Sunday, July 26, 2015

Emansipasi Wanita, Whats Wrong With You Ladies?



 Oleh: Helmi Junaidi


Selama ini kaum wanita selalu berusaha memperjuangkan persamaan hak dengan kaum pria. Akan tetapi, pada saat persamaan hak itu sudah didapat apakah kaum wanita lalu bisa memanfaatkannya dengan baik? Selama ini juga sering ada argumen bahwa wanita tidak bisa maju dan berkembang karena ditindas oleh kaum laki-laki. Benarkah hal itu?

Baiklah kita coba bahas sejenak masalah ini. Salah satu misal kita bisa melihat keadaan di Indonesia. Tidak usah jauh-jauh karena semenjak kemerdekaan tahun 1945 hak-hak wanita Indonesia sama persis dengan laki-laki dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak ada diskriminasi apa pun, baik dalam bidang pendidikan maupun pekerjaan. Juga gajinya sama besar bila mereka mempunyai jabatan yang sama dengan pria. Hal ini tentu berbeda dengan di Amerika atau Eropa Barat di mana gaji wanita di sana lebih sedikit dibandingkan gaji laki-laki walau jabatan, pangkat dan pekerjaan sama persis. Nasib wanita Indonesia bahkan lebih baik dari wanita Eropa Barat dan Amerika dalam hal ini.

Nah, kita saat ini, tahun 2015 ini sudah merdeka selama 70 tahun. Wanita Indonesia sudah bebas dan sama haknya dengan pria selama 70 tahun. Suatu waktu yang sudah sangat lama, sudah ada hampir tiga generasi. Akan tetapi, lalu apakah wanita Indonesia yang haknya sudah sama dan bebas merdeka itu lalu bisa melampaui laki-laki dalam bidang politik dan bisnis, bidang-bidang yang mempunyai kuasa tinggi dalam menentukan hidup berbangsa dan bernegara? Sedihnya, jawabannya adalah tidak. Mayoritas pengusaha dan politisi di Indonesia tetaplah didominasi kaum pria. Memang ada juga di antara wanita yang sukses menjadi pengusaha dan politisi, tetapi sekali lagi, jumlah mereka tetaplah sangat sedikit bila dibandingkan kaum laki-laki. Padahal, sebagaimana sudah kita sebutkan tadi, wanita Indonesia sudah bebas merdeka dan sama haknya selama 70 tahun. Tetapi, kenapa mereka tak bisa menunjukkan perkembangan yang berarti. Tak jauh berbeda nasibnya dengan kaum wanita di negara-negara yang memang masih menindas kaum wanita. Apakah itu karena kaum wanita punya instink untuk menindas dirinya sendiri? Tak ada orang lain yang menindas, tetapi lho kok nasibnya tetap tak berubah juga. What’s wrong with you ladies?

Bahkan kita tahu juga, di Eropa Barat dan Amerika yang luar biasa gencarnya propaganda tentang emansipasi wanita, jumlah politisi dan bisnismen wanita di sana tetaplah minim saja. Lihatlah daftar para pengusaha besar Amerika dan Eropa, semuanya pria. Siapa pendiri yahoo, google, Microsoft dan pencipta Linux? Kaum pria. Pembuat facebook dan twitter? Idem, cowok juga. Para penguasa keuangan di Wallstreet juga pria semua. Juga pemilik pabrik-pabrik, toko-toko besar, produk-produk top yang punya franchise di mana-mana adalah pria semua. Memang banyak aktris dan penyanyi cewek, tetapi siapa para raja yang menguasai bisnis perfilman di Hollywood dan industri rekaman musik? Kaum Pria. Kalau di Indonesia rajanya film adalah Ram Punjabi yang tentu jenis kelaminnya cowok juga. Di bidang fashion pun, pemilik merk-merk top kelas dunia seperti Armani, Versace bahkan Victoria Secret pun kaum pria. Bahkan di bidang restoran, bidang tradisional kaum wanita, para penguasa besarnya adalah pria. Siapa pendiri KFC? Pria, kumisnya tebal pula. Siapa pendiri McD? Cowok juga. Bidang menggoreng ayam pun, soal sepele pekerjaan wanita di dapur sehari-hari, lho bisnis besarnya yang menggurita di mana-mana malah dikuasai kaum pria. Perintis bisnis supermi pun pria juga.

Lalu, apakah itu semua karena adanya diskriminasi pendidikan terhadap wanita di Eropa dan Amerika sehingga mereka tak bisa mengerti bidang bisnis? Atau tak bisa bebas belajar memasak hamburger dan fried chicken? LOL. Tentu jawabannya adalah tidak. Sekali lagi TIDAK !!! Wanita Amerika dan Eropa Barat bebas merdeka dan sama haknya dengan laki-laki sudah semenjak lama. Mereka bebas untuk belajar dan mendirikan bisnis apa pun yang mereka mau. Bebas sebebas-bebasnya. Lho, lalu kenapa dunia bisnis, keuangan dan politik tetap didominasi pria? Mereka juga bebas memasak hamburger, fried chicken dan supermi di dapur setiap hari. Lho, kenapa pula malah kaumnya pak kumis tebal itu yang menguasai bisnis fast food di mana-mana? Bukannya kaumnya ibu-ibu? Big Question.

Apakah ini karena adanya unsur innate pada wanita untuk tidak mau mengambil kesempatan dan meraih cita-cita setinggi mungkin? Karena faktor evolusi yang membentuknya begitu? Entah, I don’t know. Belum pernah ada penelitian tentang hal ini. Yang jelas fakta di lapangan begitu. Walau kaum wanita sudah diberi kesempatan dan kebebasan seluas-luasnya, tetapi sebagian besar di antara mereka nasibnya tetap tak berubah juga. Dunia pun tetap didominasi kaum pria dalam semua bidang, bahkan termasuk di bidang menggoreng ayam dan memaksa supermi. Well….

Atau bila kita ingin sedikit guyonan, para “chef” pemasak supermi di warkop dan warung burjo juga adalah pria semua. :D Para pedagang nasi goreng keliling yang keluar masuk kampung dan di kaki lima juga pria semua. Juga pedagang martabak dan pecel lele. Mereka masak di tempat lho. Bukan memasak di rumah dan istrinya yang memasakkan. Para bapak-bapak itu sendiri yang memasak supermi, martabak dan nasi goreng di tempat untuk para pelanggannya. Bisa kita saksikan sendiri secara langsung. Mereka tidak gengsi dan malu-malu melakukan pekerjaan yang secara tradisional adalah pekerjaan kaum wanita, di tempat umum pula. Apakah ini yang disebut emansipasi pria? :D Saya juga sering menyaksikan bapak-bapak itu sendiri yang belanja ke pasar atau tukang sayur untuk perlengkapan memasaknya. Termasuk para “chef” burjo tadi. Mereka biasanya belanja ke pasar sendiri. Lalu uang hasil kerjanya untuk menafkahi anak istrinya di rumah atau di kampung halamannya di luar kota.

Barangkali ada yang berargumentasi bahwa kaum wanita tidak bisa berkembang karena disibukkan dengan urusan rumah tangga seperti mengurus anak dan membersihkan rumah? Itu tidak betul. Banyak rumah tangga sekarang yang mempunyai "asisten rumah tangga". So, kaum ibu-ibu banyak yang punya waktu luang berleha-leha di rumah tak melakukan kerja apa pun. Bahkan di Barat sana banyak wanita yang tidak punya anak atau menunda pernikahan sehingga mereka bebas untuk melakukan apa saja tanpa dibebani urusan rumah tangga. Tapi, toh walau tidak dibebani urusan rumah tangga pun, hal itu ternyata tidak membuat meningkatnya jumlah politisi dan pengusaha wanita. Semua bidang tetap didominasi kaum pria.

Atau untuk adilnya bisa kita lihat contoh berikut. Kolonel Sanders pendiri KFC memulai usaha franchise ayam gorengnya pada usia 50-an. Bukan pada usia muda. McDonalds brothers memulai usaha franchise restoran hamburger pada usia 50-an juga. Pada usia segitu umumnya orang tua, baik bapak-bapak maupun ibu-ibu, sudah terbebas dari kegiatan mengurus anak yang merepotkan. Anak-anaknya sudah pada dewasa semua. Tetapi, kenapa yang menjadi pengusaha besar restoran adalah bapak-bapak juga dan bukannya ibu-ibu?

Bila ingin perubahan besar pada nasib kaum wanita, agaknya yang perlu dilakukan pertama kali oleh kaum wanita adalah melihat ke dirinya sendiri dulu. Whats wrong with them? Bukannya menyalahkan kaum pria atas nasib mereka. Kenapa bahkan di dalam bidang memasak pun mereka bisa dikalahkan oleh kaum pria. Apakah ada yang menindas mereka di dapur? No. Kaum wanita adalah raja dan ratunya dapur sekaligus. Kenapa walau sudah diberi kebebasan seluas-luasnya nasib mereka tetap tak berubah dan dunia tetap didominasi kaum pria? Big Question. And they must answer this.

Yogyakarta, 27 Juli 2015.