Tuesday, September 9, 2014

Penyebar Islam di Indonesia dari Yaman Selatan, Bukan dari Gujarat.

Oleh: Helmi Junaidi

 




Kalau dilihat dari peta di atas, maka sebenarnya Islam di Indonesia itu disebarkan oleh para mubaligh dari Yaman Selatan, tepatnya dari wilayah Hadramaut. Bukan dari Gujarat seperti yang selama ini diajarkan di sekolah. Entah teori Gujarat itu siapa yang mengarangnya. Hingga saat ini pun, banyak di antara ulama di Indonesia yang keturunan Yaman, baik yang masih asli Arab atau blasteran dengan warga lokal. Nama-nama marga Arab seperti Assegaf, Alatas, Al-Habsyi, Syahab, Syihab, al-Qadri dan sebagainya itu semuanya berasal dari Yaman Selatan. Hingga sekarang pun masih banyak anggota marga tersebut yang tinggal di Yaman Selatan.

Mengingat sangat banyaknya keturunan Yaman Selatan di Indonesia, pada saat ini bisa mencapai jutaan, maka andai pun ada mubaligh yang memang dari Gujarat, maka pengaruhnya tak signifikan di dalam penyebaran Islam di Indonesia.

Kita bisa melihatnya dari persamaan mazhab yang dianut di Indonesia dengan di Yaman Selatan, yakni mazhab Syafii. Lihat di peta wilayah yang berwarna biru. Bila penyebarnya bermazhab Syafii tentu umatnya bermazhab Syafii pula. Malah kalau kita lihat di peta tersebut Gujarat termasuk penganut mazhab Hanafi sebagaimana umat Islam di India dan Asia Selatan pada umumnya. Mustahil bila penyebarnya bermazhab Hanafi lalu umatnya bermazhab Syafii. Aneh bin ajaib. Ini seperti misalnya kalau di agama Kristen penyebarnya beraliran Lutheran, lho kok umatnya lalu beraliran Anglikan. Mustahil, bukan?

Tuh di peta Gujarat termasuk yang berwarna hijau, wilayah yang bermazhab Hanafi. Lokasinya di negara India yang persis berbatasan dengan Pakistan. Sedangkan Indonesia sama dengan Yaman Selatan yang berwarna biru. Somalia juga berwarna biru, tapi tak ada orang Somalia di Indonesia. Orang Irak dan Mesir juga tak ada di sini walau sebagian wilayah negara tersebut ada yang bermazhab Syafii. Kalau yang di peta berwarna ungu muda dan terletak di Utara Yaman itu adalah kerajaan Oman, bermazhab Khawarij Ibadiyyah, sebuah aliran Khawarij yang moderat, bukan Khawarij takfiri yang ekstrim. Sedangkan yang di Yaman Utara berwarna coklat adalah Syiah Ibadiyyah, aliran Syiah yang moderat juga dan ajarannya banyak yang sama dengan Sunni.


Semua keturunan Arab yang ada di Indonesia memang asalnya dari Yaman Selatan (Hadramaut). Hampir tak ada yang berasal dari wilayah lain. Kalau pun ada itu cuma perkecualian, beberapa saja. Orang Arab yang bermigrasi besar-besaran ke Indonesia memang cuma dari Yaman Selatan saja. Tujuannya mula-mula terutama untuk berdagang, lalu singgah dan lama-lama menetap sampai beranak cucu. Banyak juga yang lalu menikah dengan penduduk lokal. Dan tentu, sembari berdagang mereka juga menyebarkan agama Islam. 


Semula tanah Hadramaut penuh dengan kaum Khawarij dan Syi'ah Zaidiyyah, tapi berkat dakwah para sayyid yang berhijrah ke Hadramaut, para Khawarij berputar haluan ke madzhab Sunni Syafi'i. Dan mereka banyak yang berhijrah ke Nusantara.
Kebanyakan dari mereka berdagang dengan mengikuti arah angin Barat dan Timur. Hal inilah yang memaksa mereka menunggu selama beberapa bulan sebelum kembali ke kampung halaman. Selama masa penungguan inilah interaksi antara mereka dengan penduduk asli terjadi. Sebagian di antara para pedagang itu berdakwah dan juga menikahi gadis-gadis pribumi dan kebanyakan dari mereka menetap di sana. Hadramaut - Wikipedia bahasa Indonesia
Koloni Arab dari Hadramaut diperkirakan telah datang ke Indonesia sejak abad ke-13. Sejumlah marga yang di Hadramaut sendiri sudah punah, misalnya seperti "Basyeiban" dan "Haneman", di Indonesia masih dapat ditemukan. Hal ini karena keturunan Arab Hadramaut di Indonesia saat ini diperkirakan jumlahnya lebih besar daripada di tempat leluhurnya sendiri. Marga Arab Hadramaut - Wikipedia bahasa Indonesia.

Pada abad ke-19, selain yang umumnya bergiat di bidang perdagangan dan dakwah, ada juga keturunan Arab yang profesinya agak nyleneh dari umumnya, yaitu menjadi pelukis, dia adalah Raden Saleh, nama ayahnya adalah Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja, seorang ningrat dari Semarang. Tuanku Imam Bonjol, yang bernama asli Muhammad Shahab, pemimpin pemberontakan kaum Padri di Sumatra Barat pada abad ke-19 juga adalah keturunan Arab. 

Bagaimana lalu dengan Wali Songo yang selama ini dianggap sebagai penyebar Islam di Jawa? Ada yang berpendapat kalau Wali Songo itu keturunan atau murid-murid orang Hadramaut.


Di Indonesia, sejak zaman dahulu telah banyak di kaum keturunan Arab yang menjadi pejuang, alim-ulama dan dai. Di antara para penyebar agama yang menonjol ialah Walisongo, yang diduga kuat (Van Den Berg, 1886) merupakan keturunan Arab Hadramaut dan/atau merupakan murid-murid mereka. Arab-Indonesia, Wikipedia bahasa Indonesia.

Meski demikian, lingkup penyebaran Wali Songo memang hanya di Jawa, tidak di seluruh wilayah Indonesia. Era Wali Songo juga hanya pada saat zaman awal kerajaan Demak saja. Sebelum kerajaan Demak berdiri sudah ada Islam di Indonesia. Sesudah Demak runtuh, penyebaran Islam di Indonesia juga tetap berlanjut, termasuk ke wilayah pedalaman Jawa. Yang menyebarkan banyak di antaranya orang-orang Yaman Selatan itu. Persamaan mazhab di Indonesia dengan di Yaman Selatan, yakni sama-sama menganut mazhab Syafi'i, adalah bukti yang sangat kuat tentang hal ini.


Malang, 7 Sep 2014