Oleh: Helmi Junaidi
Selama ini Hawa
diyakini oleh umat Islam diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam. Sebenarnya
al-Quran tidak pernah sekalipun menyebut nama Hawa. Tidak ada nama Hawa di
dalam al-Quran. Boleh silakan search sendiri di program al-Quran digital yang
mana pun. Ketik kata Hawa dan dijamin hasilnya nihil. Al-Quran juga tidak
pernah sekalipun menyebutkan bahwa perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk
laki-laki. Ayat al-Quran yang dijadikan landasan bagi penafsiran bahwa perempuan
(Hawa) itu berasal dari tulang rusuk laki-laki (Adam) itu antara lain adalah
surat 4, An-Nisa ayat 1. Ayat tersebut berbunyi:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً *
“Hai sekalian
manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri
(dzat) yang satu dan menciptakan darinya pasangannya. Dan dari dari dua jenis
yang berbeda itu Allah memperkembangbiakan laki-laki dan perempuan yang
banyak”.
Ayat ini tidaklah
menyebutkan bahwa perempuan itu berasal dari tulang rusuk laki-laki, dan di
dalam al-Quran memang tidak ada satu pun ayat yang berbunyi semacam itu. Ayat
ini sebenarnya menyatakan bahwa manusia itu berasal dari diri (dzat hidup)[1]
yang mulanya adalah satu, kemudian dari dzat hidup yang satu itu Tuhan
menjadikan darinya pasangannya. Perlu diperhatikan di sini bahwa nafs
wahidah adalah kata muannats (wanita/feminin) dan kata gantinya
adalah haa (kata ganti untuk wanita) dan bukan hu (kata ganti
untuk laki-laki)[2]
sehingga yang dimaksud dengan nafs wahidah di sini tidak bisa
ditafsirkan sebagai Nabi Adam sebab beliau adalah orang laki-laki, bukan
perempuan. Seandainya yang dimaksud pada ayat ini memang adalah Nabi Adam,
tentunya menggunakan kata mudzakar (laki-laki/maskulin) dan kata
gantinya adalah hu. Bisa kita lihat kata selanjutnya di ayat tersebut wa khalaqa minhaa zaujahaa di mana kata nafs wahidah semuanya menggunakan kata ganti muannats (feminin). Jadi, yang dimaksudkan dengan nafs wahidah di
sini memang bukanlah Nabi Adam yang berjenis kelamin laki-laki, melainkan dzat hidup yang satu. Dari dzat
yang satu itulah perempuan, dan juga laki-laki, kemudian diciptakan. Dan ayat
ini sama sekali tidak berkisah tentang penciptaan Nabi Adam dan Hawa, tetapi
mengenai proses penciptaan seluruh umat manusia.
Digunakannya kata muannats
pada ayat di atas mungkin disebabkan karena dzat tersebut mempunyai kemampuan
untuk bereproduksi. Dalam proses reproduksi, yang mempunyai peranan paling
besar adalah kaum perempuan. Karena itu, walaupun dzat yang mula-mula itu tidak
bisa ditentukan jenis kelaminnya, ia disebut dengan menggunakan kata muannats
karena mempunyai kemampuan bereproduksi yang cenderung kepada sifat wanita.
Untuk mempermudah pengertian dzat yang satu ini mungkin bisa diartikan sebagai
mahluk bersel satu yang melakukan reproduksi dengan cara membelah diri. Dan
bukankah proses kelahiran manusia itu sendiri seolah-olah seperti sebuah proses
pembelahan diri, di mana satu individu menjelma menjadi dua individu? Tak jauh
berbeda dengan proses pembiakan bakteria yang paling sederhana. Benar-benar
tidak jauh berbeda! Sebenarnya, dalam proses reproduksi sel jantan dapat
digantikan oleh perantara fisis atau kimiawi. Hanya unsur betina yang penting.
Dengan teknik-teknik yang tepat, suatu individu baru dapat dihasilkan dari sel
telur yang tidak dibuahi, tanpa intervensi unsur-unsur jantan. Hal ini sudah
pernah dibuktikan dalam percobaan-percobaan yang dilakukan oleh Bataillon dan
Jacques Loeb.[3]
Penjelasan
selanjutnya mengenai asal-usul mahluk hidup menurut ilmu biologi modern ini
bisa dilihat pada bab berikutnya. Menurut ilmu biologi modern, asal-usul semua
mahluk hidup adalah berasal dari senyawa-senyawa kimia organik yang kemudian
membentuk dzat hidup pertama yang masih belum bisa ditentukan jenisnya. Cara
mereka untuk bereproduksi masih sederhana sekali. Setelah berkembang menjadi
lebih kompleks barulah mahluk hidup itu terbagi menjadi dua jenis, yaitu
laki-laki dan perempuan. Inilah kiranya yang dimaksud pada ayat di atas. Jadi,
perempuan sama sekali bukan berasal dari tulang rusuk laki-laki, tetapi berasal
dari dzat yang sama dengan laki-laki dan kemudian dzat tersebut berkembang dan
terbagi menjadi dua jenis kelamin yang berbeda. Dan kata ganti humaa yang
terdapat pada ayat di atas tidaklah berarti Nabi Adam dan Hawa, tetapi dua
jenis kelamin yang berbeda. Jadi, penafsiran yang menyebutkan bahwa perempuan
itu berasal dari tulang rusuk laki-laki sama sekali tidak tepat, baik bila
ditinjau menurut ilmu tata bahasa Arab maupun ilmu biologi. Penafsiran semacam
itu adalah pengaruh dari cerita Israiliyat, dan bukan ajaran Islam.
Sementara
itu, di dalam tafsir al-Maraghi juga disebutkan bahwa pembaharu Islam dari
Mesir, Muhammad Abduh, juga tidak menyetujui penafsiran yang menyatakan bahwa
Nabi Adam itu bapak seluruh umat manusia.
Al-Ustadz al-Imam (Muhammad Abduh) juga menyatakan bahwa makna lahiriyah nash bukan menunjukkan bahwa yang di maksud dengan satu jiwa (nafs wahidah, pnl.) itu adalah Nabi Adam karena dua alasan berikut ini:Penyelidikan ilmiah dan sejarah (arkeologi) yang bertentangan dengan pengertian tersebut.Di dalam ayat dikatakan rijalan katsiran wa nisaa’an (laki-laki dan perempuan yang banyak) bukannya ar-rijal wan-nisa’ (laki-laki dan perempuan).[4]Adapun mengenai ayat yang ditujukan kepada umat manusia, yaitu: (yaa bani Adam) tidak cukup dijadikan alibi bahwa semua umat manusia berasal dari Nabi Adam. Sebab, pengertian dari ayat tersebut cukup jika ditujukan kepada orang-orang yang dimaksud pada masa diturunkannya al-Quran (ashrut tanzil) dari kalangan anak-anak Adam.[5]
Jadi, sebenarnya
pendapat bahwa Adam bukan bapak seluruh umat manusia itu juga sudah dikemukakan
oleh Muhammad Abduh lebih dari seratus tahun yang lalu. Hanya saja, selama ini
memang tidak begitu diperhatikan oleh umat Islam. Di sini Muhammad Abduh
nampaknya berpendapat bahwa Nabi Adam itu hanyalah bapak sebagian umat manusia,
yaitu masyarakat yang tinggal di sekitar Timur Tengah karena Nabi Adam memang
tinggal di sekitar wilayah tersebut ribuan tahun yang lalu. Dengan demikian,
memang sangat besar kemungkinan bahwa orang-orang yang tinggal di sekitar
wilayah tersebut adalah keturunan dari Nabi Adam–atau paling tidak banyak di
antaranya--sebab walaupun mungkin saja Nabi Adam bukan berasal dari bangsa
Semit, tetapi telah terjadi percampuran antara bangsa Semit dan bangsa-bangsa
lainnya karena mereka memang tinggal berdekatan. Dan Timur Tengah itu memang wilayah
tempat bercampur baurnya segala bangsa.
Yogyakarta - 1997
[1]
Kata nafs tidak hanya bisa berarti diri atau orang tetapi juga dzat,
jasad, ruh atau jiwa. Lihat Al-Munawwir, hlm. 1545. Lihat juga Attabik
Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab –Indonesia,
(Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, 1996), hlm. 1932, 926 dan 712.
[2]
Dalam bahasa Inggris haa sama artinya dengan her dan hu dengan
him/his.
[3]
Alexis Carrel, Misteri Manusia, terj. Kania Roesli dkk., (Bandung: Remadja
Karya, 1987), hlm. 85.
[4] Al-Maraghi, Juz 4, hlm. 317.
[5]
Ibid.