Daftar
Isi:
1.Berita-berita
dari Mainstream Media
1.1. Mohamad Atta dan Marwan Al-Shehhi Senang Bersantai di Bar dan Minum Vodka
1.2. Mohamad Atta Sering Berkunjung ke Klub Striptease dan Hidup Bersama dengan Seorang Penari Striptease
1.3. Mohamad Atta Gemar Makan Daging Babi dan Tak Pernah Pergi Ke Masjid
2. Berita-berita dari Media Alternatif
2.1. Kesaksian Amanda Keller
2.2. Kesaksian Mrs. Stephanie Frederickson, tetangga Atta dan Amanda
2.3. Kesaksian Charlie Grapentine, Pemilik Sandpiper Apartment
3. Welcome to the Island of Lost Witnesses
4. Gambar Capture Siaran Live
5. Kutipan-kutipan aslinya yang Bahasa Inggris
1.1. Mohamad Atta dan Marwan Al-Shehhi Senang Bersantai di Bar dan Minum Vodka
1.2. Mohamad Atta Sering Berkunjung ke Klub Striptease dan Hidup Bersama dengan Seorang Penari Striptease
1.3. Mohamad Atta Gemar Makan Daging Babi dan Tak Pernah Pergi Ke Masjid
2. Berita-berita dari Media Alternatif
2.1. Kesaksian Amanda Keller
2.2. Kesaksian Mrs. Stephanie Frederickson, tetangga Atta dan Amanda
2.3. Kesaksian Charlie Grapentine, Pemilik Sandpiper Apartment
3. Welcome to the Island of Lost Witnesses
4. Gambar Capture Siaran Live
5. Kutipan-kutipan aslinya yang Bahasa Inggris
- The great masses of the people at the very bottom of their hearts tend to be corrupted rather than consciously evil. The primitive simplicity of their minds renders them more easily fall a victim to a big lie than to a little one, since they themselves lie in little things, but would be ashamed of lies that were too big. (Adolf Hitler)
- All of this psychopatic behaviour at the top of the social hierarchy is simply too shameful for ordinary people too see, so they avert their gaze, just as wives of husbands who are sexually abusing their children sometimes refuse to see what is happening in plain view. If deep, deep denial were a river in Egypt, American citizen’s willful blindness would be more like the Marianas Trench. (Kevin Barret)
- CIA melakukan ribuan operasi selama bertahun-tahun bahkan hingga saat ini... ada sekitar 3.000 operasi rahasia yang besar dan lebih dari 10.000 operasi kecil—semuanya ilegal, dan semuanya ditujukan untuk mengacau, mendestabilisasi, atau mengubah aktivitas negara-negara lain. (John Stockwel, mantan perwira CIA)
- Mengapa CIA mesti mengadakan 10.000 operasi rahasia yang brutal tersebut? Mengapa kita mendestabilisasi sepertiga dari negara-negara di dunia pada saat sudah cukup banyak terdapat instabilitas dan penderitaan? Mengapa para pemimpin kita sekarang membawa kita ke peperangan yang lain lagi? Mengapa kita secara sistematis selalu diajari untuk membenci dan memerangi orang lain? (John Stockwell, mantan perwira CIA)
- Apa yang disebut sebagai war on terrorism ini bukan hanya perang kepada rakyat tak bersalah di negara-negara lain, tetapi juga perang kepada rakyat Amerika: perang kepada kemerdekaan kita, perang kepada standar hidup kita. Kekayaan negara kita dicuri dari rakyat dan diserahkan kepada kalangan superkaya. Nyawa pemuda-pemuda kita juga dicuri. Dan para pencurinya ada di Gedung Putih. (Howard Zinn)
- But all in all, ini adalah tahun yang luar biasa menyenangkan bagi Laura dan aku (George W. Bush, 21 Des 2001)
Tulisan kali ini memang sengaja saya awali dengan
agak banyak kutipan dari beberapa tokoh untuk bahan renungan bagi kita semuanya
sebelum melanjutkan membahas topik utamanya. Saya kira masih
cukup berkaitan dengan isi tulisan ini dan memang cukup penting juga sehingga
kita nanti bisa lebih memahami tentang apa
yang akan kita bahas di bawah nanti. Kalimat asli Bush tadi adalah “But all in
all, it's been a fabulous year for Laura and me.” Kalimat itu diucapkan pada
saat asap di gedung WTC masih mengepul dan puing-puing
masih berserakan, tapi bagi Bush sekeluarga itu malah fabulous year.
Mohamed Atta dan Marwan Al Shehhi, yang namanya akan
banyak disebut pada berita-berita di bawah nanti adalah mereka yang selama ini
dianggap sebagai pemimpin pembajakan pesawat yang meledakkan WTC. Saya selama ini pun menyangka bahwa mereka, dengan didalangi oleh
Osama, adalah pelaku pemboman tersebut. Saya
kadang juga mendapat kabar selentingan sekilas bahwa itu bukan ulah Osama,
tetapi hasil konspirasi Yahudi atau semacamnya. Tetapi,
kabar-kabar tersebut biasanya saya abaikan begitu saja. Pikir
saya: Ah, ada-ada saja, paling-paling itu cerita karya pendukung Osama, atau
karya anggota Jamaah Islamiyah atau orang-orang semacam itulah. Oleh karena
itu, saya dulu sama sekali tak pernah berpikir
untuk meneliti atau pun sekedar iseng-iseng browsing artikel yang mengulasnya.
Akan tetapi, baru-baru ini saat saya browsing
internet, salah satu artikel yang secara sembarangan saya pencet membawa saya
ke sebuah artikel yang sangat mengejutkan. (Artikel ini saya tulis tahun 2008, ketika sedang ramai berita pemilu Amerika Obama vs John McCain). Saat itu saya
sebetulnya sedang mencari berita seru tentang perang sengit antara pendukung
cawapres Sarah Palin dan aktor Matt Damon, juga
tentang kabar heboh sekitar ambruknya Wallstreet dan voting bailout oleh Senat.
Tanpa sengaja, saat sibuk klak-klik sana-sini, secara kebetulan
saja saya mencet sebuah artikel yang mengulas tentang Mohamed Atta.
Artikel tersebut benar-benar membuat
saya terkejut. Setelah itu saya pun mulai menelitinya lebih lanjut. Berita-berita
yang membuat saya terkejut itu bisa Anda baca di bawah nanti.
Sebagian besar saya kutip dari mainstream media supaya saya tak dituduh sebagai
pengarang teori konspirasi pula. Dan saya memang tak mengarang apa-apa,
cuma sekedar getok tular menyampaikan berita itu kepada Anda semuanya.
Setelah menyampaikan berita, barulah saya kemudian mengulasnya.
Katakanlah, ini hanya sekedar ulasan berita. Berita-berita
itu pun terutama dari mainstream media. Karena dari
mainstream media, tentunya telah disetujui secara resmi baik oleh pemerintah di
Washington, Tel Aviv, London
dan semua pemerintah di dunia. Mereka semua akur dengan berita
tersebut, lha wong memang mereka sendiri kok yang
menyiarkannya. Official news begitulah.
Dan tentu saja sudah dibaca oleh ratusan juta orang di seluruh
dunia. Tapi, berita-berita tersebut lalu jadi terabaikan
dan dilupakan sebagian besar orang karena kemudian tenggelam ditelan gemuruh
berita perang yang menyusulinya.
Saya yakin Anda nanti akan
langsung terkejut ketika membacanya. Setelah
membaca lebih lanjut, ternyata banyak sekali artikel-artikel di internet
yang membahas beragam kejanggalan seputar peristiwa 11 September tersebut atau
yang di Amerika lebih populer dengan sebutan 9/11. Ternyata
pula, penulisnya mayoritas adalah non-muslim, sebagian besar karya orang
Amerika sendiri, walau tentu saja ada yang karya orang Eropa atau lainnya.
Oleh karena itu, saya kemudian ingin turut menyampaikan kabar tersebut, kasus teror yang selama ini dijadikan
alasan utama imperialisme Amerika dan sekutunya pasca usainya perang dingin.
Oke, berikut ini berita-berita yang membuat saya tercengang tersebut. Semua sumber dikutip dengan tepat dan akurat, bisa dicek sendiri di internet. Tinggal ketikan saja kata kunci “Atta Keller vodka”, maka akan segera bermunculan ribuan website yang membahasnya.
Oke, berikut ini berita-berita yang membuat saya tercengang tersebut. Semua sumber dikutip dengan tepat dan akurat, bisa dicek sendiri di internet. Tinggal ketikan saja kata kunci “Atta Keller vodka”, maka akan segera bermunculan ribuan website yang membahasnya.
1.Berita-berita dari Mainstream
Media
1.1.
Mohamad Atta dan Marwan Al-Shehhi Senang Bersantai di Bar
dan Minum Vodka
8 July 2001. Mereka malam itu pergi ke Diana Cazadora, hotel
bintang tiga sekitar 500 meter—lima
menit berkendara mobil—dari Barajas airport Madrid,
di Jl. Barcelona. Atta dan
Al-Shehhi makan malam bersama dan kemudian minum vodka selama beberapa lamanya
di bar hotel. (BBC, 1 Februari 2002, radio Inggris).
7 September 2001.
Pada Jumat sore, Amos mengatakan bahwa Atta dan temannya datang ke Shuckums.
Keduanya sudah beberapa kali ke restoran ini sebelumnya, kata Amos. Kali ini
mereka di sana mulai sekitar pukul 4:30 pm sampai 7 pm Bartender bilang,
“Orang-orang ini menyulitkanku," Kata Amos kemarin. Kupikir, “Okay, ayo
kita urus.” Aku bertanya kepada pria besar itu, yang sedang berjalan kian
kemari. Kutanya, “Apakah ada masalah keuangan? Apakah kau punya cukup uang
untuk membayar?” Pria itu dengan arogan menjawab, "Aku pilot maskapai
penerbangan. Tentu saja aku punya uang.” (www.sptimes.com,
9 Januari 2002, koran lokal Florida).
Jumat malam lalu Atta, Al-Shehhi dan seorang pria
ketiga minum selama
berjam-jam". (www.washingtonpost.com, 15 September 2001, koran
terbitan Washington D.C.,
ibukota Amerika, penerbit majalah Newsweek juga).
Durasi mereka
minum itu "hampir empat jam." (Spiegel, 3 Desember 2001, koran Jerman)
Jumat malam
sebelum serangan itu, Atta dan dua orang lagi—salah satunya tersangka pembajak
Marwan Al-Shehhi—minum-minum selama 3 1/2 jam di sports bar bernama “Shuckums”
di Hollywood, Florida. (www.washingtonpost.com, 21 September 2001).
Tony Amos, manager Shuckums Oyster Bar and
Restaurant di Hollywood, tepat di Utara Miami,
ditanyai oleh FBI. Dia, pegawai barnya dan waitress semuanya
mengenal Atta dan sepupunya sebagai peminum
berat yang mampir di bar Jumat lalu. Tagihan Atta untuk
selama tiga jam minum vodka itu adalah $48 (£33). (www.telegraph.co.uk, 14
September 2001, koran Inggris).
Atta menyendiri saja, minum cranberry juice dan
bermain video game. Selama tiga jam, dua temannya itu
menghabiskan Russian Vodka dan orange juice, mereka sangat ribut. (NBC, 24 September
2001, TV Amerika, edisi online-nya bersama Microsoft adalah MSNBC).
Pada 7 September, sekitar jam 3 pm, Atta dan Al Shehhi pergi
bersama satu orang lainnya ke Shuckums bar di Hollywood,
Florida.
Orang itu bermain video game, sementara Atta dan Al Shehhi mulai memesan
minuman pertama dari total lima kali pesanan Stolichnaya vodka dengan orange
juice (untuk Atta) dan Captain Morgan dengan Coke (untuk Al Shehhi). Setelah 90 menit, mereka hendak pergi,
tetapi sempat berdebat tentang tagihan sebanyak $48." (Daily Mail,
16 September 2001, koran Inggris)
"Kami semua mengenal kedua pria itu," kata Amos. “Mereka
mengunjungi restoran mulai sekitar pukul 4 sampai 5:30 p.m. Jumat, dan mereka
nampak mabuk dan liar.”
(Sun-Sentinel, 13 September 2001, koran lokal Florida)
Ketika Lizsa Lehman melihat foto 19 dari
tersangka 9/11 terroris yang dipasang menyolok di suratkabar, dia seakan merasa
dua wajah yang selama ini sangat akrab dengannya
menatapnya kembali saat itu --Marwan al-Shehhi dan Mohamed Atta. Dia
mengenal keduanya karena mereka suka mampir ke barnya “Outlook” di Venice
setelah mereka selesai latihan terbang. Mereka
berpakaian bagus, bicaranya sopan. Dan Marwan
al-Shehhi, adalah salah satu langganan favorit dari Lizsa Lehman.
Lehman berkata bahwa al-Shehhi yang selalu memulai percakapan.
Dia ingat bahwa al-Shehhi sering tertawa-tawa. "Marwan akan mengajakmu ngobrol; dia
senang berada di bar," katanya. "dia suka berteman." (Sarasota Herald-Tribune, 10 September 2006, koran lokal Florida).
1.2. Mohamad Atta Sering Berkunjung ke Klub Striptease
dan Hidup Bersama dengan Seorang Penari Striptease
Di Jacksonville,
Florida, FBI terus mengecek beberapa orang yang mungkin pernah bertemu Atta dan
tersangka pembajak lainnya, Ziad Samir Jarrah, di area hotel dan klub
striptease yang sering dikunjungi Atta, demikian tertulis di internal FBI
memorandum. (Los Angeles Times, 3 Oktober 2002, oplah koran ini 1,1 juta per
hari)
Dan ini sedikit
tambahan dari alternatif media untuk apa yang sudah dijelaskan di FBI memorandum
tersebut: Di Venice Florida, Mohamed Atta hidup bersama selama dua bulan dengan
seorang penari striptease/lingerie model bernama Amanda Keller. Mohamed
Atta adalah fans berat Beastie Boys. Atta sering
mendengarkannya non-stop. "Suatu
ketika aku sangat marah karena dia merusakkan salah satu aksesorisku, lalu
kupatahkan CD-nya jadi dua," kata Amanda Keller, bekas pacar Atta yang
warga asli Amerika. "Kupatahkan semua CD-nya, karena itu
membuatku gila, dia memutar Beastie Boys nonstop."
"Atta dan teman-temannya selalu berlimpah dengan sangat..
sangat banyak uang," kata Stephanie
Frederickson, seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun yang tinggal bersama
suaminya di samping apartemen Atta. "Mereka itu benar-benar binatang
pesta." Selama keduanya tinggal bersama, Amanda dan Atta
keluar malam hampir setiap hari, katanya, dan mereka sangat akrab dengan
klub-klub malam seperti Margarita Maggie's di Sarasota. (www.BreakForNews.com).
1.3. Mohamad Atta Gemar Makan Daging Babi dan Tak Pernah
Pergi Ke Masjid
Mohamed Atta suka
makan daging babi, kata bekas pacarnya yang bernama Amanda Keller. Dan itu
memang adalah salah satu hobi Atta yang paling menonjol.
Atta dan beberapa temannya juga rajin mengunjungi
44th Aero Squadron bar. Mereka minum Bud Light, mengobrol dengan
santai dan tenang. Pemilik bar, Ken Schortzmann, mengatakan bahwa
Atta selalu membawa tas pinggang yang berisi uang
sangat banyak. Saat dia dengan rajinnya berkunjung ke berbagai bar selama masa
itu, Atta tidak pernah mengunjungi satu pun dari tiga masjid yang ada di Florida,
dan dia menghindari kontak dengan umat Islam setempat. [Newsweek, 9/24/2001; Sarasota
Herald-Tribune, 9/28/2001]
Demikianlah saudara-saudara beberapa kutipan
berita yang tentu saja langsung membuat saya terkejut. Gile
Bener. Sebenarnya, saat baru membaca berita-berita yang masih
menyangkut masalah teknis seperti yang berkaitan dengan soal autentik tidaknya
suatu foto atau video, ketersangkutan dengan mafia dll semacamnya saya masih
skeptis. Hal-hal yang memang agak susah
pembuktian benar tidaknya. Akan tetapi, ketika kemudian saya membaca
berita-berita yang menyebut bahwa Atta dan rekan-rekannya itu suka minum-minum
di bar dan makan babi, maka langsung saja pendirian saya mulai berubah.
Apalagi, seperti yang Anda baca pada kutipan-kutipan berita di
atas, bukan hanya satu bar yang dia kunjungi tapi banyak. Karena
Atta cs hampir setiap malam bergelut dengan dunia malam, maka tentu saja para
pegawai bar, waitress, bartender di sana
sangat familiar dengan wajahnya. Ringkasnya,
banyak saksi mata yang bisa menyaksikan dia suka berkunjung ke bar-bar dan klub
striptease. Memorandum internal FBI pun menyebutkan hal itu.
Lihat kutipan berita dari Los Angeles Times tadi.
Bahkan, karena saking akrabnya dengan dunia malam, sampai-sampai
Atta berpacaran dan hidup bersama dengan seorang penari striptease yang bernama
Amanda Keller. Ada
pepatah, trisno jalaran soko kulino. Jadi, Atta ini
memang benar-benar “binatang malam”. Tetangga Atta, yakni Mrs.
Frederickson menyebut dia sebagai “party animal”.
Begitulah, orang yang disebut-sebut sebagai anak buah Osama
ini ternyata tidak pernah pergi ke masjid dan menghindari kontak dengan
orang-orang muslim di Florida. Sebaliknya,
dia malah suka minum minuman keras di bar, nonton striptease, bahkan hidup
bersama dengan seorang penari striptease. Apa
pendapat Anda? Akal sehat kita
langsung akan mengatakan bahwa dia 100% bukan anak buah Osama. Bila lantas ada
orang yang tetap ngeyel mengatakan bahwa Atta yang suka mabuk itu adalah
seorang muslim radikal ya berarti otaknya 100% memble. Anda tahu FPI? Seperti
itulah muslim radikal yang betulan. Dan Anda tentu sudah tahu apa kerjanya FPI,
bukan? Kerjanya mereka malah menghancurkan bar.
Memang jangankan
muslim yang radikal seperti anak buah Osama atau FPI, seorang muslim
konservatif yang moderat pun—katakanlah seperti rata-rata kaum santri di
Indonesia--tidak akan pernah berkunjung ke bar. Sekali lagi, seorang muslim
konservatif yang moderat sekali pun tidak akan pernah mengunjungi bar walaupun
ia ke sana hanya sekedar bermaksud untuk minum jus buah atau main video game,
apalagi minum vodka seperti yang dilakukan Atta dkk. Mustahil. Mendengar kata bar saja sudah langsung menimbulkan
kesan buruk di benak mereka, apalagi sampai mengunjunginya. Kalau Anda ingin
lebih jelas lagi, bertanyalah kepada orang-orang Islam liberal di Indonesia,
anggota JIL misalnya, apakah mereka pernah mengunjungi bar. Saya kira mayoritas
mereka tidak pernah juga karena mayoritas mereka sedari kecil dididik di
lingkungan santri. Secara di bawah sadar, kata bar akan tetap menimbulkan kesan
buruk di benak orang-orang Islam liberal sekali pun. Jadi, jelas Atta dkk itu
bukan anak buah Osama. Kita semua tentu sudah tahu apa kerjanya anak buah
Osama, bukan? Jangankan minum alkohol dan main video game, bahkan bermain
layang-layang pun dilarang oleh Taliban.
Tiap-tiap agama
punya perintah dan larangan tersendiri yang berbeda-beda dari satu agama ke
agama yang lainnya. Seperti misalnya larangan makan sapi bagi orang Hindu,
larangan menyalakan api pada saat Nyepi, larangan menikah bagi pastur dan
pendeta Budha, larangan bekerja pada hari Sabbath bagi orang Yahudi, larangan
mencukur jenggot bagi umat Sikh dan lain lain. Orang-orang radikal biasanya
memegang ajaran-ajaran tersebut dengan sangat keras dan ketat. Mustahil
orang-orang radikal dari agama-agama tersebut akan melanggar larangan yang
telah diajarkan. Bahkan, secara umum mereka yang dari kalangan moderat pun
biasanya mematuhi larangan-larangan tersebut. Satu contoh misalnya, apakah ada
orang Bali--yang moderat--akan berani menyalakan api pada saat Nyepi?
Kalau bukan anak
buah Osama lantas siapa sebenarnya Atta itu, yakni Atta yang pemabuk dan pernah
hidup bersama dengan Amanda Keller? Atta yang populer di kehidupan malam kota
Venice dan juga pernah hendak meminjam uang ke Johnelle Bryant pegawai USDA.
Banyak pendapat tentang hal ini. Bisa Anda cari sendiri di internet karena saya
untuk sementara ini tak mau terlibat beragam spekulasi. Saya hanya ingin
membicarakan fakta dulu. Faktanya adalah: Atta yang pemabuk itu jelas-jelas
Atta palsu karena Atta yang asli adalah seorang muslim yang taat dan
berasal dari keluarga muslim yang taat pula sehingga mustahil dia suka makan
babi, pergi ke bar dan semacamnya. Sewaktu masih hidup di Jerman dia rajin
pergi ke masjid dan aktif mengikuti kegiatan masjid di sana. Mustahil
dia lantas bisa berubah tabiat 180 derajat hanya dalam waktu satu dua bulan
saja. Banyak bukti yang membenarkan bahwa memang ada double Atta.
Bisa Anda cari sendiri di internet. Bagaimana
kemudian nasib Atta yang asli tersebut beserta semua rekan-rekannya?
Lihat di bawah nanti kisah tentang “Island
of Lost Witnesses”.
Selanjutnya, bila kita ingin tahu lebih lanjut tentang fakta
yang lainnya, yakni siapa pelaku pemboman yang sebenarnya, maka bisa kita lihat
nanti apa yang dilakukan FBI pasca terjadinya
pemboman tersebut.
Pertama-tama, untuk mengungkap pelaku pemboman
yang sebenarnya tersebut, saya terlebih dahulu ingin bertanya kepada Anda
semuanya. Ini pertanyaan yang sangat sangat penting dan bisa
menjadi kunci pembuka dari segala dusta
yang ada selama ini. Jadi perhatikan pertanyaan ini baik-baik: Apa
yang akan dilakukan polisi seandainya saja ada teman kos Anda yang disangka
terlibat terorisme? Ini baru
disangka lho, belum tentu dia benar-benar teroris. Walaupun masih dalam taraf
tersangka, maka tentu yang akan dilakukan polisi adalah sebagai berikut. Polisi
akan menginterogasi bapak kos Anda, semua penghuni kos-kosan yang kenal dengan
tersangka akan turut diinterogasi juga, ditanyai beragam pertanyaan. Persis
seperti yang barusan Anda tonton di televisi saat kasus Ryan kemarin. Semua
orang yang kenal dengan tersangka akan diboyong ke kantor polisi untuk
diperiksa. Setelah itu kos-kosan akan diendus di setiap sudut. Eh, siapa tahu
ada bom, peluru, senapan, granat, sidik jari dll barang bukti yang mungkin
tertinggal di kos-kosan. Benar demikian, bukan? Seluruh sudut rumah akan
dibongkar dan digeledah.
Itu adalah prosedur standar, lumrah dilakukan
oleh jajaran kepolisian di seluruh dunia. The problem is:
prosedur standar itu tidak pernah dilakukan polisi/FBI di “kos-kosan” Mohamad
Atta. Polisi/FBI tidak
pernah menginterogasi saksi-saksi, tidak pernah ada penggeledahan di apartemen Mohamad Atta, bahkan
sekedar untuk mencari sidik jari. Padahal, mencari sidik jari
pelaku adalah suatu prosedur yang sangat lumrah
dilakukan bahkan untuk perkara kriminal biasa. Akan tetapi, itu
pun tidak pernah dilakukan oleh FBI. Padahal, kita
tahu bahwa pemboman WTC itu bukanlah terorisme biasa, tetapi sangat
menggemparkan dan menghebohkan dunia sampai bertahun-tahun. Kenapa
FBI tidak pernah melakukan penyidikan tentang peristiwa yang sangat gempar
tersebut. Why? Sangat mengherankan bukan? Ada
peristiwa teror besar-besaran dan FBI kerjanya malah tidur-tiduran.
Tanda tanya besar. Nah, sehabis tidur-tiduran
itu, tanpa melakukan penyelidikan apa pun, tiba-tiba saja
pemerintah Amerika langsung mendakwa Osama sebagai pelakunya. Lho?
Bagaimana mereka bisa tahu pelakunya kalau menyelidiki saja tidak?
Sangat janggal, bukan?
Satu hal lagi, pada saat itu berita-berita di mainstream
media telah secara resmi menyiarkan bahwa Atta itu senang bersantai di bar dan
minum vodka sampai mabuk. Tetapi, entah kenapa, pemerintahan di Washington
tetap nekad menyatakan bahwa Atta adalah seorang muslim
radikal anak buah Osama. Aneh, kan?
Berarti penghuni Washington
itu otaknya memang 100% benar-benar memble. Berdusta
terang-terangan, salah satu ciri-ciri utama psikopat. Itu sama
saja misalnya ada berita yang menyatakan bahwa pelaku teror di Irlandia itu
terdaftar resmi menikah di gereja dan punya beberapa anak, tetapi tiba-tiba
saja pemerintah London
mengatakan bahwa dia itu seorang pastur radikal. Atau misalnya
ada berita bahwa pelaku pemboman di India
itu gemar makan sapi, tapi tiba-tiba saja New
Delhi mengumumkan bahwa dia penganut Hindu radikal.
Benar-benar memble, to? Anda masih ingat
penyebab pemberontakan Sepoy, bukan?
Kemudian yang turut menimbulkan tanda tanya
besar juga adalah tentang Amanda Keller. Kita semua sudah
tahu tradisi Amerika bukan? Apalagi tradisi kaum wartawan dan
paparazzi di sana.
Seorang penari striptease berpacaran dengan teroris paling
tersohor di dunia. Astaga! Berita apa
pula ini? Benar-benar hoooott!! Berita yang paling hot sepanjang masa.
Super hot pokoknya. Dalam
kondisi normal, Amanda Keller langsung akan diburu dan dikerubuti oleh wartawan
dan paparazzi. Foto-foto hot Keller akan langsung beredar di setiap tabloid
yang terbit di seluruh penjuru Eropa dan Amerika. Dia akan
diburu oleh majalah Playboy pula, fotonya terpampang di cover majalah. Dia akan langsung jadi selebriti kagetan
paling top di dunia. Dan tentu saja Amanda Keller akan dengan penuh riang
gembira melayani para wartawan dan paparazzi itu. Bagaimana tidak? Jutaan
dollar akan mengalir deras ke kantongnya. Berhentilah nasib dia sebagai penari
kelas kambing di klub malam remang-remang. Dan jangan lupa tuan-tuan, ini
adalah Amerika, di mana uang adalah dewa, di mana berjuta-juta gadis Amerika
bermimpi jadi selebriti dan mandi uang jutaan dollar. Bagaimana bisa Amanda
Keller akan menolak durian runtuh yang tiba-tiba saja nimpuk di kepalanya?
Dalam kondisi normal, takkan pernah ada orang Amerika yang sanggup menolak
rezeki nomplok semacam itu.
Tentu saja, selain muncul di beragam tabloid wajah
Amanda akan ditayangkan di semua saluran TV di Amerika dan Eropa,
baik BBC, CNN, FOX dan sebagainya hingga berbulan-bulan. Dia kan memang saksi
yang sangat penting dan sangat newsworthy. Ajaibnya, Amanda tak pernah tayang
sekali pun di TV mana saja. Sangat janggal, bukan? Padahal, seharusnya dia
sering tayang dan diwawancarai di TV mana sana. Nah, kenapa hal tersebut tidak
pernah terjadi? Sebaliknya, malah dianggap tiada dan diabaikan begitu saja oleh
semua stasiun TV. Apalagi untuk negara yang sangat gemar gosip seperti
Amerika, maka ini adalah hal yang luar biasa anehnya.
Bagaimana kemudian bila ternyata Amanda Keller berdusta dan ternyata dia tak pernah berpacaran dengan Atta? Oh, tetap saja saudara. Dia akan tetap diburu oleh wartawan dan paparazzi. Rumor sepanas itu, entah benar atau tidak, yakni kisah asmara seorang penari striptease dan teroris top, akan tetap jadi berita yang sangat hot. Tetap akan laris dijual. Perkara rumor itu salah atau benar kan nanti bisa diurus belakangan, yang penting tabloid laku keras. Oplah bisa melonjak berlipat-lipat. Tabloid-tabloid di Amerika dan Eropa takkan membiarkan kisah sepanas ini akan berlalu begitu saja. Anda masih ingat kisah Paula Jones dan Monica Lewinsky yang mengaku pernah ada affair Clinton? Ya, itu pun masih berupa rumor juga, bisa benar bisa tidak, tetapi wartawan dan paparazzi toh tetap memburu keduanya juga.
Akan tetapi, kemungkinan rumor itu salah
sangatlah kecil karena banyak saksi mata yang membenarkan bahwa Amanda memang
berpacaran dengan Atta. Saat ditunjukkan foto Atta mereka langsung
mengenalnya. Apalagi, kota
Venice di Florida itu hanyalah sekedar kota
kecil saja. Katakanlah hanya sekedar kota
kecamatan. Penduduknya cuma sekitar 21.000 ribu jiwa.
Tampang orang yang lalu lalang akan gampang diingat karena
setiap hari ya cuma ketemu tampang yang itu-itu juga. Apalagi, Venice
adalah kota
pensiunan. Usia median penduduk Venice
adalah 68.8 tahun, sedangkan usia median penduduk negara bagian Florida
adalah 38.7. Ini data tahun 2007. Orang muda
jumlahnya sedikit di Venice
sehingga mereka akan lebih mudah lagi dikenali. Bila
rumor itu salah, lantas apakah penduduk Venice
itu mengidap amnesia semuanya?
Sekarang satu pertanyaan yang penting lagi saudara-saudara:
Kenapa Amanda Keller malah memilih mengasingkan diri? Kenapa pula kaum
paparazzi tak ada yang berebut memburunya? Di negara di
mana uang adalah dewa, Amanda Keller malah memilih mengasingkan diri dan ogah
dengan uang jutaan dolar. Pertanyaan besar
lagi.
Oke, supaya tanda tanyanya bisa agak berkurang dan kerutan
di kening Anda bisa berkurang juga, mari kita ikuti berita yang
selanjutnya. Berita selanjutnya ini agak susah kita temukan di
mainstream media. Oleh
karena itu, kita akan melihatnya di media-media alternatif.
2. Berita-berita dari Media Alternatif
Mohamed Atta
punya pacar warga asli Amerika dan dia tinggal bersamanya selama dua bulan di
Venice, FL., dia seorang model pakaian malam bernama Amanda Keller. Anda tak
pernah mendengar cerita ini sebelumnya karena dia diintimidasi FBI supaya tetap
diam.
“Ketika aku
melihat Charlie berbicara kepada surat kabar aku tahu bahwa mereka semua akan
segera menghajarnya," katanya. "Kupikir, ‘Charlie, jangan. Tak
bisakah kau menunggu dulu saja?’”
Dia menderita bullying harassment yang sama
dari FBI, dan hal serupa juga mesti dialami para saksi mata lainnya yang
tinggal di Sandpiper Apartments.
Bahkan setelah dia meninggalkan Venice,
para agen FBI tetap menelponnya tiap hari selama berbulan-bulan setelah
peristiwa 11 September itu terjadi. Dan bukan hanya itu saja...
“Ada
mobil polisi yang terus-menerus mengawasi rumahku,” katanya kepada kami.
Kami menanyainya, pada pertemuan pertama kami: Kenapa dia
menarik kembali keterangannya yang pertama dulu?
“Karena intimidasi
oleh FBI,” jawabnya. “Mereka
menyuruhku untuk tak bilang kepada siapa pun, untuk selalu tetap diam.
2.2.
Kesaksian Mrs. Stephanie Frederickson, tetangga Atta dan Amanda
Apa yang sebenarnya ingin dikatakan
oleh Stephanie—dan hal ini memang benar-benar ingin dikatakan baik olehnya
maupun oleh Charlie Grapentine—adalah bahwa dia telah diganggu dan diintimidasi
oleh agen-agen FBI.
"Pertama-tama, tepat setelah terjadinya
serangan, mereka mengatakan kepadaku bahwa aku mesti telah salah
mengidentifikasi," katanya. "Atau mereka
menuduhku bahwa aku berdusta. Pada akhirnya mereka berhenti
berusaha untuk membuatku mengubah ceritaku, dan mereka hanya berhenti di depan
apartemenku supaya yakin bahwa aku tak berbicara kepada siapa pun.”
Sekurangnya selama enam bulan setelah serangan 11 September,
Ny. Frederickson
setiap minggu menerima kunjungan dari para agen FBI yang berkantor di Sarasota.
"Pertanyaan mereka selalu sama," katanya.
"Kau tak
mengatakan apa pun kepada siapa pun, kan?"
Dia cuma mengangkat
bahu. “Siapa yang akan kuberi tahu? Semua orang di
sini sudah tahu, kok."
2.3.
Kesaksian Charlie Grapentine, Pemilik Sandpiper Apartment
Dan para agent FBI terutama sangat marah karena tindakannya
memberi keterangan kepada para wartawan...
"Mereka menuduhku sebagai pembohong dan
menyuruhku supaya tetap diam," kata mantan marinir itu dengan masam.
"Tak seorang pun suka mendengarnya: yakni mereka disuruh bilang tidak
pernah melihat sesuatu yang benar-benar telah mereka lihat sendiri."
Kisah Grapentine tentang keberadaan Atta di apartemen
tersebut juga dikonfirmasi oleh pasangan yang tinggal tepat disamping Atta,
yang juga menerima peringatan dari FBI, tentang perlunya menjaga sikap low
profil kepada media massa.
Setahun setelah peristiwa 11 September, baik
keluarga Frederickson maupun Grapentine masih marah karena integritas personal
diserang oleh para agen FBI, yang lebih sibuk mengintimidasi mereka ketimbang
berusaha untuk menangkap para teroris.
Demikian sebabnya kenapa Amanda Keller dan para saksi
lainnya tak mau diwawancarai. Kenapa mereka
ogah bicara kepada pers. Demikian pula bila ada wartawan yang ngeyel hendak
mewawancarai Amanda, FBI pun dengan segera turun tangan menangani wartawan
bandel tersebut, yang lalu membuatnya mundur teratur. Dan jangan
lupa, para pemilik koran dan tabloid yang didominasi
orang Yahudi, juga rata-rata akur dengan sikap FBI.
Berita-berita media alternatif di atas bisa Anda
lihat di www.madcowprod.com yang
diasuh oleh Daniel Hopsicker, penulis buku Welcome to Terrorland yang
juga menerbitkan DVD Mohamed Atta & the Venice
Flying Circus. Ia sempat mewawancarai
Amanda sesaat sebelum dia kemudian lenyap. Lihat juga www.mujca.com yang diasuh oleh Kevin
Barret dkk. Selain itu, masih banyak lagi website yang
membahasnya.
Jadi, yang dilakukan polisi/FBI bukanlah mencari
keterangan dan bukti tentang Mohamad Atta, tetapi malah sibuk mengintimidasi
saksi-saksi supaya tidak bicara ke mana-mana. Bukannya
menginterogasi para saksi untuk buka mulut, sebaliknya malah menyuruh mereka
untuk tutup mulut. Cara penyidikan yang sangat aneh, bukan?
Setiap penyidikan tentunya seharusnya ditujukan untuk membuka
mulut para saksi, nah penyidikan kasus pemboman WTC itu kok malah ditujukan
untuk menutup mulut para saksi. Aneh.
Dan setelah itu, kok bisa-bisanya mereka lantas tahu kalau
pelakunya adalah anak buah Osama. Mereka mendengar
hal itu dari siapa? Para saksi
toh sudah diintimidasi supaya tak mengatakan apa
pun kepada siapa pun. Para agen FBI juga tak
pernah mendengar apa pun dari para saksi, karena
mereka memang tidak pernah menginterogasi para saksi. Satu-satunya pertanyaan
yang sering diajukan agen-agen FBI kepada para saksi adalah: "You aren’t
saying anything to anybody, are you?". Kau tak mengatakan apa
pun kepada siapa pun, kan?
Jadi, dalam kasus WTC ini jelaslah sudah
jawabannya, yakni pelaku pemboman WTC itu adalah ya orang-orang yang berusaha
menutup mulut para saksi. Dan itulah
alasannya kenapa FBI tidak pernah melakukan penggeledahan di apartemen Amanda
dan Atta, bahkan untuk sekedar melakukan prosedur yang lumrah seperti mencari
sidik jari.
Ilustrasi gampangnya adalah sebagai berikut.
Misalnya ada pembunuh yang melakukan aksinya di sebuah perkebunan
yang sepi. Eh, kebetulan kok masih ada juga orang yang memergoki.
Apa kira-kira yang akan dilakukan pembunuh itu
terhadap saksi tersebut? Berusaha mencegahnya supaya saksi tidak
berbicara kepada siapa pun. Bisa dengan bujukan, dan bila itu
tidak mempan saksi akan di dor dengan senapan. Jadi,
mereka yang berusaha membungkam para saksi dia itulah pelakunya. Sangat
jelas, bukan?
Nampaknya pemboman WTC itu kasusnya adalah
seperti pemboman rel di wilayah Manchuria
yang dikuasai Jepang tahun 1931. Jepang membutuhkan
alasan untuk menyerbu Cina. Maka agen-agen
Jepang membom sendiri jalur rel di Manchuria
dan setelah itu menyalahkan Cina supaya ada alasan untuk menyerbu ke negara
tersebut. Sedangkan pemboman WTC tahun 2001 itu dilakukan
supaya ada alasan untuk menyerbu Iraq
dan Afghanistan
dengan mendapat dukungan penuh dari rakyat Amerika dan dunia. Serta
bisa mengintimidasi negara-negara lain yang dianggap berbahaya.
Sebelumnya, penipuan serupa juga pernah terjadi
pada tahun 1964 pada masa pemerintahan Lyndon Johnson, yakni mengarang insiden
Teluk Tonkin. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan dukungan dari rakyat dan Kongres bagi keterlibatan
militer Amerika di Vietnam. Dukungan itu diperoleh pemerintah Amerika dengan
tipu daya, menipu rakyatnya sendiri. Akibat penipuan tersebut 58.000 tentara
Amerika mati sia-sia, 20.000 mati bunuh diri karena tekanan psikologis setelah
pulang perang, ditambah lagi 300.000 yang luka-luka, separuh diantaranya luka
parah. Dan itu semua terjadi karena para politisi paranoid di Washington pada
saat itu sangat yakin dengan teori domino, sebuah teori yang ternyata meleset
100 persen dari kenyataan.
Penipuan tadi
kemudian diungkapkan oleh Daniel Ellsberg, pegawai Pentagon yang kecewa dengan
segala dusta tersebut dalam apa yang terkenal dengan nama Pentagon Papers.
Dokumen itu mengungkapkan bahwa Resolusi Teluk Tonkin—yang dijadikan landasan untuk peningkatan keterlibatan militer Amerika di Vietnam—telah dibuat beberapa bulan sebelum terjadinya insiden tersebut. (Pentagon Papers, Microsoft Encarta Multimedia Encyclopedia 2002).
Setelah tersiarnya Pentagon Papers pada tahun 1971, maka
Nixon mengerahkan tim pencuri untuk menyatroni kantor
Ellsberg. Khawatir apabila Ellsberg masih menyimpan banyak dokumen
lagi. Tim pencuri yang sama pula yang kemudian
tertangkap dalam apa yang kemudian terkenal sebagai skandal Watergate.
Jadi, resolusi untuk menyerbu Vietnam
itu sudah disusun berbulan-bulan sebelum insiden Teluk Tonkin terjadi.
Dan ternyata pula, rencana untuk menyerbu Iraq
dan Afghanistan itu malah
sudah disusun bertahun-tahun sebelum insiden di Twin
Tower. Fool
me twice, and.. rakyat
Amerika itu memang benar-benar fool. Shame on you. Kukira
rakyat Amerika sekarang membutuhkan bantuan “another Ellsberg”. Bagaimana
kalau diadakan sayembara berhadiah 1 juta dolar atau lebih bagi “another
Ellsberg”?
Semenjak tahun 1996, koalisi politisi Yahudi
radikal dan Kristen fundamentalis di Amerika, yang disebut sebagai neocon
(neo-conservative), memang sudah mulai bersekongkol membuat rencana menyerbu Iraq
dan negara-negara lain yang dianggap bermusuhan. Dan
mereka baru dapat merealisasikannya pada saat Bush berkuasa. Rencana
itu bahkan sudah dituangkan di dalam suatu buku putih.
Lama sebelum President George W. Bush berkuasa pada tahun 2001, elemen-elemen yang ada di dalam atau dekat dengan Partai Republik telah berulang kali mengusulkan langkah yang lebih keras terhadap Iraq, termasuk berperang bila perlu, untuk memaksakan perubahan rezim di sana. Pada tahun 1996, salah satu group itu menyusun buku putih yang berjudul A Clean Break: A New Strategy for Securing the Realm, yang kemudian dikirimkan kepada PM Benyamin Netanyahu, pemimpin Partai Likud di Israel. Buku itu mendukung perang terhadap Iraq sebagai cara untuk melemahkan Syria dan membuat moderat kaum Syiah Hizbullah di Libanon Selatan. Mereka berpendapat bahwa langkah itu akan bisa membuka jalan bagi perdamaian dan stabilitas di wilayah yang terkenal tidak stabil tersebut. Buku itu menjadi bahan diskusi di antara para pengamat politik LN Amerika seperti Richard Perle, Douglas Feith, Robert Loewenberg, David Wurmser dan Meyrav Wurmser, banyak di antara mereka yang kemudian menduduki berbagai jabatan penting pada masa pemerintahan Bush.
Pada tahun 1997 sebagian dari politisi di atas tadi lalu bergabung dalam suatu proyek baru yang bernama Project for a New American Century (PNAC), sebuah Washington think tank yang mengusulkan secara terbuka supaya Amerika bisa memainkan peran dominan di dunia, baik secara militer maupun diplomatik. …Penandatangan proyek ini antara lain Perle, Paul Wolfowitz, Elliott Abrams, John Bolton, William Kristol, Zalmay Khalilzad dan Donald Rumsfeld. (U.S.-Iraq War, Microsoft Encarta 2007).
Jadi, nama-nama di atas itulah perencana serbuan
ke Iraq dan Afghanistan
dan tentu saja mereka juga adalah perencana aksi teror false flag 11
September di Amerika. Sekitar separuh di antara mereka adalah
orang-orang Yahudi. Para politisi psikopat haus darah yang
tega membunuh rakyat sipil tak berdaya dan menipu seluruh dunia demi
tujuan-tujuan politiknya, yang ternyata sekarang hasilnya tak karuan
juntrungannya. Anda pernah menonton film Hellboy, suasana
dunia saat tanduknya menjadi panjang? Ya, hanya itu yang bisa mereka hasilkan.
Dan kita ternyata tak membutuhkan seorang monster mengerikan yang bangkit dari liang
kubur seperti Rasputin untuk menciptakannya. Cukuplah seorang Bush, Cheney,
Silverstein, atau Rumsfeld dkk., dan terciptalah sudah
neraka ala Hellboy. Para Rasputin itu sudah ada tepat di depan
mata kita. Tak perlu repot-repot bangkit dari liang
kubur. Bacalah segera www.ponerology.com.
Atau ketikan saja keyword ponerology and Andrzej Lobaczewski.
Dan artikel-artikel di sana
akan bisa membuat Anda semua bisa segera mengerti apa penyebab segala perang
dan kekacaubalauan di dunia ini semenjak zaman purbakala dahulu kala. Di tangan
para politisi psikopat, atau yang disebut Lobaczewski sebagai pathocrat, uang
dan tentara sebanyak apa pun tidak akan pernah ada
gunanya. Bukan kemakmuran dan
perdamaian yang akan mereka ciptakan, tetapi bencana dan penderitaan di seluruh
penjuru dunia. Dan memang hanya para pathocrat yang akan bisa melakukan hal
semacam itu, suatu trik yang sebenarnya sudah dilakukan para patokrat semenjak
zaman purbakala seperti apa kata Robert Hare berikut ini.
Dalam lingkungan yang akrab ini, seorang psikopat bodoh yang mewujudkan nafsu kriminalnya dengan mencuri dan membunuh orang sesukunya, jelas akan tidak disukai selain juga mudah dideteksi. Akan tetapi, seorang pengidap sindrom psikopat yang cukup pandai akan bisa menempati posisi yang menguntungkan di dalam sukunya.
Di sekeliling mereka tentu ada suku-suku lain yang menjadi tetangganya. Suatu dusta yang ditujukan kepada mereka bahwa mereka itu bermaksud jahat, atau tuduhan palsu atas tindakan jahat yang telah mereka lakukan, akan bisa menyalakan api peperangan pada suku psikopat tersebut. Ini akan memberikan keuntungan yang sangat besar dalam hasil akhir dari peperangan zaman prasejarah tersebut, yaitu kemampuan untuk mengadakan serangan mendadak pada saat yang tepat. Seorang psikopat bisa memuaskan nafsu haus darahnya dan juga tampil sebagai pahlawan bagi sukunya. Sementara itu, seorang pemimpin yang non-psikopat akan menyempatkan diri untuk berpikir tentang rasa sakit dan penderitaan suku tetangganya dan juga risiko yang dihadapi sukunya sendiri. (Robert Hare, Without Conscience)
Setelah melihat beragam ketidakberesan pada peristiwa 9/11
ini, saya lalu menjadi curiga bahwa kartun di koran Jyllands-Posten Denmark
dan film Fitna karya Wilders itu juga hasil kerja kotor dinas rahasia
Amerika dan Israel untuk mendapatkan dukungan Uni Eropa dengan cara terus
menciptakan suasana permusuhan antara umat Islam dan Uni Eropa, menebarkan
kebencian antar umat beragama, karena memang hanya rasa permusuhan dan
kebencian itu bahasa yang ada di hati mereka. Kita tahu bahwa
negara-negara Uni Eropa sudah banyak yang ogah dengan proyek “perang
Armageddon” karya Bush cs. tersebut. Bila umat Islam marah dan
membuat kerusuhan di Eropa gara-gara kartun di Jyllands-Posten dan film Fitna
tersebut, maka memang hal itulah yang sangat didambakan oleh Amerika dan Israel
karena Uni Eropa akan kembali mendukung “war on terror” yang dilancarkan
Amerika, atau lebih tepatnya kolonialisme atas negara-negara Islam, perampokan
sumber-sumber minyak dan pembantaian umat Islam di berbagai negara.
Satu-satunya negara Eropa yang sangat antusias mendukung
proyek tersebut hanyalah Inggris, yang reporternya dari BBC pada saat kejadian
sempat “keseleo lidah”, memberitakan bahwa gedung WTC 7 sudah runtuh 30 menit
sebelum gedung itu runtuh. Aneh,
bukan? Satu ketidakberesan lagi. Dan pihak BBC selalu berbelit-belit
bila hendak dimintai keterangan. Itu tandanya bahwa memang ada sesuatu yang tidak
beres. Wartawan BBC tadi agaknya sudah dapat info, tetapi keseleo langsung
menyiarkannya saat itu juga tanpa konfirmasi, mungkin karena hiruk pikuknya
suasana saat itu sehingga ia tidak fokus. Keseleo dah jadinya. Kukira “motto
jihad” tentara Amerika sekarang mesti diubah dari “let’s roll” menjadi “let’s
pull”. Pull it, boys!! Oh ya, TV yang meliput para saksi itu
antara lain adalah Fox TV, milik seorang Yahudi. Bisa Anda lihat
pada logo di kiri bawah layar. Dia kurang fokus
juga ternyata. (Lihat gambar di bawah).
“Pull
it”. Itulah perintah dari pemilik
WTC Larry Silverstein, seorang Yahudi juga, untuk meruntuhkan gedung miliknya
sendiri. Dan… bum bum bum bum! Lihat gambar capture siaran
Live di bawah. Dan setelah itu Silverstein menyumbangkan
sebagian uang asuransinya yang sebanyak $7 milyar itu kepada Israel.
Uang yang berlumuran darah, uang
yang diperoleh dari genangan darah 3000 korban WTC. Menghisap darah rakyat Amerika dan menuangkan hasilnya ke Israel, symbiosis
parasitisme. Larry Silverstein ini adalah seorang Yahudi radikal, teman akrab
Ariel Sharon dan Netanyahu. Dan ia memang setiap tahun rajin menyumbang jutaan
dolar ke Israel.
Berikut
ini kita lihat pendapat dua orang pakar pembangunan gedung bertingkat dan ahli
demolisi dari Eropa tentang runtuhnya WTC:
1. "In my opinion the building WTC 7 was, with great probability, professionally demolished. – Hugo Bachmann, PhD, Professor Emeritus and former Chairman of the Department of Structural Dynamics and Earthquake Engineering, Swiss Federal Institute of Technology. Author and co-author of Seismic Analysis of Concrete Reinforced Structures (1990), Vibration Problems in Structures (1992): Practical Guidelines (1995), Structural Analysis of Linked Concrete Beams (1998), Structural Construction for Engineers. An introduction (2001), Earthquake-proofing Buildings (2002) www.patriotsquestion911.com
2. I looked at the drawings, the construction and it couldn't be done by fire. So, no, absolutely not. Building 7 was brought down by controlled demolition. Absolutely. -- Danny Jowenko, Proprietor, Jowenko Explosieve Demolitie B.V., a European demolition and construction company, with offices in the Netherlands. Founded 1980, Jowenko Explosieve Demolitie is certified and holds permits to comply with the Dutch Explosives for Civil Use Act and the German Explosives Act. Jowenko's explosives engineers also hold the German Certificate of Qualifications and the European Certificate for Shotfiring issued by The European Federation of Explosive Engineers. www.patriotsquestion911.com
Tentu,
operasi 9/11 ini bukan hasil kerja FBI sendirian sebab ini menyangkut operasi
di luar negeri juga, dan kita semua tentu tahu badan mana di Amerika yang
menguasai detil informasi dari tiap sudut bumi. Ya, CIA. Para pejabat Pentagon dan
Mossad tentunya juga terlibat--Larry Silverstein adalah sahabat baik Mossad.
Demikian pula penghuni Gedung
Putih. Apalagi para bos pabrik senjata dan
perusahaan minyak. Mereka semua terlibat. Mereka adalah unsur-unsur ultra
konservatif di Amerika dan Israel, baik ultra konservatif di kalangan
pemerintahan, militer, dinas rahasia, bisnismen Yahudi maupun bisnismen
oportunis Amerika sendiri. Ultra konservative cabal yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Mereka agaknya sedang mempraktekkan
wejangan Adolf Hitler, mahaguru dari Herr Gehlen. Lihat kutipan di atas tadi, juga apa kata Herman Goering berikut ini.
Why, of course the people don't want war ... But after all, it is the leaders of the country who determine the policy, and it is always a simple matter to drag the people along, whether it is a democracy, or a fascist dictatorship, or a parliament, or a communist dictatorship... Voice or no voice, the people can always be brought to the bidding of the leaders. That is easy. All you have to do is to tell them they are being attacked, and denounce the pacifists for lack of patriotism and exposing the country to danger. (Herman Goering)
Para
anggota cabal itu tentu semuanya akan
berusaha menutup mulut para saksi yang akan bisa membeberkan kegiatan busuk
mereka. Dan ratusan ribu tentara Amerika sukses ditipu mentah-mentah oleh
snakes in suits cabal di Washington tersebut dan mati sia-sia. You believe you
are dying for the fatherland--you die for some industrialists and
fundamentalists.
Dan
kiranya Amanda Keller sudah cukup bisa membayangkan apa nasib yang akan menimpanya bila ia
bersikeras untuk bicara. Karena itu, ia
tak mau diwawancarai siapa pun, tak mau uang jutaan dolar. Apa artinya jutaan dolar bila sebentar
kemudian sebutir peluru menembus kepalanya, lalu ia dikirim ke Island
of Lost Witnesses. Dan memang benar, tahun 2006, setelah Amanda nekad melakukan wawancara
dengan Hopsicker… ia lenyap. Seperti juga nasib yang menimpa bartender dan
manager bar yang dulu pernah menjadi langganan Atta, mereka juga hilang. Juga
seorang pegawai USDA yang pernah mengurusi pinjaman uang yang hendak diajukan
oleh Atta, dia langsung dimutasi setelah melakukan wawancara dengan wartawan
ABC. Juga dua orang pemadam kebakaran yang bertugas pada tanggal 11 September
di Pentagon, keduanya mendadak dimutasi ketika hendak melakukan wawancara.
Mereka semua hilang tak diketahui rimbanya sampai sekarang. Orang-orang yang
malang, agaknya mereka semua telah dimutasi ke alam baka.
3. Welcome to the Island
of Lost Witnesses
Semenjak
wawancaranya dengan tv ABC, pegawai USDA Johnelle Bryant telah dimutasi oleh
Departemen Pertanian ke lokasi yang tak disebutkan, suatu lokasi yang menurut
seorang sumber di pemerintah, "dijamin membuatnya takkan bisa berbicara
kepada wartawan lagi."
Agaknya Miss Bryant telah berbicara sedikit
keluar jalur, dan langsung disingkirkan ke tempat yang damai dan tentram, jauh
dari kerumunan media, suatu tempat yang mulai saat ini kusebut sebagai
"The Island of Lost Witnesses."
Dia
mungkin sedang bersenang-senang di sana
sekarang, bergembira ria berselancar di pulau itu bersama-sama para saksi
lainnya yang saat ini juga sudah lenyap. Orang-orang yang malang,
yang secara tak sengaja melihat sesuatu yang seharusnya tak mereka lihat dan
sekarang memiliki pengetahuan dan informasi yang tak menyenangkan dan karena
itu mereka mesti dilenyapkan.
Seperti juga mantan pacar Atta, Amanda Keller,
saat ini juga hilang. Manager dan
bartender dari Ft.
Lauderdale bar tempat di
mana Atta mabuk-mabukan tiga malam sebelum serangan, juga hilang... (Daniel
Hopsicker)
Bila kemudian pelakunya bukan para pemuda Arab
yang rata-rata terpelajar dan berasal dari kelas menengah itu, lalu kemana para
pemuda tersebut kok sekarang mereka pada menghilang. Saya kira sama juga. Nasib Atta yang
asli dan teman-temannya pun sama
dengan para saksi di atas tadi. Tidak
di reruntuhan gedung WTC. Tidak, saudara-saudara, karena pelakunya bukan mereka.
Ada saksi
mata yang melihat bahwa pesawat yang menabrak WTC bukan pesawat penumpang
Amerika, sedang saksi mata yang lain melihat bahwa itu pesawat kargo, logonya
juga bukan logo pesawat penumpang. Mayat
mereka juga tidak bisa kita temukan di gedung Pentagon karena Pentagon tidak
ditabrak pesawat, tak ada sekeping pun sisa puing-puing pesawat yang berserak
di Pentagon. Tidak di sana
pula. Mungkin mayat mereka bisa kita temukan somewhere.. di
tengah rawa-rawa Florida, in the Island
of Lost Witnesses.
Quotes:
1.
During times of universal Deceit, telling the truth is revolutionary. (George
Orwell)
2.
Our country, when right to be kept right. When wrong, to be put right. (Carl
Shurz)
3. They
have pillaged the world. When the land has nothing left for men who Ravage
everything, they Scour the sea. If an enemy is rich, they are greedy; if he is
poor, they Crave glory. Neither East nor West can sate their appetite. They are
the only people on earth to covet wealth and poverty with equal Craving. They
Plunder, they butcher, they ravish, and call it by the lying name of
"empire." They make a desert and call it "peace". (Tacitus,
Roman Historian)
4.
Far from being the terrorists of the world, the Islamic peoples have been its
victims, principally the victims of U.S. fundamentalism, whose power, in all
its forms - military, strategic, and economic - is the greatest source of
terrorism on Earth. (John Pilger)
5.
I urge you to read. In television you get capsules of news that someone else
puts together what they want you to hear about the news. In newspapers you get
what the editors select to put in the newspaper. If you want to know about the
world and understand, to educate YOURSELF, you have to get out and dig, dig up
books and articles for yourself. Read, and find out for yourselves. (John
Stockwell)
EDUCATE
YOURSELF!!
------- END OF
ARTICLE -------
KUTIPAN ASLI YANG BERBAHASA INGGRIS
1.1.
Mohamad Atta and Marwan al-Shehhi Love Drinking Vodka
8
July 2001. They "spent the night at the Diana Cazadora, a three-star hotel
about 500 meters - five minutes by car - from Madrid Barajas airport on the
Barcelona road". Atta and Al-Shehhi "had dinner together and then
spent drank vodka for a time in the hotel bar." (BBC, February 1, 2002)
7
September 2001. "On Friday evening, Amos said Atta and the other man came
into the Shuckums. The pair had been in the restaurant several times before,
Amos said. This time, they were there from about 4:30 pm until about 7 pm"
My bartender said, 'These guys are giving me a hard time, "Amos recalled
yesterday." I thought,' Okay, here we go. " I was talking to the big
guy, going back and forth. I said, 'Is there a money issue? Do you have enough
money to pay the bill? " The guy arrogantly replied, 'I'm an airline
pilot. Of course, I have the money. ' "(Www.sptimes.com, January 9, 2002).
"Last
Friday night Atta, Al-Shehhi and a third man spent hours drinking".
(www.washingtonpost.com, 15 September 2001).
The
duration of the drinking: "almost four hours" (Spiegel, December 3,
2001)
"The
Friday night before the attacks, Atta and two other men - one of them another
suspected hijacker, Marwan Al-Shehhi - spent 3 1 / 2 hours at a sports bar in
Hollywood, Fla.., Called" Shuckums "(www . washingtonpost.com,
September 21, 2001).
"Tony
Amos, the manager of Shuckums Oyster Bar and Restaurant in Hollywood, just
north of Miami, was interviewed by the FBI and he and his barman and a waitress
all identified Atta and his cousin as some hard drinkers who propped up the bar
last Friday . Atta's bill for three hours of vodka drinking came to $ 48 (£
33). "(Www.telegraph.co.uk, 14 September 2001).
"Atta
kept to himself, drinking cranberry juice and playing a video game. For three
days, his two Companions Russian knocked back vodka and orange juice, got loud
and griped about the chicken wings." (NBC, Sept. 24, 2001).
"On
September 7, at about 3pm, Atta and Al Shehhi went with another man to Shuckums
Bar in Hollywood, Florida. The man went off to play a video machine, while Atta
and al Shehhi ordered the first of five rounds of Stolichnaya vodka with orange
juice (for Atta) and Captain Morgan with Coke (for Al Shehhi). After 90
minutes, they were ready to leave, but Argued over the $ 48 bill. " (Daily
Mail, 16 September 2001)
"We
all were able to recognize both gentlemen," Amos said. The men visited the
restaurant from about 4 to 5:30 pm Friday, and seemed drunk and unruly, he
said. (Sun-Sentinel, 13 September 2001)
When
Lizsa Lehman saw the 19 mugshots of the 9 / 11 terrorists displayed prominently
in the newspaper, she found two familiar faces starring back at her - Marwan
al-Shehhi and Mohamed Atta. She got to know them both when they bellied up to
her bar at the Outlook in Venice after their flying lessons a few miles away.
They were dressed well. They were well spoken. And Marwan al-Shehhi, was one of
the bartender's favorite patrons. Lehman said he was always striking up
conversations. She Remembers him laughing, often. "Marwan would talk to
you; he enjoyed being in the bar," she said. "He enjoyed
company." (Sarasota Herald-Tribune, 10 September 2006).
1.2.
Mohamad Atta Frequented Striptease Club and Living Together with A Stripper
"In
Jacksonville, Fla.., The FBI is continuing to check several people who may have
met Atta and another suspected hijacker, Ziad Samir Jarrah, at area hotels and
strip clubs that Atta frequented, according to an internal FBI memorandum. (Los
Angeles Times , October 3, 2002)
And
two paragraph below from media alternatives to what has been described in the
FBI memorandum: In Venice Florida, Mohamed Atta lived for two months with an
American stripper/lingerie model named Amanda Keller. Mohamed Atta was a
Beastie Boys fan. Atta often listened to them non-stop. "One time I got
mad cause he broke one of my skubi-knacks, so I snapped his CD's in half,"
said Amanda Keller, his former American girlfriend. "I broke all of his
CD's, cause they drove me crazy, he played the 'Beastie Boys' nonstop."
"Atta
and his crew were always flush with lots and lots of money," said
Stephanie Frederickson, a 50-year old housewife and foster mother who with her
husband lived right next door to Atta's apartment. "Those guys were all
really party animals." During their brief time together, Amanda and Atta
went out almost every night, she said, and were part of a social scene at clubs
like Margarita Maggie's in Sarasota. (www.BreakForNews.com).
1.3.
Mohamad Atta loved pork chops and Never went to the Mosque
Mohamed
Atta loved pork chops, according to former girlfriend Amanda Keller. In fact,
she said this was Atta's one endearing trait.
Atta
and several friends are also regulars at the 44th Aero Squadron bar. The group
drinks Bud Light, talks quietly, and stays sober. The bar's owner, Ken
Schortzmann, says Atta has "a fanny pack with a big roll of cash in
it," and comments, "I never had any problems with them. ... They ...
did not drink heavily or flirt with the waitresses, like some of the other
flight students. "While he regularly goes to these bars during this
period, Atta never visits any of the three Mosques in Southwest Florida, and
avoids contact with local Muslims. [Newsweek, 9/24/2001; Sarasota Herald
-Tribune, 9/28/2001]
2. News from Alternative Media
2.1. Amanda Keller
Mohamed
Atta had an American girlfriend with whom he lived for two months in Venice,
FL., A lingerie model named Amanda Keller. You have not heard her story because
she was intimidated into silence by the FBI.
"When
I saw Charlie talking in the newspaper I knew they were going to jump all over
him," she said. "I thought, 'Charlie, no. Can not you just wait?
""
She
said She'd suffered the same bullying harassment from the FBI that other
witnesses at the Sandpiper Apartments had been forced to endure.
Even
after she left Venice, the FBI agents called her every other day for months
after the attack. That was not all, either ...
"There
was a police car watching the house constantly," she told us.
We
asked her, in our first meeting: Was this why she recanted her original
statement?
"Because
of the intimidation by the FBI," she replied. "They told me not to
talk to anybody, to keep my mouth shut.
2.2. Mrs.. Stephanie Frederickson, neighbors Atta and Amanda
What
she really wanted to talk about, however - what both she and Charlie Grapentine
were fairly bursting to talk about - was how she had been harassed and
intimidated by agents of the FBI.
"At
first, right after the attack, they told me I must have been mistaken in my
identification," she stated. "Or they would insinuate that I was
lying. Finally they stopped trying to get me to change my story, and just
stopped by once a week to make sure I hadn't been talking to anyone."
For
at least six months after the 9 / 11 attacks, Frederickson says, she received
weekly visits from agents from the FBI's Sarasota office. "The question
they asked was always the same," she says.
"You
are not saying anything to anybody, are you?"
She
shrugs. "Who was I going to tell? Most everyone around here already Knew.
"
2.3. Charlie Grapentine, Sandpiper Apartment Owner
And
FBI agents were especially Frosty on the subject of his talking to reporters
...
"They
called me a liar, and told me to keep my mouth shut," states the ex-marine
grimly. "Nobody likes to hear that: that they did not see something they
knew they see."
Grapentine's
account of Atta's presence is confirmed by the couple who lived next door, who
also received warnings from the FBI, about the advisability of maintaining a
low media profile.
A
year after the 9 / 11 attacks, both the Frederickson's and Grapentine's were
angry at having their personal integrity attacked by FBI agents, who seemed
much less Concerned with catching terrorists than they were in squelching their
story.