Wednesday, September 10, 2014

Asal Bangsa Indonesia dari Taiwan, Bukan Yunnan

Oleh: Helmi Junaidi


 






Selama ini di sekolah-sekolah diajarkan bahwa asal usul bangsa Indonesia berasal dari Yunnan, China Selatan. Sebenarnya nenek moyang mayoritas bangsa Indonesia, yakni ras Melayu, bukan dari Yunnan, tapi dari Taiwan. Tepatnya penduduk asli Taiwan yang sekarang jadi minoritas di negaranya sendiri. Bukan para pengungsi yang datang bersama Chiang Kai Shek.

Taiwanese aborigines (Chinese: 原住民; pinyin: yuánzhùmín; Wade–Giles: yüan2-chu4-min2; Pe̍h-ōe-jī: gôan-chū-bîn; literally: "original inhabitants") is the term commonly applied in reference to the indigenous peoples of Taiwan estimated to constitute 2% of the population of the island, about 510,000 people.[1] Recent research suggests their ancestors may have been living on the islands for approximately 8,000 years before major Han Chinese immigration began in the 17th century (Blust 1999). Taiwanese aborigines are Austronesian peoples, with linguistic and genetic ties to other Austronesian ethnic groups, such as peoples of the Philippines, Malaysia, Indonesia, Madagascar, Polynesia, and Oceania (Hill et al. 2007; Bird, Hope & Taylor 2004). The issue of an ethnic identity unconnected to the Asian mainland has become one thread in the discourse regarding the political status of Taiwan. Taiwanese aborigines - Wikipedia 

Ribuan tahun yang lalu penduduk asli Taiwan itu ada yang berlayar ke Selatan hingga ke Jawa dan New Zealand, juga ke Timur hingga ke Hawaii dan Samoa. Ada juga yang berlayar sampai jauh ke Barat hingga ke dekat pantai Afrika, yakni ke pulau Madagaskar. Bisa kita lihat pada artikel di bawah. Austronesia adalah istilah baru untuk Malayo-Polynesia (Melayu-Polinesia), artinya sama, yakni sebutan untuk bangsa yang sebagian besar berdiam di kepulauan Nusantara dan kepulauan Pasifik.


Sailing from Melanesia, and Micronesia, the Austronesian peoples discovered Polynesia by 1000 BC. They settled most of the Pacific Islands. They had settled Easter Island by 300 AD, Hawaii by 400 AD, and into New Zealand by about 1280 AD. There is evidence, based in the spreading of the sweet potato, that they reached South America where they traded with the Native AmericansIn the Indian Ocean they sailed west from Maritime Southeast Asia; the Austronesian peoples reached Madagascar by ca. 50–500 AD. Austronesian peoples - Wikipedia 

Di artikel tersebut ditulis "they traded with native Americans". Tapi, kalau menurut saya ada juga sebagian orang Polynesia yang menetap di Amerika. Tak cuma berdagang saja karena ada sebagian wajah orang Amerika Selatan yang mirip penduduk di kepulauan Pasifik. Tapi, hal ini tentu masih perlu diteliti lebih lanjut. Ada yang berminat mengadakan penelitian?

Kalau untuk persamaan kosa kata  mulai dari Madagaskar hingga Hawaii lihat artikel Proto-Austronesian language. Yang paling jelas adalah persamaan menyebut angka-angka. Lihat tabel yang paling atas. Untuk peta penyebaran penuturnya lihat di Human Language Families, Wikipedia
.

Bicara soal Madagaskar, saya jadi ingat ada film animasi Madagascar yang berkisah tentang petualangan hewan-hewan Afrika. :D




Oya, saya sejak tadi banyak mengutip dari Wikipedia. Ini sebetulnya untuk kepraktisan saja karena Wikipedia tersedia online dan bisa diakses oleh kita semua. Banyak juga buku-buku lain yang pernah saya baca yang membahas hal ini, tapi tak tersedia online. Kalau tak tersedia online, maka Anda tak bisa turut membaca artikel aslinya. Selain Wikipedia, ada juga kok berbagai website lain yang membahasnya. Silakan browsing saja. Bila ada yang berminat, boleh juga mencari dan membaca buku-buku yang membahas masalah ini di perpustakaan. Saya pertama kali mengetahui hal ini juga dari buku-buku di perpustakaan.

Di artikel Wikipedia di atas ada juga ternyata yang Out of Sundaland model, bukan Out of Taiwan model. Tapi, yang jelas tak ada Out of Yunan model. Saya agak skeptis dengan out of Sundaland, saya lebih cenderung ke Out of Taiwan. Ini bila mengingat warna kulit bangsa kita yang relatif cerah. Pada umumnya begitu, walau banyak juga yang agak gelap. Tapi, tidak sangat gelap seperti orang Afrika. Bahkan suku Dayak, penduduk asli Kalimantan, kulitnya sangat cerah, mirip orang Asia Timur seperti Cina dan Jepang. Hal ini menandakan bahwa ras Melayu, termasuk Dayak, memang relatif masih baru-baru saja datang ke kepulauan ini. Masih sekitar beberapa ribu tahun. Tidak puluhan ribu tahun. Bangsa yang lama (puluhan ribu tahun) tinggal di daerah panas kulitnya gelap, yang di daerah dingin kulitnya cerah.

Teori Out of Sundaland yang menyatakan bangsa di Asia Utara berasal dari Asia Tenggara akan sulit untuk menjelaskan migrasi bangsa Mongol dari Siberia ke benua Amerika yang sudah terjadi pada tahun 11.000 SM. Terlebih lagi, manusia prasejarah sudah bermukim di Siberia sejak tahun 25.000 SM. Padahal, Asia Tenggara saat itu cuma masih dihuni ras Negrito yang mungil itu. Bangsa proto-Melayu pun belum ada di Asia Tenggara. Bila orang Asia Utara keturunan orang yang hidup di Asia Tenggara pada masa itu, maka orang Asia Utara adalah ras Negrito juga. Faktanya tidak demikian, bukan? Orang Asia Utara dan keturunannya di Amerika adalah termasuk ras Mongol.

Jadi, bila pun menurut penelitian HUGO (Human Genome Organization) keragaman genetik di Asia tenggara lebih tinggi ketimbang di Asia Utara, maka kalau menurut saya itu lebih disebabkan karena di sini lebih banyak terjadi percampuran gen dari beragam bangsa. Dan keragaman gen akibat kawin campur beragam bangsa itu terjadi pada masa yang lebih baru. Kalau menurut saya begitu. Oleh karena itu, saya masih tetap cenderung mendukung teori Out of Taiwan dan hal ini juga didukung para pakar linguistik.

Kiranya lebih tepat bila asal bangsa Asia Utara tersebut berada di sekitar China Selatan yang berbatasan dengan negara-negara Asia Tenggara karena di sana banyak sekali terdapat beragam etnis non Han. Jadi, bukan di kepulauan Indonesia sini. Nenek moyang bangsa Melayu dulu mungkin juga berasal dari sana sebelum lalu menyeberang ke Taiwan. Akan tetapi, saat ini jejaknya sudah tak terlacak lagi, sudah tak ada penutur bahasa Austonesia di Asia daratan.

Penduduk asli kepulauan Nusantara pada zaman yang lebih lalu adalah bangsa Negrito yang sisanya masih terdapat di beberapa wilayah Indonesia, Malaysia dan Filipina. Suku Semang termasuk di antaranya.

1. Semang - Wikipedia  

2. Negrito - Wikipedia

Mereka adalah sisa-sisa bangsa Negrito yang masih ada. Mereka penduduk asli kepulauan Nusantara puluhan ribu tahun sebelum kedatangan bangsa Melayu dan Vedoid. Dan seperti yang saya tulis di atas, bangsa yang puluhan ribu tahun menetap di wilayah tropis kulitnya akan menjadi negro (hitam). Terkena seleksi alam. Apakah lalu rambut anak cucu kita nanti akan menjadi keriting juga seperti mereka? Haha.. entah kalau soal itu, tapi itu agaknya lebih karena sexual selection.

Dengan demikian, bangsa Melayu, termasuk Dayak yang berkulit cerah itu, adalah pendatang baru di wilayah Nusantara yang tropis ini.  Tidak baru betul sih karena sudah beberapa ribu tahun. Tapi, waktu segitu ternyata masih belum cukup menghitamkan kulit. Kalau mencoklatkan kulit saja nampaknya sudah cukup. Umumnya warna kulit bangsa Melayu kan sudah tidak kuning betulan seperti bangsa Jepang atau China, tapi kuning agak kecoklatan.

Ras Melayu adalah ras terbesar yang ditemukan di Indonesia dan dianggap sebagai nenek moyang bangsa Indonesia. Golongan ini dibagi atas Melayu Tua (Proto Melayu) seperti Suku Batak, Toraja, dan Dayak. Kemudian Melayu Muda (Deutro Melayu) seperti Jawa, Bali dan Banjar.

Orang Dayak lebih tua dari orang Jawa, tapi karena tinggal terpencil di hutan tampang mereka masih asli Austronesia, yakni umumnya berkulit kuning.

Selain ras Austronesia berkulit kuning yang berasal dari Taiwan, banyak juga bangsa Indonesia yang keturunan persilangan dengan ras Veddoid dari Srilangka yang berkulit sawo matang dan rambut berombak. Persebarannya adalah orang Sakai di Siak, orang Kubu di Jambi, orang Enggano (Bengkulu), Mentawai, Toala Tokea, dan Tomuna di Kepulauan Muna. Itulah kenapa bangsa Indonesia sekarang ini tak cuma berkulit kuning saja, tapi banyak juga yang berkulit coklat dan berambut ikal.

1. Ciri-ciri ras Austroloid, Veddoid, Palhinesia, Amino  

2. Veddoid - Free Merriam-Webster Dictionary

Suku Kubu di Jambi itu termasuk ras Veddoid yang berkulit sawo matang. Kalau yang masih asli Austronesia seperti suku Dayak itu yang berkulit kuning. Kalau yang di Papua masih berkerabat dengan suku Aborigin Australia. Malah di film Garin Nugroho yang bertema tentang anak Indonesia dulu saya lihat ada kanguru juga di Papua. Saya lupa dulu disiarkan TV mana.

Kalau dilihat dari sudut bahasa, yang dominan tentu bahasa rumpun Melayu, tapi secara fisik kita terutama blasteran dari dua ras tersebut, yakni ras kulit kuning dari Taiwan dan ras sawo matang dari Srilanka. Yang jelas, nenek moyang kita memang bukan berasal dari Yunnan.

Selain berkawin campur dengan ras Veddoid yang terjadi pada masa yang sangat awal, tentu juga ras Melayu berkawin campur dengan pendatang yang lebih baru yang berasal dari India, Arab dan Eropa. Umumnya kalau bangsa India dan Arab rambutnya ikal juga, demikian pula sebagian orang Eropa.

Karena percampuran dengan beragam bangsa tersebut, warna kulit bangsa Indonesia pada zaman modern sekarang ini menjadi beragam dan tidak homogen. Ada yang kuning, kuning banget, agak coklat sampai coklat banget. Tidak kuning semua seperti halnya bangsa Jepang, Korea dan Cina. Juga tidak coklat semua seperti yang ada di Srilangka dan India Selatan. Juga tidak putih semua seperti di Inggris, Perancis dan Jerman. Rambut bangsa Indonesia juga beragam. Ada yang lurus, ikal dan keriting. Tapi, yang terbanyak memang berambut lurus.

Sementara itu, ras Melayu yang hidup terpencil di hutan dan tak bercampur dengan ras Vedoid atau pendatang sesudahnya, seperti misalnya suku Dayak, maka kulitnya tetap asli kuning mulus dan wajahnya tak ada yang berewokan. Rambut mereka juga tetap lurus. Jenggot dan kumis yang lebat memang bukan asli Melayu. Hasil perkawinan campur dengan bangsa asing di zaman dulu, entah India, Arab atau Eropa. Kalau ras Melayu asli berkumis dan berjenggot tipis.

Kita selama ini juga terkadang menemui ada anak yang yang rambutnya agak kemerahan, padahal kedua orang tuanya asli Indonesia. Itu rambut tentu berasal dari zaman Belanda yang jauh dulu. Jadi, bila ada orang asli Indonesia yang rambutnya agak kemerahan itu bukan berarti rambutnya tidak sehat seperti mitos yang ada selama ini. Mitos kita selama ini kan bila ada orang yang rambutnya kemerahan itu katanya kebanyakan terkena sinar matahari atau itu rambut yang tidak sehat. Itu mitos yang salah. Itu karena nenek moyangnya ada yang keturunan Belanda pada zaman jadul yang jauh dulu.

Warna kulit coklat yang ada pada bangsa kita, selain karena bercampur dengan ras Vedoid, juga karena dulu Indonesia sempat dikuasai oleh kerajaan Chola yang ibukotanya terletak di India Selatan. Chola termasuk bangsa Tamil. Jadi, ya memang item. Keturunan mereka ternyata masih banyak juga di sini. Lihat sejarahnya di Rajendra Chola I.  

Walau Siwijaya juga pernah ditaklukkan Chola, tapi di kemudian hari Siwijaya kedatangan armada bajak laut dan armada angkatan laut dari China. Dan penduduk Sriwijaya berkawin campur massif dengan para pendatang tersebut. Walhasil, efeknya masih sangat terlihat hingga zaman modern ini pada wajah dan warna kulit orang Palembang. Tipikal tampang orang Palembang masa kini adalah bermata sipit dan berkulit kuning seperti orang China walau mereka disebut asli pribumi.


1. Kenapa Orang Palembang mirip orang China | Kaskus

2. Kebesaran Sriwijaya Yang Nyaris Tak Tersisa.

Jadi, bila ada orang Indonesia yang berkulit sawo matang, maka dia ada keturunan Veddoid, atau bisa juga Chola. Andai yang datang ke Indonesia dulu bukan ras Veddoid dan Chola (Tamil), tapi ras India Utara, maka banyak orang sini yang akan bertampang seperti bintang film Mahabarata :D Tapi, karena yang datang ke sini dulu adalah orang India Selatan yang item seperti bangsa Tamil dan Veddoid, ya sudahlah terima nasib berkulit item saja. Hehe... Bagaimana pun, jumlah ras Melayu yang datang ke kepulauan Indonesia jauh lebih banyak dari ras Veddoid. Karena itu bahasa yang dominan di sini adalah rumpun bahasa Melayu.

According to Peter Bellwood, "many of the present Southern Mongoloid populations of Indonesia and Malaysia also have a high degree of Australo-Melanesian genetic heritage." Australoid race - Wikipedia

Kalau dilihat dari warna kulit dan bentuk mata hal itu memang benar. Ras Mongoloid di sini aslinya berkulit kuning dan agak sipit seperti orang Dayak dan penduduk asli Taiwan itu. Tapi, tidak terlalu sipit spt bangsa China, Jepang dan Mongol. Mirip orang Indochina saja. Orang Indochina dan sekitarnya kan memang berkulit kuning dan bermata agak sipit, tapi tidak sipit banget. Seperti orang Vietnam misalnya.

Nah, kalau penduduk Jawa, Sumatra dan lainnya umumnya bermata lebar dan berkulit kuning agak kecoklatan. Banyak bercampur dengan Australoid. Dan di dalam kategori Australoid itu termasuk adalah bangsa Veddoid. Kalau bercampur dengan Negrito kayaknya tidak. Kalau pun ada sangatlah minimal karena hampir tak ada orang Indonesia yang berambut keriting kecil-kecil.

Kasusnya bangsa Melayu di sini seperti bangsa Turki di Anatolia dan Thracia. Aslinya bangsa Turki itu dari Asia Tengah, mereka berkulit kuning, bermata sipit dan rambutnya hitam. Seperti bangsa Uighur dan Kazakhstan itulah. Tapi, setelah bermigrasi ke Barat bangsa Turki sekarang sudah bermata lebar dan banyak yang berkulit putih karena banyak bercampur dengan bangsa Eropa Timur. Kalau kalangan bangsawan Turki dulu banyak yang menikah dengan wanita Kaukasus, terutama dengan wanita Chechen yang menurut orang Turki cantik-cantik. Demikian juga bangsa Tartar di Krimia, sekarang juga sudah tak tersisa sedikit pun wajah Mongoloidnya. Malah seperti murni Eropa. Juga bangsa Bulgaria dan Hungaria. Sudah lenyap sama sekali wajah Mongoloidnya. Beralih rupa menjjadi bertampang Eropa.

Kalau kita di Indonesia cuma bercampur sedikit saja dengan bangsa Eropa, termasuk zaman Belanda dulu. Yang terbanyak kita ini bercampur dengan bangsa Veddoid yang walau bermata lebar tapi kulitnya item. Walhasil, beginilah tampang orang Indonesia masa kini. Ya seperti tampang-tampang Anda sekalian itu. Blasteran Mongoloid dan Veddoid. Plus sebagian ada sedikit nuansa India,
Arab dan Eropa, sementara kalau di Palembang banyak bernuansa China.
 

Kalau dirunut ke zaman yang lebih dulu lagi, nenek moyang bangsa Melayu (Austronesia) bisa juga berasal dari Asia daratan (Asia mainland) seperti bangsa Jepang dan Indian Amerika. Akan tetapi, jejaknya di Asia daratan sudah tak terlacak lagi. Pada saat ini sudah tak ada lagi penutur bahasa Austronesia di Asia daratan. Kalau yang dari Taiwan lalu berlayar balik ke Asia daratan ada juga, yakni bangsa Champa yang sempat mendirikan kerajaan di Vietnam Selatan. Bangsa yang sering disebut di buku pelajaran sekolah mengadakan hubungan dagang dan diplomasi dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara itu. Tapi, di kemudian hari kerajaan Champa dikalahkan bangsa Vietnam dan dihancurkan. Sekarang cuma tersisa sedikit saja bangsa Champa di Vietnam.


Dan akhirnya, sekarang tengoklah bentuk rambut dan warna kulit Anda sendiri. Kira-kira asli Melayu tulen, bercampur Veddoid atau berbau asing, baik Arab, India atau Belanda. Boleh berkaca sebentar, sambil selfie juga boleh. :D Kalau saya sendiri aslinya berkulit kuning, tapi karena sering kepanasan menjadi agak kecoklatan. Yah, seperti juga umumnya bangsa kita. Bentuk rambut ikal, tidak lurus. Jadi, tidak murni ras Melayu juga. Entah ada blasteran dari ras mana bentuk rambut saya ini.

Demikianlah asal-usul bangsa kita sehingga kita tak keliru lagi, yakni terutama keturunan bangsa Austronesia yang wilayahnya tersebar luas mulai dari Hawaii di Timur hingga ke Madagaskar di Barat, dan dari Taiwan di Utara hingga Selandia Baru di Selatan. Selain itu, juga telah bercampur dengan beberapa ras lainnya sehingga warna kulit dan bentuk rambut bangsa kita tidak homogen, tapi sangat beragam. Pelajaran tentang hal ini di buku-buku sekolah mesti segera direvisi supaya kita tidak punya nenek moyang yang salah. Sebuah bangsa punya nenek moyang yang salah itu bagaimana maksudnya?

Malang,  7-10 September 2014