Tuesday, September 8, 2015

Sinopsis Buku: Adam & Hawa Bukan Manusia Pertama




Judul: Adam dan Hawa Bukan Manusia Pertama
Format : Ebook dan Cetak.
Ukuran: 14,5 cm x 21 cm
Jumlah: xii; 172
halaman 
Harga: Ebook Rp 21.000,- Cetak Rp 45.000,-
Pemesanan via whatsapp/sms: 083867847969 atau email: averoesdip@gmail.com

Membaca judulnya, yaitu Adam dan Hawa Bukan Manusia Pertama, mungkin akan langsung bisa membuat kita bertanya-tanya. Karena selama ini kita diajarkan bahwa Adam dan Hawa adalah leluhur manusia yang pertama dan tidak ada manusia sebelum mereka. Ada tiga agama besar di dunia yang menganut keyakinan semacam ini, yaitu Islam, Kristen dan Yudaisme. Selain ketiganya tidak ada lagi yang menganutnya. Seperti misalnya agama Hindu dan Budha, masing-masing punya keyakinan sendiri-sendiri. Oleh karena itu, pembahasan tentang masalah Adam dan Hawa itu memang mau tidak mau akan bersinggungan dengan ketiga agama besar tersebut.

Sesuai dengan judulnya, demikian pula isi buku ini. Berbeda dengan buku-buku lainnya yang beredar selama ini, yang pada umumnya menentang teori evolusi, maka buku ini dengan tanpa ragu-ragu mendukung sepenuhnya teori tersebut. Suatu hal yang tentunya akan membuat menjadi penasaran. Pada Bab 1 buku ini kita akan disuguhi tentang kontroversi seputar teori evolusi yang terjadi di Eropa dan Amerika. Semenjak awal kemunculannya pada abad ke-19 hingga saat ini, yakni terentang lebih dari satu setengah abad, ternyata masalah ini tetap diperdebatkan dan dipertentangkan dengan sengitnya, bahkan di Eropa dan Amerika yang masyarakatnya secara umum relatif terpelajar dan rasional. Walau kebanyakan sudah menerima teori evolusi, ternyata masih ada juga yang menentangnya.

Walau pembahasannya relatif ringkas, akan tetapi Bab 1 ini akan lumayan bisa membawa kita kepada suasana hangat yang ada seputar kontroversi tersebut. Secara umum, teori evolusi di Eropa dan Amerika didukung oleh kalangan liberal sedangkan para penentangnya adalah dari kalangan konservatif. Boleh dikatakan, teori ini senantiasa terbawa–bawa dalam apa yang biasanya disebut sebagai “culture war” antara kaum liberal dan konservatif. Yang relatif masih baru terjadi adalah “perang” antara pendukung aktor Matt Damon yang liberal dengan pendukung cawapres Sarah Palin yang berbasis kaum konservatif, di mana teori evolusi turut diperdebatkan dengan sengit pula oleh kedua kubu di sosial media.

Selain itu, buku ini juga mengungkap bahwa buku-buku Harun Yahya dan organisasinya BAV (Bilim Arastirma Vakfi) dari Turki itu tak lebih hanya menjiplak saja buku-buku kaum fundamentalis Kristen Amerika, terutama dari karya Henry Morris ketua ICR (Institute for Creation Research). Kaum fundamentalis Amerika yang umumnya juga terdiri dari evangelis adalah kalangan garis keras yang baik dalam politik luar negeri maupun dalam negeri sangat memusuhi umat Islam. Ironisnya, Harun Yahya di sini dianggap sebagai "pahlawan Islam".


Untuk gampangnya, kaum liberal Amerika itu adalah mereka yang antara lain pernah ikut berdemo anti perang Vietnam dan lain-lain. Sebaliknya, kalau kaum konservatif adalah yang gemar mengirim tentara Amerika ke mana-mana, termasuk ke Irak dan Afghanistan. Secara umum, kalangan konservatif yang di Amerika memang kurang bersahabat dengan umat Islam. Mereka banyak berisi kaum garis keras. Berbeda dengan kalangan liberal yang pada umumnya sikapnya cukup bersahabat dengan umat Islam. Sayangnya, karena kebanyakan umat Islam kurang pengetahuannya tentang masalah evolusi dan yang terkait, maka pemikiran yang diimpor ke dunia Islam via Harun Yahya justru adalah karya-karya kaum konservatif garis keras, atau lebih tepatnya kaum fundamentalis (evangelis).

Pada dua bab selanjutnya buku ini berusaha menjembatani teori evolusi dan agama Islam. Tentunya dengan mengutip beberapa ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dan pendapat-pendapat ulama yang relatif sejalan. Di sini terutama membahas tentang surga Nabi Adam dan kejatuhannya dari sana. Ternyata kita bisa menemui bahwa tidak semua ulama dan kitab-kitab tafsir secara aklamasi menyatakan bahwa surga Nabi Adam berada di bumi. Buku ini lebih mendukung penafsiran bahwa surga Nabi Adam berada di bumi dan bukan di langit.

Satu hal lagi yang cukup mengejutkan adalah kutipan dari kitab Al-Maraghi yang terdapat pada akhir bab kedua yang menyatakan bahwa ternyata pembaharu Islam dari Mesir, Muhammad Abduh, juga tidak menyetujui bahwa Nabi Adam adalah manusia pertama. Abduh cenderung berpendapat bahwa Nabi Adam itu hanyalah bapak bagi sebagian umat manusia saja, yakni mereka yang hidup di Timur Tengah. Selain itu, buku ini juga menyebutkan bahwa perempuan sebenarnya bukanlah tercipta dari tulang rusuk laki-laki, ini karena nafs wahidah pada ayat surat an-Nisa' ayat 1 adalah kata muannats (feminin) dan bukan mudzakkar (maskulin). Suatu hal yang mungkin kaum perempuan akan bisa gembira mendengarnya. Selain Abduh, pembaharu Islam dari India, yaitu Sayyid Ahmad Khan, juga mendukung penuh teori evolusi. Ahmad Khan adalah pendiri Universitas Aligarh yang juga seorang founding father dari negara Pakistan. Dua bapak pembaharu Islam ini keduanya mendukung teori evolusi. Satu hal yang selama ini masih jarang diketahui oleh umat Islam.

Selain meninjaunya dari sudut pandang agama, buku ini juga menyinggung sekilas teori Alexander Oparin dan Harold Urey tentang asal-usul kehidupan menurut ilmu biologi modern. Keduanya masing-masing adalah ahli biokimia Rusia dan ahli kimia Amerika yang menyatakan bahwa segala kehidupan di muka bumi ini berasal dari zat-zart inorganik. Melalui serangkaian eksperimen di laboratorium, murid dari Urey, yakni Stanley Miller, ternyata berhasil membuktikan bahwa zat-zat inorganik memang bisa diubah menjadi za-zat organik. Suatu hasil eksperimen yang cukup mencengangkan memang. Zat-zat organik yang terbentuk milyaran tahun yang lalu itulah yang oleh para ilmuwan diyakini ber-evolusi menjadi beragam makhluk hidup di muka bumi ini, termasuk manusia.

Ada terutama dua hal penting yang disebutkan di dalam buku ini yang bisa memberikan bukti bahwa teori evolusi itu memang cukup valid. Yang pertama pada akhir bab kelima, yaitu tentang adanya keragaman ras manusia. Bila bentuk manusia itu tidak bisa berubah sama sekali, maka tentunya hanya ada satu ras manusia. Bila misalnya saja bapak pertama manusia itu berkulit hitam dan bermata hitam, maka tentunya semua anak cucunya akan berwajah serupa. Tetapi, kita tahu bahwa kenyataannya tidak demikian. Ada beragam ras dan rupa manusia di muka bumi ini, mulai dari kulit putih, coklat, kuning maupun gradasi dari warna-warna tersebut. Yang kedua disebutkan pada bab keenam tentang adanya perbedaan susunan genetik pada tiap-tiap individu, yang disebut dengan genetic fingerprint atau sidik jari genetik, yang bahkan terjadi antara bapak dengan anaknya. Perubahan susunan genetik dari bapak ke anaknya itu berlangsung selama jutaan generasi sehingga bisa menghasilkan susunan genetik yang sangat bervariasi, yang mana sejalan dengan berlangsungnya seleksi alam pada akhirnya bisa menghasilkan beragam jenis spesies yang berbeda pula. Selain itu, disebutkan pula beberapa contoh tentang perubahan yang terjadi pada beberapa masyarakat di dunia.

Seperti biasanya, mau tidak mau, setiap membahas teori evolusi akan turut pula menyertakan pembahasan tentang mereka yang diyakini sebagai para leluhur manusia seperti Australopithecus, Homo erectus, Neandertal dan sebagainya. Salah satu yang cukup kita kenal di sini adalah Pithecanthropus karena ditemukan di Jawa Tengah, Indonesia. Perjalanan evolusi manusia yang dimulai dari benua Afrika bisa kita dapati pada Bab 5. Juga penjelasan tentang perubahan-perubahan berangsur yang terjadi pada mereka.

Terlepas dari setuju atau tidak, buku ini rasanya cukup penting untuk kita baca sehingga bisa mengetahui sudut pandang pemikiran yang lain dari yang kita yakini selama ini. Membuka pemikiran dan pandangan kita bagi sebuah cabang ilmu pengetahuan yang selama ini masih belum banyak dibahas di Indonesia. Apalagi seperti kata Dobzhansky bahwa nothing in biology make sense except in the light of evolution, yang artinya semua hal yang ada di dalam ilmu biologi itu tidak masuk akal, kecuali bila dipandang menurut teori evolusi.


*********

Daftar Isi 

Kata Pengantar -- vi
1. Teori Evolusi dan Akibat-akibat yang Ditimbulkannya – 1
- Charles Darwin, Sang Pencetus – 2
- Kontroversi dan Reaksi Kaum Fundamentalis – 5
- Marxisme dan Darwinisme – 13
- Fundamentalisme dan Kreasionisme – 16
- Kaczynski, Masyarakat Industri dan Mismatch Theory – 26
- Pengaruhnya kepada Kehidupan Moral di Barat – 34
2. Adam dan Hawa di dalam Al-Quran – 38
- Khalifah atau Manusia Pertama? – 39
- Perempuan Tidak Berasal dari Tulang Rusuk Laki-laki – 43
3. Surga Nabi Adam – 49
- Taman Eden di dalam Al-Quran – 49
- Letak Taman Eden Menurut Kitab Kejadian – 56
4. Asal-Usul Kehidupan Menurut Ilmu Biologi Modern – 63
5. Perjalanan Evolusi Manusia – 75
- Ardipithecus Ramidus – 77
- Australopithecus – 79
- Homo Habilis – 80
- Homo Erectus – 81
- Homo Neandertalensis – 86
- Homo Sapiens – 89
6. Bukti-bukti yang Mendukung Teori Evolusi – 95
- Variasi, Seleksi Alam dan Struggle for Existence – 96
- Adaptive Radiation dan Pembentukan Spesies Baru – 101
- Perbandingan dengan Proses Evolusi Bahasa – 104
- Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Manusia – 111
- Bukti-bukti Lain – 119
7. Altruisme di dalam Darwinisme – 125
8. Ilmu Pengetahuan dan Asal-usul Manusia di dalam
Al-Quran -- 137
- Masalah Kemahakuasaan Tuhan – 141
- Asal-Usul Manusia di Dalam Al-Quran – 145
- Kun Fayakun dan Relativitas Waktu – 150
9. Beberapa Saran Bagi yang Masih Berkeberatan – 153
- Simian Ancentry dan Asfala Safiliin – 155
- Kepastian dari Ilmu Alam – 158
- Keterbukaan kepada Pemikiran Asing – 163
Daftar Pustaka – 168


Sinopsis Buku: Ibnu Rusyd, Bapak Ateisme dan Renaisans Eropa Barat






Judul: Ibnu Rusyd, Bapak Ateisme dan Renaisans Eropa Barat
Format: Ebook dan Cetak
Ukuran: 14,5 cm x 21 cm
Jumlah: 105 halaman
Harga: Ebook Rp 15.000, Cetak Rp 35.000,-
Pemesanan via whatsapp/sms: 083867847969 atau averoesdip@gmail.com

Buku ini berisi beberapa artikel, tetapi artikel utamanya dan yang paling panjang adalah yang membahas Ibnu Rusyd dan pemikirannya. Artikel-artikel lainnya adalah artikel pendukung yang relatif masih terkait dengan artikel utama. Lengkapnya, artikel yang ada di dalam buku ini adalah:

1. Mengganti Trend Radikalisme Salafi Ibnu Taimiyah dan Okasionalisme al-Ghazali dengan Trend Rasionalisme dan Hukum Kausalitas Ibnu Rusyd.
2. Pengaruh Interaksi Antar Peradaban Kepada Kemajuan Ilmu Pengetahuan.
3. Aura, Santet dan Tenaga Dalam, Barang Gaib Yang Tidak Gaib.
4. Kitab Tafsir Ahmadiyah yang Rasional dan Ilmiah.
5. Syiah dan Sunni, Mazhab Politik dalam Islam.

Judul yang lebih lengkap untuk buku ini sebetulnya adalah “Ibnu Rusyd, Bapak Sekulerisme, Rasionalisme, Hukum Kausalitas, Atheisme dan Renaisans Eropa Barat”. Tapi, itu tentu akan terlalu panjang bila ditulis pada cover buku. Oleh karena itu, lalu diringkas menjadi seperti di atas.

Suatu klaim yang terlalu sensasional mungkin? Kok Ibnu Rusyd itu bisa menjadi bapak banyak hal di Eropa Barat, bahkan bapak Renaisans juga. Ternyata tidak, sumber-sumber referensi yang digunakan untuk menulis buku ini terutama berdasarkan kepada sumber mainstream saja, yang artinya sudah disetujui umumnya para sarjana di bidang ini, termasuk di beberapa ensiklopedi yang banyak dibaca masyarakat sehari-hari seperti misalnya Wikipedia. Juga media mainstream yang banyak didengarkan orang sehari-hari seperti misalnya radio BBC.

Jadi, apa yang dibahas di buku ini sebenarnya suatu hal yang sudah mainstream saja, bukan sesuatu yang nyleneh, apalagi suatu “teori konspirasi”. Menjadi terasa nyleneh karena selama ini terluput dari pandangan kebanyakan orang saja. Oleh karena itu, mudah-mudahan setelah membaca buku ini, maka hal tersebut nanti tidak terluput dari pandangan kita lagi.

Sumbangan para ilmuwan dan filsuf Islam kepada bangkitnya zaman Renaisans di Eropa Barat memang sangatlah besar. Bahkan, bisa dikatakan tanpa transfer ilmu pengetahuan dari dunia Islam, maka Eropa Barat tidak akan pernah mengalami zaman Renaisans dan dunia modern beserta segala keajaiban teknologinya tidak akan pernah ada. Sumbangan peradaban Islam lainnya yang menyolok mata, sudah menjadi barang mainstream, tapi juga sering terluput dari pandangan sehari-hari adalah misalnya ilmu aljabar dan algoritma. Dari namanya tentu sudah jelas berasal dari dunia Islam, yang kalau dalam kaidah bahasa Arab ditulis sebagai al-Jabar dan al-Goritma. Algoritma, yang berasal dari nama al-Khwarizmi, adalah ilmu yang menjadi dasar penulisan program komputer, langkah step by step yang sering digambar dengan flowchart itu. Suatu hal yang juga sudah mainstream, tapi masih sering tidak diketahui orang. Mungkin kita bisa menyebut al-Khwarizmi ini sebagai bapak ilmu komputer.

Bagaimanapun, di antara banyak ilmuwan dan filsuf Muslim, yang paling besar sumbangannya kepada bangkitnya zaman Renaisans di Eropa Barat adalah Ibnu Rusyd. Oleh karena itu, dialah satu-satunya filsuf Muslim yang ikut dilukis oleh Rafael, pelukis termasyhur zaman Renaisans itu, di lukisannya yang berjudul School of Athens. Lukisan yang menjadi cover buku ini. Salah satu sumbangan Ibnu Rusyd yang paling penting adalah pembahasannya tentang hukum kausalitas sehingga hukum ini lalu dikenal orang Eropa Barat dan menjadi landasan eksperimen ilmiah hingga saat ini. Tanpa hukum kausalitas, maka takkan pernah ada sains modern dan teknologi modern. Dengan kata lain, tidak akan pernah ada dunia modern seperti yang kita nikmati saat ini.

Apa itu hukum kausalitas dan apa benar bahwa seperti disebut di judul buku ini bahwa Ibnu Rusyd itu selain bapak Renaisan juga ternyata bapak ateisme Eropa Barat? Suatu klaim yang nampaknya terlalu sensasional lagi. Untuk lebih lengkap dan jelasnya bisa Anda baca sendiri di dalam buku ini.