By: Helmi Junaidi
Mungkin banyak penggemar
sepakbola yang tak akan setuju dengan pendapat saya. Tapi, kalau saya boleh
berterus-terang, sepakbola adalah yang agak menjemukan untuk ditonton. Hanya menarik untuk dimainkan
di game komputer atau PS. Dan saya memang seringkali jatuh tertidur saat
menonton Piala Dunia kemarin. Berlama-lama menunggu, eh gol tak datang-datang
juga. Dan seringkali lalu berakhir
tanpa gol. Tampak pulas lagi tidur saya. Atau kadang gol datang juga, melalui
hukuman tendangan penalti. Tambah sebal lagi. Tanpa usaha kok dapat gol.
Bermain sudah capek-capek kok hanya dimenangkan dengan gol seperti itu. Ngglethek
istilah Jawanya. Apalagi, keputusan penalti juga seringkali bersifat
kontroversial. Pemain pura-pura jatuh dapat penalti. Jatuh beneran tak dapat
penalti. Sehingga kadang saya berpikir,
permainan sepakbola seperti yang ada selama ini menyia-nyiakan bakat pemain.
Para pemain yang berketrampilan sangat tinggi hanya disuruh berlari-lari di
lapangan, kadang tanpa pernah bisa menghasilkan gol. Juga tak bisa mengukur
dengan tepat level suatu tim. Kadang ada tim yang permainannya pas-pasan bisa
menang melawan tim-tim yang sangat bagus hanya melalui satu buah gol yang bersifat kebetulan.
Nampaknya dalam satu hal ini
saya akur dengan orang Amerika, yaitu “ciptakan lebih banyak gol”. Akan tetapi,
saya sendiri bukanlah penggemar American Football. Nonton saja nggak pernah dan
memang tak pernah disiarkan di sini. Hanya lihat sekilas di iklan animasi game.
Saya kira nama yang lebih tepat untuk permainan ini bukanlah American Football,
tetapi American Handball. Saya tak bermaksud berolok-olok, tetapi rasanya
memang itu nama yang lebih tepat. Bolanya kan memang lebih sering dibawa
lari dan dimainkan tangan. Logonya
saja seperti itu, yaitu seorang pemain yang sedang berlari sambil membawa bola
lonjong di tangan, bukan di kaki. Dan bolanya memang sengaja didesain lonjong
seperti itu supaya mudah ditangkap dan dibawa oleh tangan. Sering juga sambil
diselinapkan di ketiak. Gambar di logonya kan memang begitu. Lihat saja
sendiri. Jadi, bolanya tidak didesain untuk dimainkan dengan kaki, tetapi
supaya mudah untuk diselipkan di ketiak sehingga sukar direbut oleh lawan. Lucu
juga memang. Jadi, nama yang tepat untuk permainan itu memang adalah American
Handball. Saya tak mengerti kenapa masih disebut dengan American Football dan
tidak diganti sesuai dengan realitas yang ada di lapangan.
Saya memang lebih suka
menonton permainan yang temponya tinggi. Tim sini bikin skor, dibalas lagi oleh
tim sana, terus skor lagi, dibalas lagi dst. Seperti bola voley atau basket.
Permainan semacam ini lebih seru. Sayangnya, mengingat lapangan basket atau
voley yang relatif lebih kecil, ini tak terlalu menarik minat banyak penonton.
Karena semakin masif suatu tontonan, terutama dalam ukuran stadion dan
banyaknya pemain, biasanya memang akan bisa semakin menarik lebih banyak
penonton pula.
Nah, karena itulah, supaya
kita bisa mendapat tontonan yang tetap menarik, massif dan tidak menjemukan, saya akan mengusulkan satu
jenis football lagi. Dan ini memang sudah lama sekali mengendap di benak saya.
Usul yang aneh? Tidak! Kecuali bagi mereka yang tidak pernah mempelajari
sejarah sepakbola. Sepakbola sebenarnya
memang ada beragam jenisnya. Mulai dari Rugby, American Football, Canadian
Football sampai Gaelic Football. Dan dari semenjak zaman Yunani dan Romawi dulu
memang sudah ada beragam jenis football. Termasuk sepak takraw itu kan termasuk
salah satu jenis football juga, walau ngetopnya di sini memang hanya di luar
Jawa, terutama di kalangan suku-suku Melayu saja dan tidak terlalu populer di
pulau Jawa.
Permainan football yang saya
usulkan ini nanti bisa mendirikan asosiasi sendiri dan berdiri sendiri, dengan
pemain-pemain yang khusus. Atau mungkin bisa juga dirangkap oleh pemain
sepakbola yang telah ada sekarang. Lalu bagaimana bentuk permainannya? Mirip
seperti sepakbola kecuali dalam beberapa hal. Jumlah pemain dikurangi sedikit
menjadi 9 pemain, sama dengan jumlah pemain baseball. Susunannya bisa misalnya
2-4-3, 1-4-3 atau terserah sajalah. Saya hanya memberi misal saja. Dikuranginya
jumlah pemain ini supaya lapangan tidak lagi dipenuhi terlalu banyak pemain.
Dengan demikian, gol bisa lebih mudah diciptakan dan tentu akhirnya bisa lebih
seru permainannya. Kiper ditiadakan, seperti juga dalam American Football.
Bedanya, tidak ada pemain yang boleh memegang bola dengan tangan. Hanya dengan
kaki, kepala atau dada. Yang selama ini menjadi kiper bisa beralih jabatan dan
ikut bermain sebagai defender, midfielder atau malah striker bila dia memang
pandai mencetak gol.
Peraturannya juga sedikit
dimodifikasi. Pemain yang sudah diganti bisa masuk dan bermain lagi. Ini supaya
pemain-pemain bintang yang cedera ringan, akan tetapi butuh masa pemulihan yang
agak lama, bisa beristirahat katakanlah selama sekitar 15 (lima belas) menit.
Selama out, ia untuk sementara digantikan pemain cadangan. 15 menit
kemudian, kalau sudah pulih, ia bisa masuk lagi. Kan memang sayang sekali bila
ada pemain bintang yang cedera ringan langsung diganti dan tak boleh balik ke
lapangan lagi. Sayang sekali. Permainan jadi bisa berkurang bobotnya. Misalnya
ada yang berbenturan kepala atau di-tackle lumayan keras. Butuh
istirahat yang agak lama, bukan? Kalau dipaksa main terus kan kasihan juga.
Kepala masih pening atau betis masih nyut-nyutan dipaksa terus main gara-gara
kalau diganti walau sebentar saja, ia tak bisa masuk lagi. Jadi, pemain bisa masuk
lagi asal penggantinya telah bermain di lapangan minimal selama 15 menit. Atau
bisa juga pemain bintang yang masuk lagi itu diganti dengan pemain lain, bukan
pemain cadangan yang menggantikannya tadi. Yang penting prinsipnya adalah
pemain yang sudah diganti bisa masuk lagi setelah ia berada di luar lapangan
minimal selama 15 menit. Sekali ganti maksimal 1 pemain. Dan pada tiap-tiap
babak maksimal ada 3 kali pergantian pemain. Kalau diganti sewaktu masa
istirahat bisa maksimal 2 pemain. Jadi, pada babak kedua bisa ada 2 pemain yang
masih segar. Total, seandainya dimanfaatkan secara maksimal bisa ada 8 pemain
yang bisa diganti. Agak bebas memang, tapi tidak sebebas dalam basket. Kalau
terlalu kerap gonta-ganti kan nanti bisa repot juga, satu menit main satu menit
ganti, wah bisa payah nanti.
Kemudian tentang wasit, dia
bisa dibantu oleh video dan komputer. Tidak ngeyel menggunakan cara manual
seperti yang ada selama ini. Ini seperti orang yang ngeyel menghitung pakai
jari walaupun komputer dan kalkulator sudah lama diciptakan. Atau ngeyel naik
dokar walau mobil sudah seratus tahun lebih diciptakan. Dan kita tahu bahwa
dengan cara manual seperti yang dipraktekkan selama ini, seringkali wasit
membuat kesalahan. Bisa kontroversial dan mengecewakan pihak-pihak yang
dirugikan. Ada teknologi yang berguna kok tidak dimanfaatkan. Itu kan namanya
gaptek. Kan sia-sia saja orang repot bikin teknologi kalau tidak dimanfaatkan.
Jadi, bila merasa kurang yakin akan keputusan yang akan diambil, wasit bisa
meninjau ulang apa yang barusan terjadi melalui layar video atau komputer yang
diputar
dalam gerak lambat dan ditampilkan dari beberapa sudut yang
diperlukan. Dan wasit bisa juga merevisi keputusan yang baru saja dia ambil
bila ternyata itu keliru. Bisa lebih fair, bukan? Ini terutama untuk
hal-hal yang penting, seperti waktu ada kemelut di depan gawang misalnya. Jadi,
tidak ada lagi gol yang dianulir secara sembarangan, atau kisah tangan Tuhan
Maradona.
Tentang kartu, merah? Pemain
tetap dikeluarkan juga, tapi ia kemudian bisa diganti oleh pemain cadangan.
Kalau tak bisa diganti lagi kan bisa tambah sepi lapangannya nanti, apalagi
kalau sampai pemain berkurang dua, karena yang saya usulkan ini adalah football
dengan 9 pemain. Apalagi, yang bersalah membuat pelanggaran kan memang hanya
individu pemain, bukan tim secara keseluruhan. Jadi, yang dihukum ya hanya si
pemain yang membuat pelanggaran. Tidak menghukum tim secara keseluruhan dengan
mengurangi pemain. Permainan bisa menjadi tidak imbang dan tidak adil. Apalagi
kalau sampai njomplang 2 orang. Jadi, hukumannya hampir sama dengan sepak bola
yang ada sekarang, yaitu pemain dikeluarkan tanpa boleh balik lagi dan dilarang
dua kali ikut pertandingan berikutnya. Bedanya, tim tak ikut dihukum. Jumlah
pemain di lapangan tetap lengkap seperti semula.
Hukuman penalti? Bisa tetap
ada, dan khusus untuk penalti ini saja jabatan kiper bisa kembali difungsikan,
bisa diambil dari salah seorang defender, atau bisa juga pemain lain yang
memang lebih cekatan. Akan tetapi, karena dalam football yang saya usulkan ini
gol bisa mudah diciptakan dalam jarak yang lebih jauh, maka nampaknya tendangan
penalti ini akan menjadi sangat jarang terjadi. Dan karena gol memang bisa
dengan mudah diciptakan melalui tendangan biasa, maka tendangan penalti nanti tak
terlalu banyak lagi pengaruhnya untuk menentukan kemenangan suatu tim. Seperti
juga free throw untuk foul di permainan bola basket, tak banyak
pengaruhnya untuk menentukan kemenangan. Hanya sedikit persen saja pengaruhnya.
Tidak seperti yang ada selama ini, penalti bisa menentukan hidup matinya suatu
tim.
Tendangan corner dan
tendangan bebas juga tetap ada. Tetapi, kiper tak perlu difungsikan lagi di
sini, itu hanya untuk penalti saja. Tendangan corner dan tendangan bebas kan
lebih sulit ketimbang tendangan penalti. Masih melewati banyak pemain lagi.
Lagipula, tujuan saya mengusulkan football jenis baru ini kan untuk membuat
pertandingan menjadi lebih seru dan meriah. Jadi, pemain dan penonton bisa
menjadi bertambah detak jantungnya setiap kali ada tendangan bebas dan
tendangan corner. Apalagi bila mengingat bahwa kedua jenis tendangan ini memang
seringkali terjadi pada tiap-tiap pertandingan. Bisa tambah seru lagi. Defender
yang berdiri berderet rapat untuk tendangan bebas nanti maksimal 4 pemain.
Posisi defender yang berdiri berderet itu minimal 7 meter jauhnya dari gawang.
Tidak boleh nyanggong di bawah gawang tentunya. Pemain lainnya yang tak ikut
berdiri berderet boleh berada di samping kanan kiri gawang.
Tentang lapangan bisa memakai
lapangan sepakbola yang ada. Ukuran dan garis-garisnya sama saja. Kalau bikin
stadion lagi berapa milyar nanti biayanya. Tidak praktis. Hanya untuk gawang
yang nampaknya perlu direndahkan, kira-kira lebih rendah sekitar 25 cm,
mengingat nanti tak ada kiper lagi, yang tangannya bisa menjangkau jauh ke
atas. Bisa nanti membuat gawang yang palang atasnya bisa digeser-geser dengan
mudah, sehingga nanti bisa digunakan untuk dua jenis permainan yang berbeda.
Ukuran yang satu untuk sepakbola yang ada sekarang dan yang satunya lagi untuk
permainan yang saya usulkan ini. Tapi, kalau ukuran gawang seperti yang sudah
ada sekarang ternyata bisa membuat pertandingan lebih seru, dengan gol yang
lebih banyak, ya tetap saja seperti itu. Tak perlu membuat ukuran yang berbeda.
Oke, begitu saja usul saya.
Mau memulainya? Bila nanti ternyata 9 pemain kurang menarik bisa ditambah satu
lagi menjadi 10 pemain, tetapi tetap tak ada kiper. Permainan ini nanti dijamin
bisa sangat menarik. Baik untuk para pemain yang tak perlu lagi stress
gara-gara susah sekali bikin gol, juga untuk para penonton yang mendapat
tontonan lebih menarik. Tempo pemainan yang sangat tinggi, banyak gol dan
meriah. Bila
banyak yang tertarik boleh jadi ini nanti akan
menjadi permainan yang populer di mana-mana, termasuk di Amerika Utara,
bersaing dengan “American
Handball” dan Baseball.
20 Agustus 2006