Wednesday, May 8, 2013

Olahraga Air dan Keselamatan Kapal Laut

Oleh: Helmi Junaidi





Saya ini sejak dulu tak begitu pandai olahraga beregu seperti voli, basket atau sepak bola. Jadi akhirnya tak begitu suka dengan olahraga-olahraga tersebut. Kalau ada yang bilang saya pandai dan suka bola atau basket akan ditertawakan sama teman-teman sekolah saya. Orang kan memang tak bisa pandai dan suka dalam semua hal. Kalau main game bola atau basket saya memang suka. Tapi yang versi PC. Cukup pandai juga. Kalau playstasion tak bisa, terlanjur terbiasa pakai PC, akhirnya dulu saya jual lagi PS saya.

Olahraga yang saya sukai adalah berenang, tapi sekarang jarang. Kalau waktu sekolah dulu tiap akhir pekan. Hari sabtu ramai-ramai pulang sekolah ke kolam renang di stadion Malang. Sekitar 5 sampai 7 anak yang hobinya sama. Mulai pulang sekolah jam 11 siang sampai habis Ashar nyemplung di kolam. Saya biasanya bawa snorkel, bisa untuk mencari koin yang jatuh di dasar kolam, berburu "harta karun". Dulu koin cepek kan nilainya lumayan. Satu koin saja sdh cukup untuk beli seporsi bakso. Habis renang kan lapar, pulangnya biasanya makan bakso di depan stadion. 

Sering juga dulu ke Rampal, kolam untuk latihan renang tentara. Kalau baru dipakai latihan tentara kolamnya warna hijau semua. Kelunturan seragam. Kukira hobi olahraga air sangat cocok untuk warga Indonesia yang 2/3 wilayahnya terdiri dari lautan. Btw, presiden kita dulu ada juga lho yang tidak bisa renang :D Tahu siapa dia? Yang dari sipil tentu saja. Kalau yang dari tentara kan ada latihan berenang walau belum tentu mereka hobi renang. Tentara bisa renang karena diwajibkan bisa, bukan karena hobi.

Saat pakai snorkel itu saya baru tahu kalau tubuh manusia ternyata terapung di dalam air walau tak bergerak sama sekali. Mengambang sebatas kepala. Jadi, manusia itu tidak bisa tenggelam sebetulnya. Tapi, karena hidungnya berada di bawah air, maka bisa tewas. Mengambang sebatas kepala, bukan sebatas leher. Jangan salah paham. Kalau sebatas leher ya dijamin aman dan Anda semua tak perlu belajar berenang. Karena itu, cukup berbekal snorkel orang sebetulnya bisa tak tewas tenggelam karena lelah berenang. Santai diam sambil bernafas melalui pipa snorkel saja sudah mengambang. Silakan coba kalau tak percaya.

Binatang sebesar gajah saja tak bisa tenggelam, lho. Itu di kepulauan Andaman, dekat Laut India, sering gajah berenang menyeberang laut. Gajah punya belalai dan mereka menfungsikan belalainya sebagai snorkel. Tubuhnya tinggal mengambang saja, tak bisa tenggelam. Sama dengan manusia dan hewan-hewan lainnya.   

Ternyata tidak mahal harga snorkel sekarang, ada yang Rp 120 ribu dan 200 ribu. Dulu juga tidak mahal. Kalau di Jakarta ada tempat snorkling tidak, sih? Di Jakarta maksud saya, atau pantai yang dekat Jakarta. Bukan di Pulau Seribu.

Meski demikian saudara-saudara, saya bukan orang yang suka takabur dan meremehkan kekuatan alam, apalagi mengingat kecerobohan rata-rata orang Indonesia dalam soal keselamatan. Bila ke Bali saya dulu membawa pelampung di ransel saya. Jadi, bila ada apa-apanya waktu menyebrang selat, maka kemungkinan besar saya termasuk yang selamat. Tak ada cukup pelampung di kapal. Orang sini kan rata-rata sangat ceroboh dan masa bodoh soal keselamatan penumpang. Lebih celakanya lagi, penumpangnya pun rata-rata masa bodoh juga. Padahal, kekuatan alam kan bisa sangat dahsyat, jarak selat juga beberapa kilometer. Mustahil saya yang cuma bisa renang 100-150 m ini bisa selamat tanpa pelampung. Kecuali kalau saya punya kolam renang sendiri di rumah dan bisa rutin latihan tiap hari, baru saya sanggup berenang berkilometer.

Mungkin selama ini saya satu-satunya penumpang kapal di Selat Bali yang dengan sengaja pernah membawa pelampung sendiri. Bila Anda juga daya renangnya juga tak terlalu jauh, saya anjurkan hal yang sama. Lebih baik selipkan pelampung di tas anda ketimbang membawa barang-barang lain yang tak begitu berguna saat naik kapal. Apalagi cuma bawa oleh-oleh lebaran. Yang dinanti keluarga di kampung bukan oleh-oleh, tetapi anggota keluarga yang datang dengan selamat. Kekuatan alam tak bisa ditebak dan bisa sangat dahsyat. Berhati-hatilah selalu. Tak boleh takabur dan menganggap remeh kekuatan alam, apalagi bila cuaca sedang buruk.   

Atau dalam kasus lain, berapa ribu dolar biaya perjalanan para imigran gelap dari Timteng yang tenggelam di Laut Kidul kemarin? Bandingkan ribuan dolar tersebut dengan harga pelampung yang cuma $9 saja. Gara-gara ceroboh atau tak mau menyisihkan $9 mereka tewas di laut. Sia-sia uang dan nyawa. Oya, Anda ingat kenapa tragedi Titanic memakan begitu banyak nyawa? Karena tak cukup sekoci penyelamat. Karena ceroboh juga sebab merasa yakin bahwa Titanic yang sangat besar, baru dan hebat itu tak bisa tenggelam. Eh, ternyata tenggelam dan tak cukup sekoci. Kapal besar dan baru saja bisa bernasib begitu, apalagi kapal--kapal kita yang banyak yang sudah karatan. Malah banyak juga yang kapal bekas dari negara lain. Jadi, bila penumpang tak berjaga-jaga sendiri betapa celakanya.

Aha!! Newsticker di Metrotv agaknya bisa menemukan presiden kita yang pernah minta tolong pengawal-pengawalnya karena kelelep di kolam renang. Hahaha.. :D Selama ini ada empat presiden kita yang dari sipil. Coba tebak siapa saja yang cuma bisa renang gaya batu. Ada lho. Selain yang sudah ketemu itu masih ada yang lain gak ya? Hihihi... Silakan baca di dua artikel ini Bung Karno Tarzan Indonesia  dan   Sisi Unik Bapak Bangsa (Jenaka Pun Bisa).

Oke, saya di sini cuma cerita soal preferensi olahraga saja. Tak perlu ada yang menafsirkan macam-macam sampai stres.

24 -25 Sep 2012