudian menduduki berbagai jabatan penting pada masa pemerintahan Bush.

Pada tahun 1997 sebagian dari politisi di atas tadi lalu bergabung dalam suatu proyek baru yang bernama Project for a New American Century (PNAC), sebuah Washington think tank yang mengusulkan secara terbuka supaya Amerika bisa memainkan peran dominan di dunia, baik secara militer maupun diplomatik. …Penandatangan proyek ini antara lain Perle, Paul Wolfowitz, Elliott Abrams, John Bolton, William Kristol, Zalmay Khalilzad dan Donald Rumsfeld. (U.S.-Iraq War, Microsoft Encarta 2007).

Jadi, nama-nama di atas itulah perencana serbuan ke Iraq dan Afghanistan dan tentu saja mereka juga adalah perencana aksi teror false flag 11 September di Amerika. Sekitar separuh di antara mereka adalah orang-orang Yahudi. Para politisi psikopat haus darah yang tega membunuh rakyat sipil tak berdaya dan menipu seluruh dunia demi tujuan-tujuan politiknya, yang ternyata sekarang hasilnya tak karuan juntrungannya. Anda pernah menonton film Hellboy, suasana dunia saat tanduknya menjadi panjang? Ya, hanya itu yang bisa mereka hasilkan. Dan kita ternyata tak membutuhkan seorang monster mengerikan yang bangkit dari liang kubur seperti Rasputin untuk menciptakannya. Cukuplah seorang Bush, Cheney, Silverstein, atau Rumsfeld dkk., dan terciptalah sudah neraka ala Hellboy. Para Rasputin itu sudah ada tepat di depan mata kita. Tak perlu repot-repot bangkit dari liang kubur. Bacalah segera www.ponerology.com. Atau ketikan saja keyword ponerology and Andrzej Lobaczewski. Dan artikel-artikel di sana akan bisa membuat Anda semua bisa segera mengerti apa penyebab segala perang dan kekacaubalauan di dunia ini semenjak zaman purbakala dahulu kala. Di tangan para politisi psikopat, atau yang disebut Lobaczewski sebagai pathocrat, uang dan tentara sebanyak apa pun tidak akan pernah ada gunanya. Bukan kemakmuran dan perdamaian yang akan mereka ciptakan, tetapi bencana dan penderitaan di seluruh penjuru dunia. Dan memang hanya para pathocrat yang akan bisa melakukan hal semacam itu, suatu trik yang sebenarnya sudah dilakukan para patokrat semenjak zaman purbakala seperti apa kata Robert Hare berikut ini.

Dalam lingkungan yang akrab ini, seorang psikopat bodoh yang mewujudkan nafsu kriminalnya dengan mencuri dan membunuh orang sesukunya, jelas akan tidak disukai selain juga mudah dideteksi. Akan tetapi, seorang pengidap sindrom psikopat yang cukup pandai akan bisa menempati posisi yang menguntungkan di dalam sukunya.

Di sekeliling mereka tentu ada suku-suku lain yang menjadi tetangganya. Suatu dusta yang ditujukan kepada mereka bahwa mereka itu bermaksud jahat, atau tuduhan palsu atas tindakan jahat yang telah mereka lakukan, akan bisa menyalakan api peperangan pada suku psikopat tersebut. Ini akan memberikan keuntungan yang sangat besar dalam hasil akhir dari peperangan zaman prasejarah tersebut, yaitu kemampuan untuk mengadakan serangan mendadak pada saat yang tepat. Seorang psikopat bisa memuaskan nafsu haus darahnya dan juga tampil sebagai pahlawan bagi sukunya. Sementara itu, seorang pemimpin yang non-psikopat akan menyempatkan diri untuk berpikir tentang rasa sakit dan penderitaan suku tetangganya dan juga risiko yang dihadapi sukunya sendiri. (Robert Hare, Without Conscience

Setelah melihat beragam ketidakberesan pada peristiwa 9/11 ini, saya lalu menjadi curiga bahwa kartun di koran Jyllands-Posten Denmark dan film Fitna karya Wilders itu juga hasil kerja kotor dinas rahasia Amerika dan Israel untuk mendapatkan dukungan Uni Eropa dengan cara terus menciptakan suasana permusuhan antara umat Islam dan Uni Eropa, menebarkan kebencian antar umat beragama, karena memang hanya rasa permusuhan dan kebencian itu bahasa yang ada di hati mereka. Kita tahu bahwa negara-negara Uni Eropa sudah banyak yang ogah dengan proyek “perang Armageddon” karya Bush cs. tersebut. Bila umat Islam marah dan membuat kerusuhan di Eropa gara-gara kartun di Jyllands-Posten dan film Fitna tersebut, maka memang hal itulah yang sangat didambakan oleh Amerika dan Israel karena Uni Eropa akan kembali mendukung “war on terror” yang dilancarkan Amerika, atau lebih tepatnya kolonialisme atas negara-negara Islam, perampokan sumber-sumber minyak dan pembantaian umat Islam di berbagai negara.

Satu-satunya negara Eropa yang sangat antusias mendukung proyek tersebut hanyalah Inggris, yang reporternya dari BBC pada saat kejadian sempat “keseleo lidah”, memberitakan bahwa gedung WTC 7 sudah runtuh 30 menit sebelum gedung itu runtuh. Aneh, bukan?  Satu ketidakberesan lagi. Dan pihak BBC selalu berbelit-belit bila hendak dimintai keterangan. Itu tandanya bahwa memang ada sesuatu yang tidak beres. Wartawan BBC tadi agaknya sudah dapat info, tetapi keseleo langsung menyiarkannya saat itu juga tanpa konfirmasi, mungkin karena hiruk pikuknya suasana saat itu sehingga ia tidak fokus. Keseleo dah jadinya. Kukira “motto jihad” tentara Amerika sekarang mesti diubah dari “let’s roll” menjadi “let’s pull”. Pull it, boys!!  Oh ya, TV yang meliput para saksi itu antara lain adalah Fox TV, milik seorang Yahudi. Bisa Anda lihat pada logo di kiri bawah layar. Dia kurang fokus juga ternyata. (Lihat gambar di bawah).



“Pull it”. Itulah perintah dari pemilik WTC Larry Silverstein, seorang Yahudi juga, untuk meruntuhkan gedung miliknya sendiri. Dan… bum bum bum bum! Lihat gambar capture siaran Live di bawah. Dan setelah itu Silverstein menyumbangkan sebagian uang asuransinya yang sebanyak $7 milyar itu kepada Israel. Uang yang berlumuran darah, uang yang diperoleh dari genangan darah 3000 korban WTC. Menghisap darah rakyat Amerika dan menuangkan hasilnya ke Israel, symbiosis parasitisme. Larry Silverstein ini adalah seorang Yahudi radikal, teman akrab Ariel Sharon dan Netanyahu. Dan ia memang setiap tahun rajin menyumbang jutaan dolar ke Israel.

Berikut ini kita lihat pendapat dua orang pakar pembangunan gedung bertingkat dan ahli demolisi dari Eropa tentang runtuhnya WTC:

1.   "In my opinion the building WTC 7 was, with great probability, professionally demolished. Hugo Bachmann, PhD, Professor Emeritus and former Chairman of the Department of Structural Dynamics and Earthquake Engineering, Swiss Federal Institute of Technology. Author and co-author of Seismic Analysis of Concrete Reinforced Structures (1990), Vibration Problems in Structures (1992): Practical Guidelines (1995), Structural Analysis of Linked Concrete Beams (1998), Structural Construction for Engineers. An introduction (2001), Earthquake-proofing Buildings (2002) www.patriotsquestion911.com

2.   I looked at the drawings, the construction and it couldn't be done by fire. So, no, absolutely not. Building 7 was brought down by controlled demolition. Absolutely. -- Danny Jowenko, Proprietor, Jowenko Explosieve Demolitie B.V., a European demolition and construction company, with offices in the Netherlands. Founded 1980, Jowenko Explosieve Demolitie is certified and holds permits to comply with the Dutch Explosives for Civil Use Act and the German Explosives Act. Jowenko's explosives engineers also hold the German Certificate of Qualifications and the European Certificate for Shotfiring issued by The European Federation of Explosive Engineers. www.patriotsquestion911.com 

Tentu, operasi 9/11 ini bukan hasil kerja FBI sendirian sebab ini menyangkut operasi di luar negeri juga, dan kita semua tentu tahu badan mana di Amerika yang menguasai detil informasi dari tiap sudut bumi. Ya, CIA. Para pejabat Pentagon dan Mossad tentunya juga terlibat--Larry Silverstein adalah sahabat baik Mossad. Demikian pula penghuni Gedung Putih. Apalagi para bos pabrik senjata dan perusahaan minyak. Mereka semua terlibat. Mereka adalah unsur-unsur ultra konservatif di Amerika dan Israel, baik ultra konservatif di kalangan pemerintahan, militer,  dinas rahasia, bisnismen Yahudi maupun bisnismen oportunis Amerika sendiri. Ultra konservative cabal yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Mereka agaknya sedang mempraktekkan wejangan Adolf Hitler, mahaguru dari Herr Gehlen. Lihat kutipan di atas tadi, juga apa kata Herman Goering berikut ini.

Why, of course the people don't want war ... But after all, it is the leaders of the country who determine the policy, and it is always a simple matter to drag the people along, whether it is a democracy, or a fascist dictatorship, or a parliament, or a communist dictatorship... Voice or no voice, the people can always be brought to the bidding of the leaders. That is easy. All you have to do is to tell them they are being attacked, and denounce the pacifists for lack of patriotism and exposing the country to danger. (Herman Goering)

Para anggota cabal itu tentu semuanya akan berusaha menutup mulut para saksi yang akan bisa membeberkan kegiatan busuk mereka. Dan ratusan ribu tentara Amerika sukses ditipu mentah-mentah oleh snakes in suits cabal di Washington tersebut dan mati sia-sia. You believe you are dying for the fatherland--you die for some industrialists and fundamentalists.

Dan kiranya Amanda Keller sudah cukup bisa membayangkan apa nasib yang akan menimpanya bila ia bersikeras untuk bicara. Karena itu, ia tak mau diwawancarai siapa pun, tak mau uang jutaan dolar. Apa artinya jutaan dolar bila sebentar kemudian sebutir peluru menembus kepalanya, lalu ia dikirim ke Island of Lost Witnesses. Dan memang benar, tahun 2006, setelah Amanda nekad melakukan wawancara dengan Hopsicker… ia lenyap. Seperti juga nasib yang menimpa bartender dan manager bar yang dulu pernah menjadi langganan Atta, mereka juga hilang. Juga seorang pegawai USDA yang pernah mengurusi pinjaman uang yang hendak diajukan oleh Atta, dia langsung dimutasi setelah melakukan wawancara dengan wartawan ABC. Juga dua orang pemadam kebakaran yang bertugas pada tanggal 11 September di Pentagon, keduanya mendadak dimutasi ketika hendak melakukan wawancara. Mereka semua hilang tak diketahui rimbanya sampai sekarang. Orang-orang yang malang, agaknya mereka semua telah dimutasi ke alam baka.

3. Welcome to the Island of Lost Witnesses

Semenjak wawancaranya dengan tv ABC, pegawai USDA Johnelle Bryant telah dimutasi oleh Departemen Pertanian ke lokasi yang tak disebutkan,  suatu lokasi yang menurut seorang sumber di pemerintah, "dijamin membuatnya takkan bisa berbicara kepada wartawan lagi."

Agaknya Miss Bryant telah berbicara sedikit keluar jalur, dan langsung disingkirkan ke tempat yang damai dan tentram, jauh dari kerumunan media, suatu tempat yang mulai saat ini kusebut sebagai "The Island of Lost Witnesses."

Dia mungkin sedang bersenang-senang di sana sekarang, bergembira ria berselancar di pulau itu bersama-sama para saksi lainnya yang saat ini juga sudah lenyap. Orang-orang yang malang, yang secara tak sengaja melihat sesuatu yang seharusnya tak mereka lihat dan sekarang memiliki pengetahuan dan informasi yang tak menyenangkan dan karena itu mereka mesti dilenyapkan.

Seperti juga mantan pacar Atta, Amanda Keller, saat ini juga hilang. Manager dan bartender dari Ft. Lauderdale bar tempat di mana Atta mabuk-mabukan tiga malam sebelum serangan, juga hilang... (Daniel Hopsicker)

Bila kemudian pelakunya bukan para pemuda Arab yang rata-rata terpelajar dan berasal dari kelas menengah itu, lalu kemana para pemuda tersebut kok sekarang mereka pada menghilang. Saya kira sama juga. Nasib Atta yang asli dan teman-temannya pun sama dengan para saksi di atas tadi. Tidak di reruntuhan gedung WTC. Tidak, saudara-saudara, karena pelakunya bukan mereka. Ada saksi mata yang melihat bahwa pesawat yang menabrak WTC bukan pesawat penumpang Amerika, sedang saksi mata yang lain melihat bahwa itu pesawat kargo, logonya juga bukan logo pesawat penumpang. Mayat mereka juga tidak bisa kita temukan di gedung Pentagon karena Pentagon tidak ditabrak pesawat, tak ada sekeping pun sisa puing-puing pesawat yang berserak di Pentagon. Tidak di sana pula. Mungkin mayat mereka bisa kita temukan somewhere.. di tengah rawa-rawa Florida, in the Island of Lost Witnesses.
 

Quotes:

1. During times of universal Deceit, telling the truth is revolutionary. (George Orwell)

2. Our country, when right to be kept right. When wrong, to be put right. (Carl Shurz)

3. They have pillaged the world. When the land has nothing left for men who Ravage everything, they Scour the sea. If an enemy is rich, they are greedy; if he is poor, they Crave glory. Neither East nor West can sate their appetite. They are the only people on earth to covet wealth and poverty with equal Craving. They Plunder, they butcher, they ravish, and call it by the lying name of "empire." They make a desert and call it "peace". (Tacitus, Roman Historian)

4. Far from being the terrorists of the world, the Islamic peoples have been its victims, principally the victims of U.S. fundamentalism, whose power, in all its forms - military, strategic, and economic - is the greatest source of terrorism on Earth. (John Pilger)

5. I urge you to read. In television you get capsules of news that someone else puts together what they want you to hear about the news. In newspapers you get what the editors select to put in the newspaper. If you want to know about the world and understand, to educate YOURSELF, you have to get out and dig, dig up books and articles for yourself. Read, and find out for yourselves. (John Stockwell)

EDUCATE YOURSELF!!

------- END OF ARTICLE -------

KUTIPAN ASLI YANG BERBAHASA INGGRIS

1.1. Mohamad Atta and Marwan al-Shehhi Love Drinking Vodka

8 July 2001. They "spent the night at the Diana Cazadora, a three-star hotel about 500 meters - five minutes by car - from Madrid Barajas airport on the Barcelona road". Atta and Al-Shehhi "had dinner together and then spent drank vodka for a time in the hotel bar." (BBC, February 1, 2002)

7 September 2001. "On Friday evening, Amos said Atta and the other man came into the Shuckums. The pair had been in the restaurant several times before, Amos said. This time, they were there from about 4:30 pm until about 7 pm" My bartender said, 'These guys are giving me a hard time, "Amos recalled yesterday." I thought,' Okay, here we go. " I was talking to the big guy, going back and forth. I said, 'Is there a money issue? Do you have enough money to pay the bill? " The guy arrogantly replied, 'I'm an airline pilot. Of course, I have the money. ' "(Www.sptimes.com, January 9, 2002).

"Last Friday night Atta, Al-Shehhi and a third man spent hours drinking". (www.washingtonpost.com, 15 September 2001).

The duration of the drinking: "almost four hours" (Spiegel, December 3, 2001)

"The Friday night before the attacks, Atta and two other men - one of them another suspected hijacker, Marwan Al-Shehhi - spent 3 1 / 2 hours at a sports bar in Hollywood, Fla.., Called" Shuckums "(www . washingtonpost.com, September 21, 2001).

"Tony Amos, the manager of Shuckums Oyster Bar and Restaurant in Hollywood, just north of Miami, was interviewed by the FBI and he and his barman and a waitress all identified Atta and his cousin as some hard drinkers who propped up the bar last Friday . Atta's bill for three hours of vodka drinking came to $ 48 (£ 33). "(Www.telegraph.co.uk, 14 September 2001).

"Atta kept to himself, drinking cranberry juice and playing a video game. For three days, his two Companions Russian knocked back vodka and orange juice, got loud and griped about the chicken wings." (NBC, Sept. 24, 2001).

"On September 7, at about 3pm, Atta and Al Shehhi went with another man to Shuckums Bar in Hollywood, Florida. The man went off to play a video machine, while Atta and al Shehhi ordered the first of five rounds of Stolichnaya vodka with orange juice (for Atta) and Captain Morgan with Coke (for Al Shehhi). After 90 minutes, they were ready to leave, but Argued over the $ 48 bill. " (Daily Mail, 16 September 2001)

"We all were able to recognize both gentlemen," Amos said. The men visited the restaurant from about 4 to 5:30 pm Friday, and seemed drunk and unruly, he said. (Sun-Sentinel, 13 September 2001)

When Lizsa Lehman saw the 19 mugshots of the 9 / 11 terrorists displayed prominently in the newspaper, she found two familiar faces starring back at her - Marwan al-Shehhi and Mohamed Atta. She got to know them both when they bellied up to her bar at the Outlook in Venice after their flying lessons a few miles away. They were dressed well. They were well spoken. And Marwan al-Shehhi, was one of the bartender's favorite patrons. Lehman said he was always striking up conversations. She Remembers him laughing, often. "Marwan would talk to you; he enjoyed being in the bar," she said. "He enjoyed company." (Sarasota Herald-Tribune, 10 September 2006).

1.2. Mohamad Atta Frequented Striptease Club and Living Together with A Stripper

"In Jacksonville, Fla.., The FBI is continuing to check several people who may have met Atta and another suspected hijacker, Ziad Samir Jarrah, at area hotels and strip clubs that Atta frequented, according to an internal FBI memorandum. (Los Angeles Times , October 3, 2002)

And two paragraph below from media alternatives to what has been described in the FBI memorandum: In Venice Florida, Mohamed Atta lived for two months with an American stripper/lingerie model named Amanda Keller. Mohamed Atta was a Beastie Boys fan. Atta often listened to them non-stop. "One time I got mad cause he broke one of my skubi-knacks, so I snapped his CD's in half," said Amanda Keller, his former American girlfriend. "I broke all of his CD's, cause they drove me crazy, he played the 'Beastie Boys' nonstop."

"Atta and his crew were always flush with lots and lots of money," said Stephanie Frederickson, a 50-year old housewife and foster mother who with her husband lived right next door to Atta's apartment. "Those guys were all really party animals." During their brief time together, Amanda and Atta went out almost every night, she said, and were part of a social scene at clubs like Margarita Maggie's in Sarasota. (www.BreakForNews.com).

1.3. Mohamad Atta loved pork chops and Never went to the Mosque

Mohamed Atta loved pork chops, according to former girlfriend Amanda Keller. In fact, she said this was Atta's one endearing trait.

Atta and several friends are also regulars at the 44th Aero Squadron bar. The group drinks Bud Light, talks quietly, and stays sober. The bar's owner, Ken Schortzmann, says Atta has "a fanny pack with a big roll of cash in it," and comments, "I never had any problems with them. ... They ... did not drink heavily or flirt with the waitresses, like some of the other flight students. "While he regularly goes to these bars during this period, Atta never visits any of the three Mosques in Southwest Florida, and avoids contact with local Muslims. [Newsweek, 9/24/2001; Sarasota Herald -Tribune, 9/28/2001]

2. News from Alternative Media

2.1. Amanda Keller

Mohamed Atta had an American girlfriend with whom he lived for two months in Venice, FL., A lingerie model named Amanda Keller. You have not heard her story because she was intimidated into silence by the FBI.

"When I saw Charlie talking in the newspaper I knew they were going to jump all over him," she said. "I thought, 'Charlie, no. Can not you just wait? ""

She said She'd suffered the same bullying harassment from the FBI that other witnesses at the Sandpiper Apartments had been forced to endure.

Even after she left Venice, the FBI agents called her every other day for months after the attack. That was not all, either ...

"There was a police car watching the house constantly," she told us.

We asked her, in our first meeting: Was this why she recanted her original statement?

"Because of the intimidation by the FBI," she replied. "They told me not to talk to anybody, to keep my mouth shut.

2.2. Mrs.. Stephanie Frederickson, neighbors Atta and Amanda

What she really wanted to talk about, however - what both she and Charlie Grapentine were fairly bursting to talk about - was how she had been harassed and intimidated by agents of the FBI.

"At first, right after the attack, they told me I must have been mistaken in my identification," she stated. "Or they would insinuate that I was lying. Finally they stopped trying to get me to change my story, and just stopped by once a week to make sure I hadn't been talking to anyone."

For at least six months after the 9 / 11 attacks, Frederickson says, she received weekly visits from agents from the FBI's Sarasota office. "The question they asked was always the same," she says.

"You are not saying anything to anybody, are you?"

She shrugs. "Who was I going to tell? Most everyone around here already Knew. "

2.3. Charlie Grapentine, Sandpiper Apartment Owner

And FBI agents were especially Frosty on the subject of his talking to reporters ...

"They called me a liar, and told me to keep my mouth shut," states the ex-marine grimly. "Nobody likes to hear that: that they did not see something they knew they see."

Grapentine's account of Atta's presence is confirmed by the couple who lived next door, who also received warnings from the FBI, about the advisability of maintaining a low media profile.

A year after the 9 / 11 attacks, both the Frederickson's and Grapentine's were angry at having their personal integrity attacked by FBI agents, who seemed much less Concerned with catching terrorists than they were in squelching their story.

 - END -

Baca juga:  Paijo Nemu Duit Satu Miliar