Friday, April 19, 2013

Semua Agama Punya Tuhan yang Sama?

Oleh: Helmi Junaidi 




Selama ini kita sering mendengar orang berucap seperti judul di atas. Benarkah? Benar, bagi mereka yang pengetahuannya tentang agama-agama di dunia masih kurang. Bagi mereka yang pernah mempelajari banyak agama-agama tentu tidak akan pernah berpendapat demikian.

Satu misal adalah agama Rastafari yang bertuhan ke Haile Selasie, kaisar Ethiopia. Dan umatnya agama ini banyak juga, ada jutaan, termasuk si Bob Marley penyanyi reggae itu. Ada lagi agama penduduk asli di kepulauan Pasifik yang menganggap Pangeran Philip suami Ratu Elizabeth itu sebagai Tuhan. Benar-benar menganggapnya Tuhan, tidak main-main. Seperti juga rakyat Jepang dulu memuja Hirohito sebagai Tuhan. Apa mereka main-main? Bisa langsung dipenggal dengan samurai yang menganggapnya main-main. Lalu, samakah Haile Selasie dengan Pangeran Philip? Wajah dan warna kulit keduanya saja sudah jauh beda kok. Dan kedua tuhan tersebut tentu beda jauh pula dengan Hirohito. Keyakinan ketiga agama itu juga sangat jauh berbeda pula satu sama lain. Nah, masih berpendapat bahwa semua agama itu punya Tuhan yang sama?

Bagaimana dengan agama yang berasal Timur tengah? Sama saja. Malah sebenarnya bukan hanya umat Kristen saja yang mempertuhankan nabinya. Sebagian sekte umat Islam juga punya keyakinan yang serupa. Orang Alawi di Syria bertuhan ke Ali, Nabi Muhammad dan Salman al-Farisi. Sedang Alawi di Turki meyakini trinitas al-Haqq (Allah), Muhammad dan Ali. Orang Druze lain lagi, mereka bilang al-Hakim, pendiri sekte ini, adalah penjelmaan Tuhan (incarnation of God). Samakah Yesus dengan Nabi Muhammad? Jelas lain orangnya. Samakah juga keduanya dengan Salman al-Farisi, Ali dan al-Hakim. Juga jelas Tidak.

Dan tentu saja, umat-umat tersebut sangat serius dengan keyakinannya. Umat Kristen yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Yesus adalah Tuhan. Demikian pula umat Alawi di Syria, sangat yakin dengan keyakinan mereka bahwa Ali, Nabi Muhammad dan Salman al-Farisi adaah penjelmaan Tuhan di muka bumi. Alawi di Turki juga sangat yakin dengan trinitas al-Haqq (Allah), Muhammad dan Ali. Demikian pula umat Druze dengan al-Hakim. Walau di zaman Turki Ottoman mereka sering mengalami penganiayaan gara-gara keyakinan semacam itu, tetapi mereka tetap teguh dengan keyakinannya, umat Alawi Syria tetap yakin bahwa Ali, Nabi Muhammad, Salman itu Tuhan, Alawi Turki juga tetap teguh yakin dengan trinitas versi mereka, dan begitu juga a-Hakim bagi umat Druze. Nah, masih ada yang tetap berpendapat bahwa semua agama itu punya Tuhan yang sama? Monggo kuliah lagi mengambil fakultas perbandingan agama-agama di dunia.:D

Dan seperti pernah saya tulis, kalau agama Budha dan Jain malah tak punya konsep tentang Tuhan. Bisa dibilang agama yang atheis. Kalau mereka menganggap Tuhan itu tidak ada, lalu Tuhan mereka yang mana yang sama dengan agama-agama lain itu? Tidak ada Tuhan kok menurut mereka, lalu yang sama apanya? Analoginya ada orang yang bilang bahwa mobil punya Paimin modelnya sama dengan punya Paimun. Lha, si Paimin tidak punya mobil kok, lalu apanya yang disamakan? Jadi, pendapat semacam itu muncul karena kurangnya pengetahuan mereka tentang agama-agama saja.

Saya kutip sekali lagi saja di sini untuk sekedar pengingat. Baca juga artikel “Tuhan dalam Agama Budha” di Wikipedia. Juga beragam artikel yang lain. Semua menyatakan hal yang sama.
Buddhism has been called an atheistic religion since it does not postulate any supreme being. the jains are similarly atheistic, and so are those who adopt the sankhya system of philosophy in Hinduism. (“Atheism”, Hutchinson Educational Encyclopedia)

Buddhism, as originally founded, asserted there is no God at all. Denial of God or gods is called atheism. (“Atheism”, Compton's Interactive Encyclopedia)
Seandainya pun seluruh umat manusia di bumi ini punya Tuhan yang sama dan beragama yang sama apakah perdamaian akan seketika terjadi? Mustahil juga. Umat Kristen sering saling berperang antar mazhab. Lihat saja kisah perang berabad-abad antara Katolik dan Protestan yang sama-sama meyakini Yesus adalah Tuhan. Syiah Iran dan Sunni Saudi saling bermusuhan dengan sengit satu sama lain walau mereka sama-sama mengucapkan “laa ilaaha illallah”. Bahkan sesama Sunni pun, yaitu Muhamadiyah dan NU di sini, sering bermusuhan satu sama lain. Demikian pula sekte-sekte yang ada pada umat-umat beragama yang lain, baik Yahudi, Hindu, Budha dsb. Punya Tuhan yang sama tidak seketika akan menjamin adanya perdamaian. Itu pemikiran yang absurd juga.

Jadi, untuk mencapai perdamaian antar umat beragama tentu saja mustahil dengan mempromosikan semua agama sama dan punya Tuhan yang sama. Terlalu naif itu. Umat yang sudah seagama dan punya Tuhan yang sama bisa tetap saling membenci dan berperang kok. Bahkan sesama mazhab Sunni pun bisa saling bertengkar. Yang bisa kita promosikan adalah toleransi dan saling menghormati antar agama dan antar umat seagama yang berbeda mazhab. Bukan mempromosikan hal-hal yang absurd semacam itu.

Lalu bagaimana kalau semua umat manusia menganut ideologi yang sama apakah akan segera terjadi perdamaian? Impossible juga. Uni Sovyet komunis dan Cina komunis dulu saling bermusuhan dengan sengit. Bahkan sesama anggota PKC dan PKUS pun saling membantai satu sama lain, puluhan juta anggota partai tewas dibantai sesama kamerad sendiri. Demikian juga partai sosialis Baath di Irak yang bermusuhan dengan partai Baath Syria. Disini pun penganut Pancasila aliran Suhartois dan Sukarnois saling membenci dan sering saling mencaci maki satu sama lain. Bahkan sesama Sukarnois atau sesama Suhartois tapi beda partai politik juga bisa bertengkar dan bermusuhan. Demikian pula dengan berbagai penganut ideologi yang lain. Tak bisa menciptakan perdamaian dengan cara menyamaratakan semua hal semacam itu. Itu pemikiran yang terlalu simplistis dan naif.

Memang tidak akan pernah ada kesamaan keyakinan dan pendapat pada manusia. Tidak akan pernah. Manusia pada fitrahnya memang diciptakan untuk berbeda-beda. Jadi, mustahil disamakan. Yang paling penting memang adalah saling bertoleransi antar umat beragama, juga antar umat seagama yang berbeda mazhab. Tidak saling meribeti dan mencaci maki mereka yang berbeda agama dan mazhab. Biarkan saja orang menganut dan mengamalkan apa yang diyakininya tanpa harus saling merusuhi dan membenci satu sama lain. Itu saja yang mesti dipromosikan.

12 Januari 2012