Anda pernah bermain
bandulan? Ya, prinsip utama dari perahu ini adalah seperti yang ada pada
bandulan atau pendulum atau benda-benda lain semacamnya. Sewaktu Anda bermain
bandulan, walaupun terayun-ayun keras kesana kemari, pada akhirnya berhenti di
bawah juga karena adanya gaya gravitasi. Mustahil setelah lama terayun-ayun
lantas Anda berhenti terbalik di atas. Tidak mungkin bukan? Itu bertentangan
dengan ajaran Pak Newton tentang teori
buah apelnya. Demikian pula prinsip yang ada pada bullet boat ini. Tak akan pernah bisa
terbalik kecuali bila Newton bangun lagi dan merevisi teori buah apelnya. Jadi,
prinsip dasarnya memang sederhana saja, sekedar
memanfaatkan gaya gravitasi dan tentunya ditambah beberapa buah klaker dan
adanya lambung ganda (double hull).
Bullet Boat ini bisa
berfungsi untuk piknik atau tim SAR karena bisa untuk bepergian melewati laut
yang berombak besar. Besarnya hanya sekitar 4 kali 1 meter dan punya
lambung ganda. Ada dua lambung kapal, yang di dalam berbentuk seperti perahu
biasa, sedangkan yang lambung luar berbentuk bulat tertutup seperti peluru.
Lambung bagian dalam tadi dimasukkan lewat buritan. Bagian buritan lambung luar
bisa dibuka tutup untuk memasukkan lambung dalam tadi, mirip tutup botol begitulah.
Setelah lambung dalam dimasukkan, maka bagian buritan lambung luar tadi ditutup
rapat-rapat kembali dengan mur baut yang panjang supaya kuat. Pada bagian depan
kapal, kedua lambung ini dikaitkan dengan as supaya bisa bergulir, seperti yang
ada pada roda. Pada buritan cukup ditekan rapat-rapat dengan mur baut yang
panjang saja tadi. Bagian belakang tidak bisa diberi as karena ada bagian dalam
yang harus berada di luar, yakni baling-balingnya. Mesin perahu dan
baling-baling memang mesti terletak pada lambung dalam tentunya, yang selalu
berada di bawah, bukan lambung luar yang bisa berputar ke mana-mana. Pada
bagian lambung luar dibuatkan jalur melingkar untuk baling-baling tersebut
sehingga bisa tetap mengikuti posisi lambung bagian dalam. (Lihat gambar bagian
belakang). Diberi klaker juga tentunya, kalau ini klaker yang biasa saja, dan
sambungan antara lambung luar dan lambung dalam di buritan tersebut tersebut
sebaiknya dibuat waterproof. Bentuk bagian belakang ini lihat gambar.
Pada bagian lambung yang
dalam, bagian bawahnya yang bersentuhan dengan lambung luar diberi
lonjongan-lonjongan besi. Semacam klaker tetapi lonjong. Untuk mudahnya,
bayangkanlah misalnya beberapa buah pensil yang dijejer rapat dibawah tempat
pensil. Jadi, seperti itu kira-kira bentuk dan susunan lonjongan besinya.
Diameternya lonjongan besinya bisa sekitar 2,5 cm atau 3 cm supaya cukup kuat,
dengan panjang sekitar 30 cm. Atau tergantung hasil uji coba nanti.
Klaker ini tidak perlu
terlalu licin banget karena fungsinya tidak seperti pada roda mobil yang harus
berputar kencang. Sebaliknya, malah perlu dibuat agak seret supaya lambung
perahu bagian dalam nanti bisa lebih stabil. Mungkin tutup luarnya bisa dari
karet. Nanti juga perlu diberi semacam “rem”, ini fungsinya bila kita ingin
menyatukan kedua lambung tersebut dan menghentikan gerakan klaker, bila laut
sedang tenang misalnya, atau juga untuk membantu membuat perahu lebih stabil.
Atau apakah seandainya lonjongan besinya dibuat jarang (tidak rapat) akan bisa
membuatnya lebih seret? Bila demikian mungkin perlu dibuat rancangan semacam
itu. Hanya perlu sekitar 6 batang tiap-tiap klaker yang diberi lubang penyangga
di ujung-ujungnya, jadi bersifat tetap pada tempatnya. Bisa bergulir tapi tak
bisa bergeser ke sana kemari. Walau tidak persis benar, untuk gampangnya
bayangkanlah dulu misalnya bentuk roda tank.
Karena antara kedua lambung
tersebut ada klakernya, maka yang berputar terhantam ombak hanya lambung yang
bagian luar, sedangkan bagian dalam yang berbentuk perahu, yang kita naiki itu,
cukuplah sekedar berayun-ayun seperti bandulan. Tak akan pernah bisa sampai
terbalik. Dan bila sedang ada badai besar penumpangnya malah bisa ketiduran,
keenakan terayun-ayun. Penumpangnya bisa satu atau dua yang duduk di
belakangnya.
Model kakinya seperti
seaplane, tetapi tidak persis benar karena berbentuk bulat, tidak seperti yang
ada pada seaplane yang agak pipih. Ini karena posisi lambung luar yang nanti
bisa berputar-putar sehingga kaki itu harus bulat bentuknya, atau lebih
tepatnya berbentuk lonjoran panjang yang ujung depannya berbentuk seperti
peluru juga, supaya streamline. Kakinya ada empat, jadi biarpun
menggelundung kesana kemari terkena ombak besar, perahu akan tetap berdiri
tegak di atas dua kaki. Ini nanti lajunya bisa cepat sekali karena gesekannya
dengan permukaan air sangat minimal. Jadi lambung perahu tidak menyentuh air.
Meski demikian, ini tidak seperti hydrofoil karena biarpun dalam kondisi
berhenti lambung kapal tetap tak menyentuh air. Kalau hydrofoil kan waktu
berhenti menyentuh air. Bisa dikatakan ini lebih menyerupai catamaran, perahu
yang desainnya diilhami oleh perahu-perahu di wilayah Pasifik, termasuk
Indonesia. Dan kita tahu bahwa meskipun ukurannya hanya beberapa meter saja,
perahu semacam ini semenjak berabad yang lalu telah memungkinkan nenek moyang
bangsa Melayu-Polinesia menjelajahi segala penjuru Samudra Pasifik. Mengingat
ukuran perahu ini hanya sekitar seaplane saja, bahkan lebih ringan, maka memang
bisa selalu dibuat mengapung sedemikian rupa, katakanlah sekitar 15 cm atau 20
cm dari permukaan air. Asal sekedar lambung tengah kapal tak menyentuh air itu
sudah cukup. Kalau sekedar kecipratan dikit ya tidak apa-apa.
Saya membuat juga model lain
yang kakinya berbentuk segitiga, kaki tersebut bagian ujung depannya menyempit
seperti bentuk kapal, untuk mengiris air sehingga lajunya bisa cepat. Model ini
lambungnya sepenuhnya bersentuhan dengan air, atau bila kaki itu dibuat agak
panjang ya hanya menyentuh air sedikit saja. Desain yang ini bisa untuk kapal yang
lebih besar seperti kapal feri misalnya. Tapi kalau untuk kapal feri dikunci saja
klakernya dan baru dibuka saat kapal sudah berada dalam keadaan bahaya, miring
hingga di atas 45 derajat. Nah, saat kapal miring itulah kunci klaker dibuka
dan kapal feri pun akan bisa kembali ke posisi tegak seperti semula. Selamat
deh semuanya, tak jadi tenggelam. Bila hal ini bisa diaplikasikan, maka akan bisa
menyelamatkan banyak nyawa karena tiap tahun selalu saja ada berita kapal feri
yang tenggelam karena terbalik.
Desain ini hanya sekedar
gambaran kasarnya, bisa saja nanti mengalami revisi-revisi sesuai hasil uji
coba di lapangan. Tetapi, untuk sementara ya seperti ini dulu. Bila ada yang tertarik bekerja sama bisa hubungi ke email: helmijun@gmail.com atau pesan di facebook.
14 November 2007