Sunday, September 15, 2013

Kisah Gregor Mendol dan Firdaus Oil

28 Juli 2010 pukul 16:06

Kenapa dia bernama Gregor Mendel dan bukan Gregor Mendol? Inilah sekilas riwayat singkat asal-usul nama Gregor Mendel, pelopor ilmu genetika modern. Anda semua tentu sudah tahu siapa itu Gregor Mendel dalam pelajaran biologi di SMA dulu. Nah, yang belum banyak diketahui orang adalah riwayat asal-usul nama sang tokoh ini. Karena itu, kali ini saya akan bercerita sedikit tentang asal-usul nama beliau. 

Haha.. orang Jawa Timur pasti akan langsung tertawa bila membaca nama Mendel diplesetkan menjadi Mendol. Mendol ini adalah semacam perkedel yang terbuat dari tempe, makanan khas Surabaya, Malang dan sekitarnya.

Tapi benar saudara, nama kecil beliau memang adalah Gregor Mendol. Kata orang tua-tua, nama adalah doa. Walhasil, karena dia bernama Mendol, maka sebelum menjadi ahli genetika ternama banyak hasil penelitiannya yang hanya berkelas mendol juga. Dan selain berprofesi sebagai ahli genetika amatiran, Pak Mendol saat itu masih nyambi bekerja jualan cendol. Maklum, ekonomi masih susah. Oleh karena itu, sebagian tetangga memanggilnya juga sebagai Pak Cendol. Meski demikian, ia ternyata saat itu sudah cukup punya nama juga. Buktinya, suatu ketika ada seorang bapak dari jauh yang meminta tolong kepadanya untuk mencarikan anak laki-lakinya yang hilang semasa dia masih berusia lima tahun. Sebut saja ia sebagai bapak X. Tentu persoalan yang agak ruwet bagi orang awam karena memang susah mencari tahu bagaimana rupa anak yang sudah tak ketemu duapuluh tahun lamanya. Tapi tidak bagi Pak Mendol alias Pak Cendol. Disanggupinya permintaan itu. Kebetulan bapak X itu wajahnya berewokan dan berjambang lebat. "Gampang," sanggup Pak Mendol, "Mestilah anak bapak ini sekarang berewokan juga." Demikian katanya penuh percaya diri.

Besok sorenya, Pak Mendol berangkat berusaha mencari tahu di mana anak bapak X tersebut. Ia berangkat sore-sore karena tentu pada saat itu banyak anak-anak muda yang lagi JJS dan nongkrong di jalanan. Setelah mencari tahu kesana-kemari, tak dinyana ia kemudian menemui sekelompok pemuda berewokan yang lagi asyik nongkrong main gitar di jalanan. Wah, pucuk dicinta ulam tiba. "Gampang juga ternyata pekerjaan ini," demikian batin Pak Mendol. Dengan gembira didekatinya anak-anak muda tersebut dan hendak ditanyainya satu persatu. Ia haqqul yakin bahwa salah seorang pemuda itu mestilah anak sang bapak X tadi. Maklumlah, masih abad ke-19, ilmu genetika saat itu belum berkembang, apalagi tes DNA. Jadi, cara penelitiannya memang masih cukup vulgar. Cukup dilihat tampang luarnya beres sudah.

Ditanyainya pemuda berewok yang pertama, "Apakah kamu anaknya bapak X?", demikian tanya Pak Mendol dangan pandangan mata yang tajam menyelidik. "Bukan, Pak", sanggah pemuda yang pertama. Pemuda itu pun lalu menunjukkan KTPnya dan menceritakan daftar riwayat keluarganya. Pak Mendol pun lalu melanjutkan penyelidikannya kepada pemuda berewok yang kedua. Dasar nasib, hingga pemuda terakhir ternyata tak ada yang mengaku bahwa ia anak bapak X. Pak Mendol pun lalu menjadi marah karena merasa dipermainkan. Dengan geram dan kesal ditariknya kuat-kuat jenggot pemuda yang terakhir hingga ia terjungkal jatuh dan berteriak kesakitan. Gitar yang dipegangnya pun sampai terlempar ke jalanan. "Mengaku sajalah," geram Pak Mendol murka. Para pemuda itu kontan menjadi ketakutan. Dengan gemetaran mereka berkata, "Ampun Pak Mendol," rintih para pemuda itu. "Kami memang bukan anak bapak X. Ini semata-mata karena khasiat Firdaus Oil."

"Firdaus Oil? Apa itu?" tanya Pak Mendol masih dengan wajah marah dan curiga. Dengan gemetaran salah seorang pemuda mengeluarkan sebotol obat penumbuh jenggot merk "Firdaus Oil" dan membukanya di hadapan Pak Mendol. Karena tangannya gemetaran ketakutan, maka tanpa sengaja tertumpahlah minyak itu ke wajah Pak Mendol. Tak ayal lagi, wajah Pak Mendol pun menjadi basah kuyup. Dan ajaib saudara-saudara!! Dalam sekejap mata wajah Pak Mendol yang semula rapi klimis berubah menjadi lebat berewokan.

Terkejut dan malu, Pak Mendol pun lalu minta maaf kepada para pemuda tersebut. Dengan terbata-bata ia lalu berjanji kepada mereka akan memperbaiki teknik penelitian ilmu genetika. Dan Pak Mendol ternyata menepati janjinya. Diperbaikinya dengan sungguh-sungguh teknik penelitiannya.

Demikianlah, setelah lewat bertahun-tahun, Pak Mendol akhirnya menjadi ahli genetika ternama. Penelitiannya pun tidak berkelas mendol lagi. Lewat sebuah slametan jenang abang, Pak Mendol pun lalu mengubah namanya menjadi lebih keren, yakni Gregor Mendel. Dan nama inilah yang akhirnya tersohor kemana-mana dan kita kenal hingga saat ini. Demikianlah riwayat singkat nama ahli genetika kita Gregor Mendel. Harap maklum adanya.

Eh ya, hampir lupa. Lalu bagaimana kemudian dengan nasib para pemuda berewok yang pernah ditemuinya dulu? Walau Pak Mendol kemudian sudah menguasai beragam teknik yang canggih, termasuk tes DNA, akan tetapi semenjak interogasi yang dilakukan Pak Mendol mereka tak pernah muncul nongkrong di jalanan lagi. Lha iya, siapa sih yang mau ditarik jenggotnya dengan semena-mena. Udah biaya obat jenggot mahal lagi. Jadi, Pak Mendol tak sempat lagi melakukan tes ulang kepada mereka. Perkara benar atau tidak apakah ia anak yang dicari-cari oleh bapak X tadi, maka Pak Mendol, eh Pak Mendel sekarang, hanya bisa berucap wallahu a'lam.