Friday, January 31, 2014

Kolam Resapan Sebagai Alternatif Sumur Resapan


Oleh: Helmi Junaidi

Kemarin saya share artikel tentang sumur resapan.  Tapi, ada satu kekurangan dari sumur resapan, yaitu kedalamannya tak boleh sampai air tanah. Kalau kedalamannya sama dengan air tanah, maka nanti airnya keluar. Namanya nanti sumur air biasa, bukan sumur resapan. Karena itu, untuk mengatasi hal ini saya ada desain baru, tapi khusus untuk yang halamannya agak luas, yaitu berupa kolam resapan. Kalau sumur resapan misalnya dalamnya rata-rata 8m dan air yang ditampung sekitar 8m kubik, maka sebagai alternatif kita bisa buat kolam resapan. Kolam resapan dengan luas 2x2 m dengan kedalaman 2m. Kapasitasnya sama juga kan, yaitu 8m kubik. Bisa digunakan untuk di daerah yang air tanahnya dangkal, katakanlah cuma 5 m saja.

Kelebihannya, bagi yang suka memelihara ikan, maksud saya ikan hias saja, kolam tersebut tak perlu ditutup, tapi bisa dibuat seperti kolam hias yang bagus. Airnya tentu jangan diisi penuh, tapi 1/3 atau 1/4 kolam saja. Jadi kalau pas musim hujan tetap bisa menampung curah hujan. Diberi pagar pembatas yang aman bila terbuka seperti itu, supaya bila punya anak kecil tak nyemplung kesana. Atau bagi yang tanahnya lebih luas lagi kolamnya bisa diberi tangga berjenjang sehingga bentuknya bisa landai. Seperti kolam betulan, tapi punya fungsi ganda.

Bagus, kan? Daripada kolam atau sumur resapan yang kaku. Kalau ini bisa ada unsur estetikanya dan berfungsi sebagai kolam hias juga. Kalau memang tak tertarik dengan kolam hias, maka bisa ditutup saja. Tapi, kolam resapan ini tetap ada kelebihannya, yaitu bisa digunakan di daerah yang air tanahnya dangkal.

Silakan segera membuat bagi yang mau. Musim hujan masih lama. Keburu banjir lagi nanti. Atau barangkali ada yang sudah pernah membuat kolam resapan seperti ini? Entah saya tak tahu. Kalau sudah ada ya gak apa-apa. Tapi, ini ide asli saya sendiri. Baru terpikirkan tadi. Kalau kebetulan sudah pernah ada orang lain yang membuat artinya pikiran saya dengan dia nyambung.

Jakarta, 31 Januari 2014