Tuesday, April 23, 2013

9 Player Football

By: Helmi Junaidi

Mungkin banyak penggemar sepakbola yang tak akan setuju dengan pendapat saya. Tapi, kalau saya boleh berterus-terang, sepakbola adalah permainan yang agak menjemukan untuk ditonton. Hanya menarik untuk dimainkan di game komputer atau PS. Dan saya memang seringkali jatuh tertidur saat menonton Piala Dunia kemarin. Berlama-lama menunggu, eh gol tak datang-datang juga. Dan seringkali lalu berakhir tanpa gol. Tampak pulas lagi tidur saya. Atau kadang gol datang juga, melalui hukuman tendangan penalti. Tambah sebal lagi. Tanpa usaha kok dapat gol. Bermain sudah capek-capek kok hanya dimenangkan dengan gol seperti itu. Ngglethek istilah Jawanya. Apalagi, keputusan penalti juga seringkali bersifat kontroversial. Pemain pura-pura jatuh dapat penalti. Jatuh beneran tak dapat penalti. Sehingga kadang saya berpikir, permainan sepakbola seperti yang ada selama ini menyia-nyiakan bakat pemain. Para pemain yang berketrampilan sangat tinggi hanya disuruh berlari-lari di lapangan, kadang tanpa pernah bisa menghasilkan gol. Juga tak bisa mengukur dengan tepat level suatu tim. Kadang ada tim yang permainannya pas-pasan bisa menang melawan tim-tim yang sangat bagus hanya melalui satu buah gol yang bersifat kebetulan.

Nampaknya dalam hal ini saya akur dengan pendapat orang Amerika tentang sepakbola supaya bisa lebih menarik untuk ditonton, yaitu “ciptakan lebih banyak gol”. Selama ini sepakbola kan memang tidak ngetop di Amerika karena orang Amerika lebih menyukai permainan yang bertempo cepat dan banyak gol seperti basket atau American Football. Akan tetapi, saya juga bukanlah penggemar American Football. Nonton saja tidak pernah dan memang tak pernah disiarkan di sini. Hanya lihat sekilas di iklan animasi game. Saya kira nama yang lebih tepat untuk permainan ini bukanlah American Football, tetapi American Handball. Saya tak bermaksud berolok-olok, tetapi rasanya memang itu nama yang lebih tepat. Bolanya kan memang lebih sering dibawa lari dan dimainkan tangan. Logonya saja seperti itu, yaitu seorang pemain yang sedang berlari sambil membawa bola lonjong di tangan, bukan di kaki. Dan bolanya memang sengaja didesain lonjong seperti itu supaya mudah ditangkap dan dibawa oleh tangan. Sering juga sambil diselinapkan di ketiak. Gambar di logonya kan memang begitu. Lihat saja sendiri. Jadi, bolanya tidak didesain untuk dimainkan dengan kaki, tetapi supaya mudah untuk diselipkan di ketiak sehingga sukar direbut oleh lawan. Lucu juga memang. Jadi, nama yang tepat untuk permainan itu memang adalah American Handball. Saya tak mengerti kenapa masih disebut dengan American Football dan tidak diganti sesuai dengan realitas yang ada di lapangan.

Saya memang lebih suka menonton permainan yang temponya tinggi. Tim sini bikin skor, dibalas lagi oleh tim sana, terus skor lagi, dibalas lagi dst. Seperti bola voley atau basket. Permainan semacam ini lebih seru. Sayangnya, mengingat lapangan basket atau voley yang relatif lebih kecil, ini tak terlalu menarik minat banyak penonton. Karena semakin masif suatu tontonan, terutama dalam ukuran stadion dan banyaknya pemain, biasanya memang akan bisa semakin menarik lebih banyak penonton pula.

Nah, karena itulah, supaya kita bisa mendapat tontonan yang tetap menarik, massif dan tidak menjemukan, saya akan mengusulkan satu jenis football lagi. Dan ini memang sudah lama sekali mengendap di benak saya. Usul yang aneh? Tidak! Kecuali bagi mereka yang tidak pernah mempelajari sejarah sepakbola. Sepakbola sebenarnya memang ada beragam jenisnya. Mulai dari Rugby, American Football, Canadian Football sampai Gaelic Football. Dan dari semenjak zaman Yunani dan Romawi dulu memang sudah ada beragam jenis football. Termasuk sepak takraw itu kan termasuk salah satu jenis football juga, walau ngetopnya di sini memang hanya di luar Jawa, terutama di kalangan suku-suku Melayu saja dan tidak terlalu populer di pulau Jawa.

Permainan football yang saya usulkan ini nanti bisa mendirikan asosiasi sendiri dan berdiri sendiri, dengan pemain-pemain yang khusus. Atau mungkin bisa juga dirangkap oleh pemain sepakbola yang telah ada sekarang. Lalu bagaimana bentuk permainannya? Mirip seperti sepakbola kecuali dalam beberapa hal. Jumlah pemain dikurangi sedikit menjadi 9 pemain, sama dengan jumlah pemain baseball. Susunannya bisa misalnya 2-4-3, 1-4-3 atau terserah sajalah. Saya hanya memberi misal saja. Dikuranginya jumlah pemain ini supaya lapangan tidak lagi dipenuhi terlalu banyak pemain. Dengan demikian, gol bisa lebih mudah diciptakan dan tentu akhirnya bisa lebih seru permainannya. Kiper ditiadakan, seperti juga dalam American Football. Bedanya, tidak ada pemain yang boleh memegang bola dengan tangan. Hanya dengan kaki, kepala atau dada. Yang selama ini menjadi kiper bisa beralih jabatan dan ikut bermain sebagai defender, midfielder atau malah striker bila dia memang pandai mencetak gol.

Peraturannya juga sedikit dimodifikasi. Pemain yang sudah diganti bisa masuk dan bermain lagi. Ini supaya pemain-pemain bintang yang cedera ringan, akan tetapi butuh masa pemulihan yang agak lama, bisa beristirahat katakanlah selama sekitar 15 (lima belas) menit. Selama out, ia untuk sementara digantikan pemain cadangan. 15 menit kemudian, kalau sudah pulih, ia bisa masuk lagi. Kan memang sayang sekali bila ada pemain bintang yang cedera ringan langsung diganti dan tak boleh balik ke lapangan lagi. Sayang sekali. Permainan jadi bisa berkurang bobotnya. Misalnya ada yang berbenturan kepala atau di-tackle lumayan keras. Butuh istirahat yang agak lama, bukan? Kalau dipaksa main terus kan kasihan juga. Kepala masih pening atau betis masih nyut-nyutan dipaksa terus main gara-gara kalau diganti walau sebentar saja, ia tak bisa masuk lagi. Jadi, pemain bisa masuk lagi asal penggantinya telah bermain di lapangan minimal selama 15 menit. Atau bisa juga pemain bintang yang masuk lagi itu diganti dengan pemain lain, bukan pemain cadangan yang menggantikannya tadi. Yang penting prinsipnya adalah pemain yang sudah diganti bisa masuk lagi setelah ia berada di luar lapangan minimal selama 15 menit. Sekali ganti maksimal 1 pemain. Dan pada tiap-tiap babak maksimal ada 3 kali pergantian pemain. Kalau diganti sewaktu masa istirahat bisa maksimal 2 pemain. Jadi, pada babak kedua bisa ada 2 pemain yang masih segar. Total, seandainya dimanfaatkan secara maksimal bisa ada 8 pemain yang bisa diganti. Agak bebas memang, tapi tidak sebebas dalam basket. Kalau terlalu kerap gonta-ganti kan nanti bisa repot juga, satu menit main satu menit ganti, wah bisa payah nanti.

Kemudian tentang wasit, dia bisa dibantu oleh video dan komputer. Tidak ngeyel menggunakan cara manual seperti yang ada selama ini. Ini seperti orang yang ngeyel menghitung pakai jari walaupun komputer dan kalkulator sudah lama diciptakan. Atau ngeyel naik dokar walau mobil sudah seratus tahun lebih diciptakan. Dan kita tahu bahwa dengan cara manual seperti yang dipraktekkan selama ini, seringkali wasit membuat kesalahan. Bisa kontroversial dan mengecewakan pihak-pihak yang dirugikan. Ada teknologi yang berguna kok tidak dimanfaatkan. Itu kan namanya gaptek. Kan sia-sia saja orang repot bikin teknologi kalau tidak dimanfaatkan. Jadi, bila merasa kurang yakin akan keputusan yang akan diambil, wasit bisa meninjau ulang apa yang barusan terjadi melalui layar video atau komputer yang diputar dalam gerak lambat dan ditampilkan dari beberapa sudut yang diperlukan. Dan wasit bisa juga merevisi keputusan yang baru saja dia ambil bila ternyata itu keliru. Bisa lebih fair, bukan? Ini terutama untuk hal-hal yang penting, seperti waktu ada kemelut di depan gawang misalnya. Jadi, tidak ada lagi gol yang dianulir secara sembarangan, atau kisah tangan Tuhan Maradona.

Tentang kartu, merah? Pemain tetap dikeluarkan juga, tapi ia kemudian bisa diganti oleh pemain cadangan. Kalau tak bisa diganti lagi kan bisa tambah sepi lapangannya nanti, apalagi kalau sampai pemain berkurang dua, karena yang saya usulkan ini adalah football dengan 9 pemain. Apalagi, yang bersalah membuat pelanggaran kan memang hanya individu pemain, bukan tim secara keseluruhan. Jadi, yang dihukum ya hanya si pemain yang membuat pelanggaran. Tidak menghukum tim secara keseluruhan dengan mengurangi pemain. Permainan bisa menjadi tidak imbang dan tidak adil. Apalagi kalau sampai njomplang 2 orang. Jadi, hukumannya hampir sama dengan sepak bola yang ada sekarang, yaitu pemain dikeluarkan tanpa boleh balik lagi dan dilarang dua kali ikut pertandingan berikutnya. Bedanya, tim tak ikut dihukum. Jumlah pemain di lapangan tetap lengkap seperti semula.

Hukuman penalti bisa tetap ada, dan khusus untuk penalti ini saja jabatan kiper bisa kembali difungsikan, bisa diambil dari salah seorang defender, atau bisa juga pemain lain yang memang lebih cekatan. Akan tetapi, karena dalam football yang saya usulkan ini gol bisa mudah diciptakan dalam jarak yang lebih jauh, maka nampaknya tendangan penalti ini akan menjadi sangat jarang terjadi. Dan karena gol memang bisa dengan mudah diciptakan melalui tendangan biasa, maka tendangan penalti nanti tak terlalu banyak lagi pengaruhnya untuk menentukan kemenangan suatu tim. Seperti juga free throw untuk foul di permainan bola basket, tak banyak pengaruhnya untuk menentukan kemenangan. Hanya sedikit persen saja pengaruhnya. Tidak seperti yang ada selama ini, penalti bisa menentukan hidup matinya suatu tim.

Tendangan corner dan tendangan bebas juga tetap ada. Tetapi, kiper tak perlu difungsikan lagi di sini, itu hanya untuk penalti saja. Tendangan corner dan tendangan bebas kan lebih sulit ketimbang tendangan penalti. Masih melewati banyak pemain lagi. Lagipula, tujuan saya mengusulkan football jenis baru ini kan untuk membuat pertandingan menjadi lebih seru dan meriah. Jadi, pemain dan penonton bisa menjadi bertambah detak jantungnya setiap kali ada tendangan bebas dan tendangan corner. Apalagi bila mengingat bahwa kedua jenis tendangan ini memang seringkali terjadi pada tiap-tiap pertandingan. Bisa tambah seru lagi. Defender yang berdiri berderet rapat untuk tendangan bebas nanti maksimal 4 pemain. Posisi defender yang berdiri berderet itu minimal 7 meter jauhnya dari gawang. Tidak boleh nyanggong di bawah gawang tentunya. Pemain lainnya yang tak ikut berdiri berderet boleh berada di samping kanan kiri gawang.

Tentang lapangan bisa memakai lapangan sepakbola yang ada. Ukuran dan garis-garisnya sama saja. Kalau bikin stadion lagi berapa milyar nanti biayanya. Tidak praktis. Hanya untuk gawang yang nampaknya perlu direndahkan, kira-kira lebih rendah sekitar 25 cm, mengingat nanti tak ada kiper lagi, yang tangannya bisa menjangkau jauh ke atas. Bisa nanti membuat gawang yang palang atasnya bisa digeser-geser dengan mudah, sehingga nanti bisa digunakan untuk dua jenis permainan yang berbeda. Ukuran yang satu untuk sepakbola yang ada sekarang dan yang satunya lagi untuk permainan yang saya usulkan ini. Tapi, kalau ukuran gawang seperti yang sudah ada sekarang ternyata bisa membuat pertandingan lebih seru, dengan gol yang lebih banyak, ya tetap saja seperti itu. Tak perlu membuat ukuran yang berbeda.

Oke, begitu saja usul saya. Mau memulainya? Bila nanti ternyata 9 pemain kurang menarik bisa ditambah satu lagi menjadi 10 pemain, tetapi tetap tak ada kiper. Permainan ini nanti dijamin bisa sangat menarik. Baik untuk para pemain yang tak perlu lagi stress gara-gara susah sekali bikin gol, juga untuk para penonton yang mendapat tontonan lebih menarik. Tempo pemainan yang sangat tinggi, banyak gol dan meriah. Bila banyak yang tertarik boleh jadi ini nanti akan menjadi permainan yang populer di mana-mana, termasuk di Amerika Utara, bersaing dengan “American Handball” dan Baseball.

20 Agustus 2006