Sunday, September 15, 2013

Tidak Pertjaja Bahwa Mirza Gulam Ahmad Adalah Nabi

Oleh: Ir. Soekarno


Beberapa hari Jang lalu saja mendapat surat "vlieg-post" Kupang, dari Kupang ke Endeh dengan kapal biasa dari seorang kawan di Bandung, bahwa "Pemandangan" telah memuat satu entrefilet bahwa saja telah mendirikan tjabang Ahmadijah dan mendjadi propagandis Ahmadijah bagian Celebes. Walaupun "Pemandangan" jang memuat chabar itu belum tiba ditangan saja, dus belum saja batja sendiri — kapal dari Djawa tiga hari lagi baru datang — oleh karena orang jang mengasih chabar kepada saja itu saja pertjajai, segeralah saja minta kepadanja membantah chabar dari tuan-tuan punja reporter itu.

Saja bukan anggauta Ahmadijah. Djadi mustahil saja mendirikan cabang Ahmadijah atau mendjadi propagandisnja. Apalagi "buat bagian Celebes"! Sedang pelesir kesebuah pulau Jang djauhnja hanja beberapa  sahadja dari Endeh, saja tidak boleh! Di Endeh memang saja lebih memperhatikan urusan agama dari pada dulu. Disampingnja saja punja studie sociale wetenschappen, radjin djugalah saja membatja buku-buku agama. Tapi saja punja ke-Islam-an tidaklah terikat oleh sesuatu golongan. Dari Persatuan Islam Bandung saja banjak mendapat penerangan; terutama persoonnja tuan A. Hassan sangat membantu penerangan bagi saja. Kepada tuan Hassan dan Persatuan Islam saja disini mengutjapkan saja punja terima kasih, beribu-ribu terima kasih.

Kepada Ahmadijah-pun saja wadjib berterima kasih.Saja tidak pertjaja bahwa Mirza Gulam Ahmad seorang nabi dan belum pertjaja pula bahwa ia seorang moedjaddid. Tapi ada buku-buku keluaran Ahmadijah jang saja dapat banjak faedah dari padanja: 'Mohammad the Prophet" dari Mohammad Ali, "Inleiding tot de Studie «i den Heiligen Qoer'an" djuga dari Mohammad Ali, "Het Evangelie van len daad" dari Chawadja Kamaloedin, "De bronnen van het Christendom", dari idem, dan "Islamic Review" jang banjak memuat artikel jang bagus.

Dan tafsir Qur'an buatan Mohammad Ali, walaupun ada beberapa fatsal jang tidak saja  setudjui, adalah banjak djuga menolong kepada penerangan bagi saja. Memang umumnja saja mempeladjari agama Islam itu tidak dari satu sumber sahadja, banjak sumber jang saja datangi dan saja minum airnja.

Buku-buku Moehammadijah, buku-buku Persatuan Islam, buku-buku Penjiaran Islam, buku-buku Ahmadijah, buku-buku dari India dan Mesir, dari Inggeris dan Djerman, tafsir-tafsir bahasa Belanda dan Inggeris, buku-buku dari lawan-lawan Islam (Snouck Hurgronje, Arcken, Dozy Hartmann dan lain sebagainja), buku-buku dari orang-orang bukan Islam tapi jang sympathie dengan Islam, semua itu mendjadi materiaal bagi saja. Ada beberapa ratus buku jang saja peladjari itu. Inilah satu-satu-nja djalan jang memuaskan kepada saja didalam saja punja studie itu.

Dan mengenai Ahmadijah, walaupun beberapa fatsal didalam mereka punja visi saja tolak dengan jakin, toch pada umumnja ada mereka punja "features" jang saja setudjui: mereka punja rationalisme, mereka punja kelebaran penglihatan (broadmindedness), mereka punja modernisme, mereka punja hati-hati terhadap kepada hadits, mereka punja streven Qur'an sahadja dulu, mereka punja systematische aannemelijk making van den Islam.

Buku-buku seperti "Het Evangelic van den daad" tidak ajal saja menjebut brilliant, berfaedah sekali bagi semua orang Islam.

Maka oleh karena itulah, walaupun ada beberapa pasal dari Ahma­dijah tidak saja setudjui dan malahan saja tolak, misalnja mereka punja "pengeramatan" kepada Mirza Gulam Ahmad, dan mereka punja ketjintaan kepada imperialisme Inggeris, toch saja merasa wadjib berterima kasih atas faedah-faedah dan penerangan-penerangan jang telah saja dapatkan dari mereka punja tulisan-tulisan jang rationeel, modern, broad-minded dan logis itu.

Bagian-bagian fikh terutama sekali, Persatuan Islam-lah jang men­djadi saja punja penuntun. Memang Persatuan Islam adalah sangat sekali tinggi duduknja didalam saja punja sympathie. Kalau umpamanja saja mesti menjebutkan tjatjat "Persatuan Islam", maka saja akan katakan: "Persatuan Islam" itu ada mempunjai neiging (tjenderung) kepada sektarisme. Alangkah baiknja kalau "Persatuan Islam" bisa mengenjahkan neiging jang kurang baik ini, kalau memang benar ada neiging itu.

Islam adalah satu agama jang luas jang menudju kepada persatuan manusia.

Agama Islam hanjalah bisa kita peladjari sedalam-dalamnja, kalau kita bisa membukakan semua pintu-pintu budi akal kita bagi semua pikiran-pikiran jang berhubungan kepadanja dan jang harus kita saring dengan saringan Qur'an dan Sunnah Nabi.

Djikalau benar-benar kita saring kita punja keagamaan itu dengan saringan pusaka ini dan tidak dengan saringan lain, walaupun dari Imam manapun djuga, maka dapatlah kita satu Islam jang tidak berkotoran bid'ah, Jang tak bersifat tachajul sedikit djuapun, Jang tiada "keramat-keramatan", Jang tiada kolot dan mesum, Jang bukan "hadramautisme", jang selamanja "up to date", Jang rationeel, Jang gampang maha-gampang, jang tjinta kemadjuan dan ketjerdasan, jang luas dan "broadminded", jang hidup, jang levend.

Inilah tuan-tuan redaktur jang terhormat, saja punja keterangan jang singkat berhubung dengan chabar kurang benar dari tuan punja reporter, bahwa saja sudah mendirikan tjabang Ahmadijah atau men-djadi propagandis Ahmadijah. Moga-moga tjukuplah keterangan jang singkat ini buat memberitahu kepada siapa jang belum tahu, bahwa saja bukan seorang "Ahmadijah".

Tapi hanja seorang peladjar agama jang sudah njata bukan kolot dan bukanpun seorang "pengikut jang taqlid sahadja".

Terima kasih, tuan-tuan Redaktur.

SUKARNO

Endeh, 25 Nopember 1936. 

Sumber: Dibawah Bendera Revolusi, Djakarta, 1964.